tirto.id - Politisi Golkar Ace Hasan Syadzili menilai, dukungan partainya kepada Joko Widodo (Jokowi) dalam Pilpres 2019 telah terbukti menaikkan elektoral partai berlogo beringin tersebut. Hal itu, menurutnya, adalah sebuah simbiosis mutualisme dalam politik antara partainya dan Jokowi.
“Golkar di tengah konflik dua tahun yang lalu, itu persis jatuh. Dalam posisi yang memprihatinkan. Tapi, saat melakukan dukungan kepada Pak Jokowi, elektabilitas Golkar naik. Jadi artinya apa? Kami sudah melakukan simulasi, bahwa dukungan kami kepada Pak Jokwoi juga akan mempunyai efek elektoral,” kata Ace di D’hotel, Sultan Agung, Menteng, Jakarta Pusat (30/7/2017).
Penilaian publik terhadap Jokowi, menurut Ace juga mempengaruhi penilaian terhadap Golkar. “Secara kebetulan publik menilai Pak Jokowi ini sangat baik, dan ini berpengaruh juga kepada Golkar. Ini namanya simbiosis mutualisme dala politik dan itu biasa.”
Untuk itu, menurutnya, segala isu yang menyerang Jokowi tidak akan mempengaruhi elektabilitas partainya dalam menghadapi Pilkada 2018 dan Pilpres 2019. Sebab, menurut Ace, isu-isu yang ditujukan kepada Jokowi merupakan isu yang tidak rasional.
“Isu-isu yang menyebut Jokowi anti-Islam itu adalah isu yang tidak rasional. Itu adalah isu SARA dan saya tergabung dalam grup-grup WhatsApp, terbukti isu itu tidak mempan untuk mengikis penerimaan publik pada Jokowi,” kata Ace.
Baca juga: PKB Ajukan Muhaimin Iskandar Jadi Cawapres di Pilpres 2019
Dirinya pun mengklaim, keberadaan Golkar sebagai pendukung Jokowi adalah sangat penting untuk menjadi penyeimbang peta politik koalisi di parlemen. Mengingat, menurutnya, Golkar merupakan partai terbesar nomor dua di Pemilu 2014 yang sangat berpengaruh untuk melancarkan program koalisi di parlemen.
“Saya tidak bisa membayangkan apabila saat itu Golkar masih di KMP bagaimana pemerintahan Pak Jokowi-JK akan berjalan secara efektif,” kata Ace.
Selain itu, menurutnya, keputusan Golkar untuk mendukung Jokowi di Pilpres 2019 telah final karena telah diputuskan dalam Rapimnas dan partainya akan solid terhadap dukungan itu. Tidak seperti Pilpres 2014 yang terpecah menjadi dua.
“Memang tradisi Pilpres Golkar setelah reformasi memang selalu mengalami ketidaksolidan dan itu harus diakui, tapi demikian tentu karena prosesnya dilakukan melalui proses yang sangat organisatoris ada rapimnas, pertemuan DPD I, maka secara struktural Golkar akan solid,” katanya.
Baca juga: Survei: Pilkada DKI Naikkan Elektabilitas Jokowi
Terkait elektabilitas Jokowi, Peneliti Saiful Mujani Research and Counsulting (SMRC) Sirajudin Abbas dalam kesempatan yang sama menyatakan tingkat kepercayaan masyarakat pada Jokowi mencapai 70 persen. Hasil ini didapat dari survei yang dilakukan oleh lembaganya.
“Dari suvei yang kami laporkan setiap tiga bulan, memang memperlihatkan bahwa kepercayaan masyarakat pada Jokowi mencapai 70 persen dan terus meningkat,” kata Sirajudin.
Penulis: M. Ahsan Ridhoi
Editor: Dipna Videlia Putsanra