Menuju konten utama

IDI Waspdai Kemungkinan Subvarian Omicron XBC Masuk ke Indonesia

Satgas PB IDI menyebut subvarian Omicron XBC sudah terkonfirmasi di Filipina yang berdekatan dengan Indonesia.

IDI Waspdai Kemungkinan Subvarian Omicron XBC Masuk ke Indonesia
Seorang petugas melakukan uji spesimen COVID-19 di laboratorium Balai Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) Gorontalo di Kabupaten Bone Bolango, Gorontalo, Kamis (10/2/2022).ANTARA FOTO/Adiwinata Solihin/nz

tirto.id - Ketua Satgas COVID-19 Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) Erlina Burhan mewaspadai kemungkinan masuknya subvarian Omicron XBC masuk ke Indonesia. Ia mengatakan subvarian baru itu sudah terkonfirmasi di Filipina yang berdekatan dengan Tanah Air.

“Nah sekarang XBC di Filipina, dekat juga dari Indonesia. Jadi mungkin kita juga harus waspada XBC ini, ada kemungkinan juga akan masuk,” kata Erlina dalam konferensi pers daring, Kamis (3/11/2022).

Erlina membeberkan negara yang sudah melaporkan kasus XBC adalah Inggris (UK) dan Filipina. Total kasus XBC di Filipina sendiri mencapai 193 pasien. Penularan XBC di Filipina sudah melalui transmisi lokal dengan kematian mencapai lima kasus.

“XBC yang rekombinan Delta dan Omicron ini sudah menyebar ke negara tetangga kita Filipina,” kata dia.

Erlina menjelaskan XBC merupakan rekombinan Delta (B.1.617.2) dan Omicron BA.2. XBC pertama kali dilaporkan oleh UK Health Security Agency pada 7 Oktober 2022 lalu, namun data resmi yang beredar masih sangat minim.

Erlina menyebut gejala XBC mirip dengan gejala Omicron secara umum. Antara lain demam, batuk, lemas, sesak, nyeri kepala, nyeri tenggorokan, pilek, mual, muntah, dan diare.

“Dan meskipun belum ada laporan bukti ilmiah resmi, karena XBC merupakan kombinasi varian Delta, maka ada kemungkinan gejala anosmia dan ageusia yang merupakan gejala khas dari varian Delta mungkin terjadi,” tutur dia.

Menurut Erlina, belum ada bukti ilmiah yang menunjukkan XBC bisa menyebabkan hilangnya kemampuan seseorang untuk mencium bau (anosmia) dan kondisi ketika lidah sama sekali tidak mampu merasakan rasa (ageusia). Lalu, belum ada laporan ilmiah resmi yang menyatakan XBC menyebabkan COVID-19 dengan gejala yang lebih berat.

Erlina memastikan belum ada kasus XBC di Indonesia. Meski begitu, ia mengimbau masyarakat agar meningkatkan protokol kesehatannya (prokes).

“Walaupun kita optimis sebetulnya karena tidak ada data bahwa mungkin tidak parah, masih sama dengan Omicron, tapi tetap kita harus berupaya mencegah penularan,” kata dia.

Baca juga artikel terkait SUBVARIAN BARU OMICRON atau tulisan lainnya dari Farid Nurhakim

tirto.id - Kesehatan
Reporter: Farid Nurhakim
Penulis: Farid Nurhakim
Editor: Gilang Ramadhan