Menuju konten utama

Hologram Jokowi-Ma'ruf: Efektifkah Untuk Kampanye?

Jokowi-Ma’ruf menggunakan teknologi ‘hologram’ untuk menggaet pemilih, langkah yang pernah dilakukan sejumlah politisi lain di berbagai belahan dunia.

Hologram Jokowi-Ma'ruf: Efektifkah Untuk Kampanye?
Jokowi tampak menunjukkan 3 kartu saktinya dalam kampanye hologram. FOTO/ dok. TKN

tirto.id - Senin (25/3) malam di Lebak, Banten, ada hal yang tidak biasa dalam acara kampanye calon presiden-wakil presiden Joko Widodo-Ma’ruf Amin. Keduanya muncul secara bergantian dan menyampaikan pidato di atas panggung khusus yang disediakan di depan sebuah bus mini. Yang menarik, sosok di atas panggung itu bukanlah sosok nyata, melainkan proyeksi hasil teknologi hologram.

Ini pertama kalinya teknologi hologram digunakan untuk kampanye dalam sejarah politik Indonesia. Beberapa orang yang menyaksikan video hologram itu cukup terpukau dibuatnya. Salah seorang warga Lebak, Abdul Qodir, misalnya, mengungkapkan kekagumannya sembari menambahkan bahwa hal ini merupakan pengalaman baru baginya.

“Baru kali ini saya menyaksikan video hologram semacam ini. Saya bangga,” ujarnya dalam video yang berasal dari tim kampanye Jokowi-Ma’ruf. “Karena baru pertama kali di Lebak baru diluncurkan. Saya kagum sekali, Pak.”

Dalam pidato singkatnya melalui hologram, salah satu pesan utama yang disampaikan oleh Jokowi adalah ajakan untuk memerangi fitnah dan disinformasi yang menyerang dirinya.

“Kita harus lawan fitnah-fitnah itu. Jelaskan kepada yang sudah termakan fitnah. Tegur dan ingatkan yang suka menyebar fitnah,” kata Jokowi, sembari mengajak para pendukungnya untuk melaporkan pelaku disinformasi kepada polisi jika si penebar fitnah tetap keras kepala untuk menyebarkannya.

Sementara itu, Ma’ruf Amin menceritakan polarisasi dalam masyakarat akibat perbedaan politik. Ma’ruf sendiri hadir dalam acara kampanye tersebut untuk meluncurkan penggunaan teknologi hologram ini dalam strategi kampanye mereka ke depan.

Tim Kampanye Nasional (TKN) Jokowi-Ma’ruf melalui Juru Bicaranya Raja Juli Antoni percaya teknologi hologram ini akan efektif digunakan untuk mempromosikan program-program Jokowi-Ma’ruf di sejumlah daerah yang tidak bisa dikunjungi oleh pasangan capres-cawapres tersebut.

“Saya kira bisa [membangun ikatan emosional] dengan kemajuan teknologi ini. Apalagi kalau orang yang tidak tahu kalau itu hologram, karena mirip sekali,” kata Juli. Kendati demikian, ia mengakui belum dapat mengukur sejauh mana efektivitas program kampanye dengan hologram ini.

Ia menambahkan, video hologram ini akan dipasang di truk yang disebar di 540 kabupaten di seluruh Indonesia, termasuk di basis pemilih capres-cawapres lawan, Prabowo Subianto-Sandiaga Uno, termasuk di Jawa Barat.

TKN mengklaim teknologi hologram yang digunakan untuk kampanye ini seratus persen karya anak bangsa. Seperti dilansir CNN, Ma’ruf mengatakan bahwa pemanfaatan teknologi ini menunjukkan bahwa Jokowi dan dirinya mampu menggunakan teknologi untuk membangun komunikasi.

Teknologi Lama

Teknologi hologram sendiri sesungguhnya sudah ada sejak pertengahan abad ke-20, namun pengembangannya menjadi semakin nyata sejak tahun 1962. Dilansir dari Livescience, adalah Yuri Denisyuk, di Uni Soviet, dan Emmett Leith dan Juris Upatnieks di University of Michigan yang menjadi motor utama pengembangan teknologi laser untuk merekam objek tiga dimensi pada 1962.

Menurut Tung H. Jeong dalam “Basic Principles and Applications of Holography” (2008), secara mendasar ada dua jenis hologram: transmisi dan refleksi. Hologram refleksi merupakan yang paling sering dijumpai. Hologram jenis ini baru dapat tampak ketika terkena cahaya dan sering ditemukan pada kartu kredit ataupun surat izin mengemudi.

Jenis yang kedua, hologram transmisi, dilihat dengan cahaya laser dan biasanya hampir sama dengan jenis yang digunakan untuk membuat sebuah rekaman. Cahaya diarahkan dari belakang hologram dan gambar dari hologram kemudian ditransmisikan ke sisi penonton. Gambar virtual yang disajikan dapat sangat tajam dan memiliki kedalaman yang baik.

