Menuju konten utama

IA-CEPA Bebaskan Bea Masuk Sapi Australia, Peternak Lokal Khawatir

Kerjasama sama ekonomi komprehensif Indonesia-Australia (IA-CEPA) yang membebaskan bea masuk bagi sapi impor Australia menjadi momok baru bagi para peternak sapi dalam negeri.

IA-CEPA Bebaskan Bea Masuk Sapi Australia, Peternak Lokal Khawatir
Pedagang dan pembeli bertransaksi sapi di Pasar Hewan Ambarawa, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, Kamis (9/11/2017). ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra.

tirto.id - Penandatanganan kerjasama sama ekonomi komprehensif antara Indonesia dan Australia (IA-CEPA) menjadi momok baru bagi para peternak sapi dalam negeri. Sebab, kebijakan bea masuk nol persen bagi sapi asal Australia bakal menambah beban para peternak sapi lokal di pasar domestik.

Ketua Perhimpunan Peternak Sapi dan Kerbau Indonesia (PPSKI) Teguh Boediyana mengatakan, pemerintah harusnya lebih gencar untuk mendorong peningkatan produktivitas sektor peternakan sapi rakyat sebelum penandatanganan itu dilakukan.

Sebab jika tidak, dalam beberapa waktu ke depan Indonesia bisa menjadi net importir daging sapi karena banyak peternak yang tak lagi mendapat keuntungan dari industri tersebut.

Belum lagi, pemerintah juga membuka keran impor cukup besar untuk daging kerbau asal India. Pada akhir 2018 lalu, kuota impor yang ditetapkan oleh pemerintah mencapai 100 ribu ton.

"Tanpa adanya IA-CEPA industri peternakan kita saja sudah kembang-kempis. Pasti ketar-ketir. Sebelumnya kan dihantam oleh impor daging kerbau dari India," ujar Teguh saat dihubungi Tirto, Sabtu (9/3/2019).

Selama ini, kata Teguh, produksi industri sapi dalam tak pernah berhasil mengalami peningkatan produksi meski cetak biru menuju swasembada daging sapi pernah dicanangkan oleh pemerintah SBY.

Pada 2005, pemerintah membuat Program Swasembada Daging Sapi (PSDS) dengan target capaian tahun 2010, namun gagal dan direvisi targetnya ke tahun 2014 menjadi Program Percepatan Swasembada Daging Sapi (P2SDS).

Namun, usaha itu juga gagal dan pemerintah setelahnya atau era Joko Widodo tak lagi punya konsep komperhensif terkait pengembangan industri sapi lokal.

Hingga sekarang keran impor yang dibuka oleh pemerintah untuk daging sapi dan kerbau rata-rata mencapai 250 ribu ton pertahun, kata teguh. Kondisi peternakan rakyat yang masih tradisional membuat peternak lokal tak dapat berdaya saing dari sisi harga.

Lantaran itu lah pihaknya mendorong pemerintah Indonesia untuk serius membenahi sektor peternakan sapi baik di dalam industri daging, sapi bakalan (penggemukan), maupun sektor produksi susu perah.

"Kalau enggak kayak begitu ya beberapa tahun lagi kita jadi net importir, ga ada lagi anak muda yang mau jadi peternak sapi karena tidak menguntungkan, lebih baik jadi importir," imbuhnya.

Baca juga artikel terkait TARIF BEA MASUK atau tulisan lainnya dari Hendra Friana

tirto.id - Ekonomi
Reporter: Hendra Friana
Penulis: Hendra Friana
Editor: Maya Saputri