tirto.id -
"Minimnya sentimen yang dapat mendorong kenaikan IHSG cenderung membuat IHSG bergerak sideways," ujar CEO PT Yugen Bertumbuh Sekuritas, William Surya, dalam risetnya.
William mengatakan perkembangan pergerakan IHSG hingga saat ini masih terlihat belum beranjak dari rentang konsolidasi wajar. Meskipun capital inflow secara year to date masih menunjukkan minat investor asing yang masih cukup tinggi terhadap pasar modal Indonesia.
"Sedangkan momentum tekanan masih dapat dimanfaatkan oleh investor untuk melakukan akumulasi pembelian dengan target investasi jangka panjang," jelasnya.
Berikut ini beberapa rekomendasi dari Yugen Bertumbuh Sekuritas, untuk saham-saham berpotensi dicermati pada perdagangan hari ini, diantaranya adalah:
- BMRI
- SMGR
- BBNI
- TLKM
- GGRM
- AKRA
- CTRA
Sementara itu, Financial Expert Ajaib Sekuritas, Ratih Mustikoningsih juga turut rekomendasikan saham milik PT Adaro Minerals Indonesia Tbk. Perusahaan berkode emiten ADMR itu dibuka dengan buy 1.630, target price 1.680, dan stop loss <1.550.
"ADMR Berpotensi rebound ditandai dengan munculnya candle inverted hammer di area support. Stochastic oscillator di area oversold dan MACD bar histogram bergerak melemah terbatas," katanya.
ADMR resmi menambah modal PT Adaro Indo Aluminium (AIA) pada 28 November 2022 untuk mengembngkan bisnis anak usaha kedepan. Sementara itu, ADMR menargetkan smelter aluminium beroperasi di tahun 2025 dengan total kapasitas produksi di tahap pertama sebesar 500 ribu ton per tahun.
Selanjutnya ia juga melihat saham PT Paninvest Tbk. Menurutnya perusahaan berkode emiten PNIN itu masih menarik dikoleksi dengan buy 1.515, target price 1.565, dan stop loss 1.420.
"PNIN mencoba reversal, ditandai dengan pola candle piercing, diikuti dengan indikator MACD histogram yang melemah terbatas serta stochastic oscillator yang berada pada area oversold," jelasnya.
Per September 2022 PNIN berhasil membukukan laba bersih sebesar Rp1,52 triliun atau melesat 94 persen YoY. Sejalan dengan hasil tersebut pendapatan PNIN juga melesat 35,5 persen YoY menjadi Rp2,68 triliun yang sebagian besar ditopang oleh portofolio efek dan reksa dana yang belum direalisasikan sebesar Rp673,53 miliar, naik 187 persen YoY.
Disclaimer: Artikel ini merupakan rekomendasi dan analisis saham dari analis sekuritas yang bersangkutan, bukan untuk mengajak membeli atau menjual saham tertentu. Tirto tidak bertanggung jawab atas keuntungan atau kerugian yang timbul. Apabila akan membeli/menjual saham, pelajari lebih teliti dan tiap keputusan ada di tangan investor.
Penulis: Dwi Aditya Putra
Editor: Intan Umbari Prihatin