Menuju konten utama

Hujan Meteor Orionid Hiasi Langit Akhir Pekan Ini

Hujan meteor orinoid dapat dilihat sejak tanggal 20 Oktober hingga 22 Oktober 2017

Ilustrasi Hujan Meteor.foto/shutterstock

tirto.id - Meteor dari rasi Orion akan terlihat melesat di langit, sekitar 30 derajat arah timur laut, sejak 20 Oktober 2017 hingga Sabtu dini hari 22 Oktober 2017. Fenomena ini dinamakan hujan meteor Orionid, yang umumnya muncul pada Oktober hingga awal November.

Hujan meteor Orionid berasal dari rasi bintang Orion, Si Pemburu. Di Indonesia, rasi pemburu ini akan terbit kisaran pukul 21:00 WIB di timur laut dan terus beranjak naik di langit menuju titik meridian pengamat.

Puncak hujan meteor Orionid tahun ini adalah pada 21 Oktober 2017. Namun begitu, pengamatan sudah bisa dilakukan sejak 20 Oktober sampai dengan sehari sesudah malam puncak, yakni tanggal 22 Oktober.

Hujan meteor Orionid merupakan salah satu hujan meteor yang dengan aktivitas yang cukup tinggi antara 40-70 meteor per jam selama 2-3 hari berturut-turut. Analisa data hujan meteor Orionid dari tahun 1984-2001 memperlihatkan laju maksimum meteor setiap tahunnya beragam antara 14-31 meteor per jam.

Periode terkuat terjadi selama 12 tahun abad ke-20 dan selama tahun 2006-2013 sebanyak 30–70 meteor per jam. Namun, sejak 2014, aktivitas hujan meteor Orionid mulai menurun di kisaran 15–20 meteor per jam.

Hujan meteor Orinoid dapat terlihat dari semua arah. Jika ditelusuri kembali arah datangnya, meteor-meteor yang bergerak dengan laju kecepatan 66 kilometer per detik berasal dari arah utara bintang Betelguese di rasi Orion.

Kita bisa juga menikmati Planet Saturnus yang masih tampak di arah barat sampai kisaran pukul 21:30 WIB, sambil menunggu Orion muncul. Selain itu, kita bisa melihat Mars yang terbit pukul 03:58 WIB dan Venus muncul di ufuk timur pukul 04:33 WIB.

Hujan meteor Orionid merupakan lintasan sisa debu ekor Komet Halley. Komet ini merupakan komet yang mendekati Matahari setiap 76 tahun dan baru akan tampak lagi pada 2061.

Untuk memperoleh hasil pengamatan terbaik, disarankan untuk mencari lokasi yang bebas polusi cahaya artifisial atau lampu kota.

Baca juga artikel terkait ASTRONOMI atau tulisan lainnya dari Yulaika Ramadhani

tirto.id - Hobi
Reporter: Yulaika Ramadhani
Penulis: Yulaika Ramadhani
Editor: Yulaika Ramadhani