tirto.id - “Yang paling menyenangkan tentang startup teknologi ialah kami, para pendiri, berusia 20 atau 30 tahun sekian,” kata Kevin Systrom, dalam wawancara pada The Telegraph.
“Kami tentu saja bertambah tua, tapi tidak ada yang tahu apa yang kami lakukan sebelum berusia 20 atau 30 tahun.”
Kevin Systrom merupakan otak di balik lahirnya Instagram. Saat usianya 31 tahun, pada 2012, ia menjual Instagram senilai $1 miliar pada Facebook. Ia sukses mengantongi $400 juta.
Kevin Systrom adalah kutu buku di bidang teknologi. Daniel Roberts di Fortune, menulis soal Systrom yang menciptakan program lelucon dan membuat akun AOL Instant Messenger teman-temannya. Leluconnya itu membuat seolah akun rekannya diretas.
Kemampuan koding Systrom diwarisi dari sang ibu, yang telah bekerja pada startup. Namun, jejak karier Systrom bukanlah di bidang teknologi. Boston Beat, sebuah toko vinyl di Newbury Street, Massachusetts, jadi titik awal karier Systrom di dunia kerja.
“Saya terobsesi dengan DJ,” katanya.
Usai bekerja pada Boston Beat, ia lantas masuk ke Stanford University, jurusan Computer Science. Namun, jurusan itu jauh lebih akademik daripada praktikal. Ini membuat Systrom banting setir. Jurusan Management Science and Engineering Program akhirnya jadi pilihannya.
Di sela-sela kesibukan kuliahnya, Systrom menciptakan berbagai situsweb. Salah satunya ialah sebuah situsweb berbagi foto yang hanya oleh ia dan saudaranya gunakan. “Saya mencintai fotografi dan pernah menjadi ketua UKM fotografi di kampus,” kata Systrom.
Ia menyalurkan dahaga di dunia fotografi, dengan terbang ke Florence, Italia, untuk mengikuti semester musim dingin soal fotografi. Namun, bukannya disuruh menjepret objek menggunakan kamera terbaru nan canggih, salah seorang profesor yang mengajari Systrom, memintanya mengganti DSLR Nikon yang dibawa dengan Holga. Holga adalah kamera “made in Hong Kong" yang membuat Systrom terpana.
Holga
“Tampilannya seperti sebuah scene dari film Southern Gothic,” tulis Stephen Dowling mengomentari foto Al Gore, yang di awal tahun 2000an berupaya menjadi Presiden Amerika Serikat.
Foto yang dikomentarinya diambil dari karya seorang jurnalis foto bernama David Burnett. Alih-alih menggunakan kamera kelas atas dari Canon atau Nikon atau Leica, Burnett memilih menggunakan Holga, kamera plastik murah. Kata “Holga” berasal dari bahasa Kanton yang diterjemahkan artinya “sangat menyilaukan.”
Holga pertama kali lahir pada 1982, melalui tangan seorang bernama Lee Ting-mo. Melalui Universal Electronics Industries, perusahaan yang lebih dahulu didirikan Lee, Holga diproduksi secara masal ke dunia.
Sebelum Holga diciptakan, Lee Ting-mo merupakan karyawan Yashica. Ia ditugaskan pada 1967 ke Hong Kong guna memperluas basis produksi produsen asal Jepang. Dua tahun berselang, Lee keluar. Universal Electronic Industries kemudian ia bangun sebagai perusahaan yang mula-mula menciptakan kapasitor, tetapi kemudian berganti menjadi menciptakan flash.
“Di awal dekade 1970-an hanya ada perusahaan kami dan satu perusahaan lain yang membuat flash di Hong Kong, tapi di akhir 70an, kamu tahu berapa pabrik yang membuat flash? Lebih dari 30!” kata Lee Ting-mo, dalam wawancara pada South China Morning Post.
Perusahaan itu lalu berganti basis produksi, menjadi perusahaan pembuat kamera.
“Di Cina, hanya ada sedikit perusahaan yang menciptakan kamera, tapi kesemuanya merupakan perusahaan besar. Peralatan mereka sangat bagus, saya pikir itu didatangkan dari Rusia. Mereka menciptakan kamera dengan harga yang sangat mahal, dan kuantitasnya sangat sedikit,” kata Lee.
