tirto.id - Kementerian Komunikasi dan Informatika menyebutkan setidaknya 17.845 tempat telah disiapkan bagi masyarakat yang ingin mengikuti upacara bendera memeringati Hari Ulang Tahun (HUT) Ke-75 RI secara virtual.
Direktur Jenderal Informasi dan Komunikasi Publik Kemenkominfo Prof Widodo Muktiyo, dalam pernyataan tertulis, di Jakarta, Selasa, menyatakan upacara bendera di Istana Merdeka secara total akan berlangsung secara virtual.
"Yang ikut di Istana akan dibatasi, tetapi kami mengundang masyarakat luas untuk mengikuti upacara bendera secara virtual. Kami siapkan tempat untuk 17.845 peserta upacara virtual," tuturnya.
Meski tengah menjalani suasana berbeda akibat pandemik COVID-19, ia mengatakan peringatan HUT Ke-75 RI tetap akan meriah melalui apa itu yang disebut realitas virtual.
"Kami sedang mengonsolidasikan ke kementerian, lembaga dan daerah, bahwa 17 Agustus kali ini kita harus gembira melalui virtual. Ada realitas lain di luar realitas sosial, yakni realitas virtual, termasuk pada prosesi upacara bendera 17 Agustus di Istana Merdeka," ujarnya.
Guru Besar Ilmu Komunikasi Universitas Negeri Sebelas Maret (UNS) Surakarta itu menggarisbawahi bahwa peringatan 75 Tahun Indonesia Merdeka menjadi momentum untuk mengulik optimisme menuju "Indonesia Maju".
"Presiden Jokowi menjadi lokomotif membawa bangsa ini menuju kemajuan, dan itu diikuti semua pihak. Termasuk saat mengeluarkan Pepres 82/2020 untuk memastikan keseimbangan penanganan kesehatan dan pemulihan ekonomi nasional sebagai dampak COVID-19," ucapnya menjelaskan.
Terkait maraknya hoaks di masa pandemik, Widodo memaparkan bahwa pemerintah terus berupaya keras memantau dan melakukan upaya mengatasi berita-berita palsu dari media sosial maupun antarpercakapan kelompok di telepon pintar.
"Hoaks mempengaruhi betul perilaku masyarakat. Kita harus berantas benar penyakit ini," kata Ketua Dewan Pengawas Perum LKBN ANTARA itu.
Selama enam bulan di masa COVID-19, Widodo menyimak adanya beberapa perubahan positif di masyarakat, misalny,a berkembangnya gaya hidup sehat, gaya hidup konektivitas dan gaya hidup solidaritas.
"Itu yang kita olah sedemikian rupa dalam konteks koeksistensi, antara kita sebagai masyarakat yang harus bekerja produktif tapi aman terhadap COVID-19," imbuhnya.