tirto.id - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka menguat pada perdagangan Selasa (15/2/2022) pagi pukul 09.00 WIB di zona hijau pada angka 6.746. Posisi tertinggi IHSG pagi ini berada di level 6.758 adapun pergerakan terendah pagi ini terjadi di level 6.727.
IHSG sudah diperdagangkan dengan volume 2,6 miliar lembar dan nilai transaksi yang terjadi mencapai Rp1,3 triliun untuk 122.696 kali transaksi. Kemudian pagi ini setidaknya ada 214 saham yang bergerak menguat dan 152 saham melemah sementara 187 sisanya ada di posisi stagnan.
Menurut analis, IHSG hari ini diprediksi melemah seiring proyeksi turunnya neraca perdagangan Januari 2022 yang akan dirilis hari ini.
"IHSG pada hari ini diperkirakan akan melanjutkan penurunan. Para investor masih menunggu rilis data ekonomi neraca dagang yang diperkirakan akan menurun," kata Kepala Riset Reliance Sekuritas Alwin Rusli dalam kajiannya di Jakarta, Selasa (15/2/2022), sebagaimana diberitakan Antara.
IHSG juga diperkirakan masih akan terseret pergerakan bursa regional. IHSG diproyeksikan akan bergerak pada rentang 6.690 hingga 6.750.
Analis Artha Sekuritas Dennies Christopher Jordan menjelaskan, meskipun terjadi penguatan, secara teknikal candlestick membentuk long black body dengan stochastic yang melebar setelah membentuk deadcross mengindikasikan potensi akan melanjutkan pelemahan.
"Investor masih akan mencermati perkembangan antara Rusia dan Ukraina. Sementara dari dalam negeri masih dibayangi tingginya kasus COVID-19 secara harian," jelas dia dalam analisa harian, Selasa (15/2/2022).
Adapun bursa Amerika Serikat ditutup melemah. Dow Jones ditutup 34.556,57 (-0,52%), NASDAQ ditutup 13.790,92 S&P 500 ditutup 4.401,67 (-0,38%).
Wall Street ditutup melemah di awal pekan akibat aksi jual tajam karena rencana Amerika Serikat (AS) untuk menutup kedutaannya yang berada di Kyiv, Ukraina, membuat ketegangan geopolitik mendidih. Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy sempat menyebut bahwa serangan Rusia akan terjadi pada hari Rabu mendatang.
Data terbaru menunjukkan inflasi AS pada level terpanas dalam beberapa dekade, meningkatkan kekhawatiran bahwa The Fed dapat mulai menaikkan suku bunga utama lebih agresif daripada yang diantisipasi banyak orang.
Penulis: Selfie Miftahul Jannah
Editor: Maya Saputri