tirto.id - Kebakaran hebat yang tak terkendali masih terus berlangsung di Los Angeles, California, Amerika Serikat. Sejak Selasa (7/1/2025), sampai dengan Minggu (12/1/2025), kobaran api terus berkecamuk di "Kota Para Malaikat" ini.
Berdasar laporan terakhir, kebakaran yang melanda kota tersebut telah merenggut 16 nyawa. Para pejabat di sana khawatir akan ada lebih banyak mayat yang ditemukan oleh petugas di kawasan hunian yang rata dengan tanah akibat kebakaran.
Gubernur California, Gavin Newsom, bahkan menyebut kebakaran itu mungkin menjadi bencana alam terburuk dalam sejarah Amerika Serikat (AS).
Menurut perkiraan awal AccuWeather, kerusakan dan kerugian ekonomi sejauh ini bernilai antara 135 miliar dolar AS hingga 150 miliar dolar AS. Kerugian yang sangat tinggi ini di antaranya disebabkan tingginya harga rumah-rumah yang terbakar.
Di tengah bencana kebakaran di Los Angeles, percakapan soal ini juga "memanas" di media sosial. Beragam potongan gambar yang menunjukkan kondisi kebakaran dengan narasi Los Angeles tersebar di media sosial.
Salah satu yang mendapat banyak perhatian adalah video berikut dari unggahan akun "Sarwina Amu" (arsip). Dalam klip tersebut, terlihat potongan video terpisah yang menunjukkan kebakaran di sebuah kota berlatar merah akibat kebakaran.
Di sepanjang video, terdapat pesan teks, "Los Angeles, AS, 10 Januari 2025" yang menunjukkan keterangan tempat dan waktu soal video.
Video tersebut beredar di internet pada Minggu (12/1/2025). Satu hari sejak dipublikasikan, video ini telah mendapat dari 1.500 tanda suka, 299 komentar, dan 95 kali dibagikan ulang.
Kami juga menemukan unggahan Facebook berikut (arsip), yang menyertakan video serupa dan mengumpulkan lebih banyak audiens. Sampai dengan Senin (13/1/2025), video tersebut mengumpulkan lebih dari 13,9 ribu tanda suka, 2.900 komentar, dan telah dibagikan ulang setidaknya 10 ribu kali.
Di media sosial lain, kami juga menemukan video serupa disebarkan akun @har.030324 di Instagram (arsip). Narasi dari video tersebut mengaitkan kejadian kebakaran di Los Angeles dengan kebakaran di New York. Dalam dua hari tayang. Video tersebut telah mengumpulkan lebih dari 46 ribu tanda suka dan puluhan komentar.
Lalu bagaimana faktanya, apakah benar video kebakaran Los Angeles yang tersebar di media sosial? Apakah benar adanya kaitan kebakaran di Los Angeles dengan kebakaran di New York?
Pemeriksaan Fakta
Tirto mencoba menyaksikan keseluruhan video yang tersebar di media sosial tersebut. Kami mencurigai adanya penggunaan kecerdasan buatan (artificial intelligence, AI) dalam pembuatan video.
Kami kemudian mencoba melakukan pemindaian menggunakan perangakat Hive Moderation. Hasil pemindaian dari dua video memberi penilaian agregat skor 98,2 persen dan 99,1 persen. Artinya perangkat pemindai meyakini di atas 98 persen keduda video dibuat dengan AI.
Secara khusus bagian video yang menunjukkan kebakaran di ambil dari kamera dari atas langit, dengan keyakinan tertinggi terkait konten buatan AI.
Di salah satu klip video juga terlihat papan bertuliskan "Hollywood" yang terbakar. Monumen tersebut memang menjadi salah satu ikon dari Los Angeles yang terletak di kawasan Hollywood Hills.
Hasil pencarian kami mengarahkan ke cuitan berikut di X (dulu Twitter). Unggahan tersebut menunjukkan kejadian serupa, tulisan "Hollywood" yang terbakar. Namun, unggahan tersebut mendapat catatan komunitas yang menyebut kalau video tersebut adalah buatan AI. Dalam video yang tersebar di X, terlihat jelas kepalsuan video dari tulisan "Holllywood", dengan huruf "L" yang lebih banyak dari seharusnya.
Catatan komunitas juga menegaskan kalau berdasar pemberitaan, landmark tersebut tidak dalam kondisi terbakar. Hal ini seperti diberitakan ABC 10 News San Diego, sebuah media lokal.
Reuters uga menegaskan kalau informasi tersebut adalah hoaks. Berdasar konfirmasi dari Ketua Hollywood Sign Trust, Jeff Zarrinnam, monumen tersebut tidak terdampak kebakaran dan dalam keadaan aman. Mereka juga membandingkan dengan foto yang mereka ambil pada Kamis (9/1/2025), terlihat kalau tulisan tersebut masih aman, tanpa ada api di sekitarnya.
Memanfaatkan kecerdasan buatan milik X "Grok", membuat gambar tulisan "Hollywood" terbakar juga sangat mudah. Meski tidak bisa membuat format video, hal ini menunjukkan kapabilitas AI dalam membuat kejadian palsu seperti kebakaran papan tulisan legendaris tersebut.
Sementara itu, terkait klaim bahwa video yang sama adalah kejadian kebakaran di New York, hasil pencarian gambar terbalik (reverse image search) mengarahkan kami ke video berikut dari kanal “The NYC Buff” di YouTube. Video tersebut mengombinasikan sejumlah video kiriman yang menjelaskan kejadian kebakaran di wilayah Bronx, New York, pada 11 Januari 2025. Cuplikan serupa unggahan di Instagram dapat terlihat di sekitar menit 13:50 video.
Mengutip ABC 7 New York, pada Jumat (10/1/2025) memang terjadi kebakaran di daerah apartemen Bronx, tepatnya di Wallace Avenue. Kejadian tersebut membuat bagian atas apartemen tersebut ludes dan setidaknya ada delapan orang terluka. Investigasi masih dilakukan terkait penyebab kebakaran. Namun, kebakaran terjadi bukan karena masalah bencana alam seperti di Los Angeles. Kejadian ini diduga terjadi akibat adanya korsleting ataupun masalah dengan perangkat dalam apartemen itu sendiri.
Kesimpulan
Hasil pemeriksaan fakta menunjukkan, video kebakaran di Los Angeles yang tersebar di media sosial adalah video buatan AI. Hasil pemindaian dari perangkat Hive Moderation, ada 98 persen kemungkinan video tersebut buatan AI.
Secara spesifik, kebakaran yang diklaim merambat ke papan bertuliskan "Hollywood" adalah hasil rekayasa. Papan tulisan legendaris tersebut terbukti masih utuh hingga artikel periksa fakta ini ditulis.
Sementara terkait kejadian kebakaran di New York, kejadian tersebut benar terjadi, tapi tidak ada sangkut pautnya dengan kejadian kebakaran di Los Angeles.
Video yang tersebar di media sosial adalah video hasil manipulasi yang memanfaatkan kecerdasan buatan (altered video).
==
Bila pembaca memiliki saran, ide, tanggapan, maupun bantahan terhadap klaim Periksa Fakta dan Decode, pembaca dapat mengirimkannya ke email factcheck@tirto.id.
Editor: Farida Susanty