Holga adalah jawaban bagi bisnis Lee. Namun, produk ini jauh dari kesan canggih, Holga adalah “mainan.” Di dekade 1980-an, kala dunia fotografi diramaikan dengan single lens reflex (SLR), Holga lahir dengan kesederhanaan sebuah kamera: lensa plastik bening 60 milimeter serta sensor film berukuran 56 milimeter x 56 milimeter. Holga memiliki rana sebesar 1/100, 1/125, dan Bulb, rana terbuka selama shutter, dan tombol jepret. Holga merupakan kamera “bermekanisme sederhana dari plastik”.
Teru Kuwayama, jurnalis foto yang sering meliput perang, mengatakan Holga “adalah pisau yang mampu bertahan dari penyakit cepat usang yang diderita kamera canggih dengan tingkat kompleksitas yang tinggi.
Holga sukses memperoleh cap “cult” dari dunia fotografi meski dibuat sederhana, terbuat dari plastik, dan berlabel “made in Hong Kong,” Selain karena dipopulerkan Burnett, Lomography sebagai perusahaan kamera film asal Austria, punya andil mempopulerkan kamera plastik dan juga (menjual) Holga ke seluruh dunia.
Holga populer karena alat tersebut sukses menghadirkan fotografi dalam bentuknya yang paling sederhana. Ini nampaknya jadi sebab, mengapa sang profesor yang mengajari Systrom fotografi di Italia meminta mengganti Nikon ke Holga.
Penciptaan Instagram
Usai menuntaskan semester musim dingin tentang fotografi di Italia, Systrom melakukan kerja magang di Odeo, startup yang didirikan Evan Williams, karena terpengaruh Jack Dorsey, menjadi cikal-bakal Twitter. Systrom mengatakan Williams dan Dorsey sukses membuatnya “belajar banyak” dan “membuka cakrawala baru.”
Pada 2006, Systrom akhirnya lulus dari Stanford. Ia bekerja memasarkan Gmail dan Calender bagi Google. Namun, kerja semacam itu bukan keputusan yang tepat. Systrom mengatakan “ingin memperoleh ruang sosialnya kembali.” Setelah itu perusahaan bernama Nexstop, perusahaan travel menjadi pelabuhan berikutnya. Di Nextstop, karakternya sebagai kutu buku mampu tersalurkan.
Systrom kembali melakukan kegiatan koding, dan menciptakan berbagai aplikasi. Salah satunya ialah Burbn: aplikasi berbagi foto berbasis lokasi, yang selepas menerima dana masing-masing sebesar $250 ribu dari Marc Andreessen dan Ben Horowitz, jadi cikal bakal Instagram.
Adam Scott, pengurus Lomography di Inggris, sebagaimana diwartakan BBC, mengungkapkan Instagram “sangat sulit membantah jika inspirasi tidak datang dari Holga atau gerakan kreatif kamera mainan.”
Setidaknya ada dua inspirasi dari Holga yang dijadikan pijakan Instagram. Foto berukuran kotak, yang disebut Scott sebagai “format solutif di antara portrait dan landscape,” serta filter, tampilan yang memberi kesan artistik pada foto-foto Instagram.
“Filter 100 persen terinspirasi dari fotografi film, dan sangat memungkinkan itu datangnya dari Holga,” katanya dengan tegas.
Laporan The Telegraph menyebutkan soal filter, ide tersebut datangnya dari sang kekasih Systrom, Nicole. Nicole sempat tak mau difoto karena alasan “tidak terlihat bagus saat difoto.”
Systrom, lalu dengan bantuan rekannya melalui internet, menciptakan filter semalaman. X-Pro II, merupakan filter Instagram pertama, dan masih bisa digunakan hingga kini. Melalui Instagram dan filter, lahirlah foto yang menampilkan kaki Nicole dan anjing peliharaan mereka.
“Jika saya tahu itu menjadi foto pertama di Instagram, saya akan berusaha lebih keras (meminta Nicole berpose penuh, bukan hanya kakinya dan menciptakan filter yang lebih baik),” cetus Systrom.
Holga dan Instagram kini bagaikan langit dan bumi. Hingga per akhir 2017, ada 500 juta pengguna aktif bulanan Instagram. Berbanding terbalik dengan Holga, yang pada 2015 harus tamat.
Editor: Suhendra