tirto.id - Sekitar awal Juli ini, sebuah video berdurasi kurang dari 1 menit berseliweran di media sosial Facebook. Unggahan itu menunjukkan perselisihan kelompok berseragam loreng yang diduga adalah aparat Tentara Nasional Indonesia (TNI) dengan sekelompok orang berseragam hitam. Peristiwa tersebut nampak berlangsung di jalanan yang juga dikerumuni warga.
Video ini salah satunya dibagikan oleh akun Facebook Tayyeb Baduka pada 1 Juli 2022 (tautan) dan sebelumnya telah disebarkan oleh akun Facebook Muhdjufrigafur (tautan). Narasi yang disebarkan lewat deskripsi kedua akun itu lebih kurang sama, yakni bahwa tentara Tiongkok sudah berani melawan TNI, serta bahwa mereka sekarang mengamankan aset mereka, seperti misalnya kebon sawit, dan bahwa mereka berusaha menguasai wilayah tertentu di Indonesia.
Meski unggahan Tayyeb Baduka tak begitu banyak mendapat reaksi, video yang tersebar telah disaksikan sebanyak 82 kali per 27 Juli 2022. Klaim yang beredar juga penting untuk diperiksa mengingat banyaknya hoaks yang mengaitkan Tiongkok dan memiliki tendensi anti-Tiongkok.
Lantas, benarkah gambar dalam video merupakan tentara dari negara tersebut?
Penelusuran Fakta
Tirto menganalisis video yang diunggah akun Facebook Tayyeb Baduka menggunakan bantuan alat pengecekan video InVID. Melalui alat itu kami dapat melihat potongan gambar (key frame) dari video, yang kemudian kami unggah ke mesin pencarian gambar Yandex.
Kenyataannya, video itu tidak berkaitan dengan Tentara Tiongkok. Hasil penelusuran Yandex membawa kami pada pemberitaan Detik bertanggal 29 Juni 2022 berjudul “Polisi Dihadang Warga saat Hendak Tangkap Pelaku Penambang Ilegal.” Dalam berita tersebut tertulis bahwa personel gabungan Kepolisian Resor (Polres) Pidie dan Kepolisian Daerah (Polda) Aceh dihadang warga saat hendak menangkap pelaku penambangan ilegal di wilayah Geumpang, Kabupaten Pidie, Aceh. Disebut pula bahwa empat warga yang sempat ditangkap kemudian dilepas kembali.
Dari berita itu pun diketahui personel polisi dan aparat TNI membawa senjata laras panjang. Personel polisi tampak hendak meninggalkan lokasi yang nampak dari satu truk di jalan raya yang diminta melintas. Tapi, perlu digaris bawahi, tidak ada satupun pernyataan mengenai Tentara Tiongkok dalam laporan peristiwa itu.
Klip yang diunggah di lamanDetik juga mencantumkan akun Twitter @AlifKamal_ sebagai kredit atas video. Kendati demikian, saat menelusuri cuitan Twitter akun tersebut tidak ada keterangan mengenai Tentara Tiongkok. Bunyi cuitanbertanggal 29 Juni 2022 itu yakni, “Kabarnya ini di Aceh, entah dorong-dorongannya soal apa. Sama-sama megang laras panjang, ngeri juga.”
Mengenai kejadian ini, kami menemukan keterangan resmi dari portal Polda Aceh pada tanggal yang sama dengan laporan Detik. Berdasarkan sumber informasi itu, Kabid Humas Polda Aceh Kombes Winardy menerangkan, petugas tengah mengamankan 4 terduga pelaku penambangan ilegal dan satu unit alat berat jenis ekskavator merek Hitachi. Namun, saat hendak dibawa ke Polda untuk dilakukan pemeriksaan, petugas mendapati informasi akan adanya penghadangan dari warga, sehingga eksekusi urung dilakukan.
Saat perjalanan pulang ke Polres Pidie, tepatnya di Tower KM 12, petugas didatangi oleh sekelompok masyarakat menggunakan mobil pickup. Mereka menanyakan terkait penangkapan para penambang. Setelah dijelaskan bahwa penambang dan alat berat masih di gunung, mereka memutuskan untuk kembali.
“Sempat dihadang warga saat tim kita balik ke Polres Pidie. Namun setelah diberi pemahaman dan negoisiasi, massa langsung bubar. Untuk situasi sudah kondusif,” kata Winardy, mengutip keterangan tersebut.
Kemudian ketika berada di jalan Geumpang-Meulaboh di KM 18, petugas kembali dicegat oleh sekelompok masyarakat. Di lokasi yang sama juga disebut terdapat Personel TNI dari Koramil Geumpang, yang melakukan cooling down kepada warga.
“Petugas sempat dicegat lagi oleh masyarakat dan mobilnya juga digeledah untuk memastikan pelaku illegal mining tidak dibawa. Kemudian personel bantuan dari Polres Pidie tiba. Setelah dilakukan negoisasi dan diberi pemahaman, akhirnya massa bubar dan tim kembali ke Polres dengan selamat,” ujar Winardy.
Di samping itu, Winardy menegaskan bahwa TNI-Polri telah memastikan situasi di lapangan aman dan kondusif.
Perlu diketahui bahwa pertambangan emas ilegal di Pidie memang menjadi permasalahan yang tak kunjung selesai. Seperti dilansirKompas.id, hasil investigasi tambang ilegal di Geumpang, Pidie oleh Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Aceh menemukan dua bentuk penambangan di sana. Salah satunya, dengan cara mengeruk material di daerah aliran sungai dengan alat berat jenis ekskavator yang kemudian difilter menggunakan asbuk.
Kedua bentuk penambangan ilegal itu disebut Walhi berdampak buruk pada lingkungan, seperti kerusakan hutan dan aliran sungai yang kritis. Belum lagi sisa merkuri yang juga menjadi ancaman bagi kesehatan manusia dalam jangka waktu yang lama.
Kesimpulan
Berdasarkan penelusuran fakta yang telah dilakukan, video yang beredar merupakan rekaman perseteruan yang terjadi ketika personel gabungan Polres Pidie dan Polda Aceh dihadang warga saat hendak menangkap pelaku penambangan ilegal. Sementara itu, hadir pula personel TNI dari Koramil Geumpang yang membantu melakukan cooling down kepada warga. Lokasinya di wilayah Geumpang, Kabupaten Pidie, Aceh. Tidak ada tentara Tiongkok yang terlibat di peristiwa tersebut.
Sementara menurut keterangan Polda Aceh, kelompok TNI dalam video disebut sedang melakukan cooling down kepada warga.
Dengan demikian, klaim yang beredar tentang Tentara Tiongkok dalam video bersifat salah dan menyesatkan (false & misleading).
Editor: Farida Susanty