tirto.id - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka menguat pada perdagangan Jumat (4/3/2022) pagi pukul 09.00 WIB di zona hijau pada angka 6.921. Posisi tertinggi IHSG pagi ini berada di level 6.923 adapun pergerakan terendah pagi ini terjadi di level 6.900.
IHSG sudah diperdagangkan dengan volume 1.053 miliar lembar dan nilai transaksi yang terjadi mencapai Rp1,08 triliun untuk 59.556 kali perdagangan. Kemudian pagi ini setidaknya ada 182 saham yang bergerak menguat dan 109 saham melemah sementara 228 sisanya ada di posisi stagnan.
Analis Artha Sekuritas Dennies Christopher Jordan menjelaskan, secara teknikal candlestick membentuk long black body dengan volume yang cukup tinggi mengindikasikan potensi pelemahan.
"Pergerakan masih dibayangi kekhawatiran invasi Rusia ke Ukraina. Di sisi lain, pergerakan akan ditopang oleh kenaikan harga komoditas," jelas dia dalam analisa harian yang dikutip Tirto, Jumat (4/3/2022).
Senada dengan Dennies, hasil analisa dari Pilarmas Sekuritas juga menampilkan hal serupa. Berdasarkan analisa teknikal, kami melihat saat ini IHSG memiliki peluang bergerak melemah terbatas dan ditradingkan pada level 6.828-6.940.
"Ada penguatan mungkin akan tipis," jelas dia.
Semntara itu, berbeda dengan IHSG yang pagi ini dibuka di zona hijau, indeks saham global mengalami pelemahan. Bursa Amerika Serikat ditutup melemah. Dow Jones ditutup 33.794,66 (-0,29%), NASDAQ ditutup 13.537,94 (-1,56%), S&P 500 ditutup 4,363.49 (-0,53%).
Wall Street Kembali mencatatkan pelemahan di awal Maret. Saham pertumbuhan termasuk Tesla dan Amazon menyeret Nasdaq, karena krisis Ukraina membuat investor gelisah. Harga saham Tesla turun 4,6% dan Amazon kehilangan 2,7%. Dengan invasi Rusia ke Ukraina yang kini berlangsung sepekan, ratusan tentara Rusia dan warga sipil Ukraina telah tewas.
Rusia telah jatuh ke dalam isolasi. Melonjaknya harga minyak dan komoditas lainnya telah memicu kekhawatiran bahwa inflasi tinggi baru-baru ini dapat digabungkan dengan pertumbuhan ekonomi yang stagnan. Hal ini akan mempersulit Federal Reserve dan bank sentral utama lainnya untuk mengelola suku bunga.
Penulis: Selfie Miftahul Jannah
Editor: Maya Saputri