Hingga kini hologram bersifat statis. Artinya, hologram yang berupa video sesungguhnya bukan hologram dalam pengertian yang sebenarnya yakni memiliki volume tiga dimensi. Pada Januari 2018 lalu, seperti dilaporkan Nature, sejumlah ilmuwan di bawah pimpinan Daniel Smalley, seorang fisikawan dari Brigham Young University di Provo, Utah, Amerika Serikat, berhasil membuat gambar tiga dimensi bergerak. Namun, teknologi yang digunakan bukanlah hologram, akan tetapi teknik bernama tampilan volumetrik (volumetric display).

“[Teknik ini] melakukan sesuatu yang tidak pernah dapat dilakukan hologram—memberi Anda pandangan menyeluruh, tampilan mirip seperti Putri Leia [dalam film Star Wars]—karena ini bukan hologram,” kata Miles Padgett, seorang ahli fisika optik di University of Glasgow, Inggris.

Sebagai catatan, Padgett mengacu pada adegan di mana Putri Leia memohon bantuan melalui proyeksi tiga dimensi dalam film Star Wars tahun 1977.

Teknologi Hologram terkini sendiri juga tengah dikembangkan oleh sejumlah perusahaan teknologi raksasa dunia seperti Microsoft dan Google melalui Augmented Reality (AR). Microsoft sedang bereksperimen dengan hologram melalui alat AR-nya, HoloLens, yang versi duanya kini telah muncul.

Gimik Kampanye Politisi

Lantas, apabila video yang dibuat oleh Jokowi-Ma’ruf bukan benar-benar hologram secara teknis, teknologi apa yang sesungguhnya digunakan? Boleh jadi mereka menggunakan teknik yang disebut dengan Pepper’s Ghost.

Seperti dilansir The Verge, teknik serupa pernah digunakan oleh capres Perancis Jean-Luc Melenchon selama masa kampanye dalam pemilu Perancis 2017 lalu. Melalu teknik tersebut, tim kampanye Melenchon memproyeksikan tampilan dua dimensi dari dirinya sendiri yang saat itu berada di Dijon ke panggung yang berada di beberapa di tempat di Perancis, termasuk Nantes dan Montpellier.

Infografik Hologram

undefined

Teknik serupa pernah digunakan dalam festival musik Coachella pada 2012 ketika rapper AS Tupac Shakur yang meninggal pada 1996 ‘dihidupkan’ kembali ke atas panggung. Seperti dilaporkan oleh Gizmodo, istilah Pepper’s Ghost sendiri diambil dari nama peneliti optik pada pertengahan abad 19 bernama John Pepper.

Trik ini pada dasarnya memantulkan gambar pada kaca yang ditempatkan pada sudut tertentu sehingga gambar tampak berada di udara. Dengan demikian, jika gambar seseorang diproyeksikan pada kaca, maka akan tampak orang tersebut seolah-olah tengah berdiri, entah itu di atas panggung atau di dalam ruangan.

Masih dari Gizmodo, Melenchon menggunakan alat ini sebagai gimik untuk mengangkat popularitasnya di tengah ketatnya pemilu Perancis kala itu, di mana ia bersaing dengan Francois Fillon dan Emmanuel Macron.

Narendra Modi juga pernah menggunakan efek holografik yang sama dengan Melenchon pada 2012 dan 2014. Pada 2012, tim kampanye menyiarkan 26 ‘hologram’ Modi dalam rangka kampanye pemilu India kala itu. Pada 2014, ia kembali melakukan hal yang sama namun dengan skala yang lebih besar lagi.

Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan juga pernah menggunakan efek holografik ini ketika masih menjabat sebagai perdana menteri pada 2014 lalu. Seperti dilaporkan Hurriyet Daily News, ‘Hologram’ Erdogan diproyeksikan di tengah acara partai keadilan dan pembangunan (AKP) yang bertujuan untuk memperkenalkan kandidat walikota distrik setempat di wilaya Izmir.

Karena sifatnya yang lebih kepada pemutaran ulang video yang telah direkam, tidak seperti panggilan video, orang tidak dapat berinteraksi dengan mereka yang gambarnya diproyeksikan melalui teknik tersebut. Ini berarti tidak ada interaksi emosional dalam proses komunikasi yang terjadi.

Dalam kasus Jokowi-Ma’ruf, pengamat komunikasi politik dari Universitas Brawijaya (Unbraw), Anang Sujoko mengatakan bahwa teknologi memang masih belum secara maksimal mampu membangkitkan kedekatan emosional dengan pemilih.

“[Pengaruh hologram] tidak akan sesignifikan jika masyarakat bersentuhan langsung [dengan kandidat],” sebutnya pada Tirto. “Hologram hanya menarik, tetapi tidak secara langsung memengaruhi seseorang.”

Baca juga artikel terkait PILPRES 2019 atau tulisan lainnya dari Ign. L. Adhi Bhaskara

tirto.id - Teknologi
Penulis: Ign. L. Adhi Bhaskara
Editor: Windu Jusuf