Menuju konten utama
Periksa Fakta

Hoaks Selebrasi Kemerdekaan Palestina

Video yang tersebar di Facebook adalah selebrasi pendukung sepak bola Tim Nasional UEA yang punya bendera negara mirip Palestina.

Hoaks Selebrasi Kemerdekaan Palestina
Header Periksa Fakta Selebrasi Kemerdekaan Palestina. tirto.id/Fuad

tirto.id - Konflik di Timur Tengah, yang melibatkan Israel sebagai salah satu tokoh kuncinya, masih terus berlanjut. Konflik antara Israel dan Palestina juga belum menemukan titik terang hingga akhir April 2024 ini.

Di tengah riuh-rendahnya informasi yang beredar mengenai perkembangan kondisi di Timur Tengah, beredar beragam isu di media sosial. Salah satu yang menarik perhatian dan ramai diperbincangkan adalah sebuah video yang menunjukkan sekelompok orang yang merayakan kemerdekaan Palestina.

Reels unggahan akun Facebook "Erna Erlangga" pada 1 Februari 2024 tersebut masih ramai mendapat komentar dalam satu minggu terakhir. Terlihat kerumunan orang sedang melakukan selebrasi.

Periksa Fakta Selebrasi Kemerdekaan Palestina

Periksa Fakta Selebrasi Kemerdekaan Palestina. (Sumber: Facebook)

Di video tersebut, terdapat keterangan teks bertuliskan "Hampir tak percaya tapi benar ini, Palestina merdeka". Terlihat juga beberapa orang mengenakan kain dengan pola warna seperti bendera Palestina di punggung mereka.

Video singkat tersebut sudah disaksikan setidaknya 1,8 juta kali. Terdapat lebih dari 132 ribu tanda suka dan sekitar 17 ribu komentar dari unggahan tersebut. Video singkat tersebut juga telah dibagikan ulang sebanyak 14 ribu kali.

Video serupa ditemukan di media sosial lain seperti TikTok dan YouTube, dengan narasi kemerdekaan Palestina. Akan tetapi, video-video ini tidak menarik perhatian sebesar di Facebook.

Lalu benarkah video tersebut menunjukkan selebrasi kemerdekaan Palestina?

Penelusuran Fakta

Tirto menelusuri isi dari video tersebut. Setelah menangkap salah satu potongan gambar dari reels, kami kemudian menggunakannya untuk dimasukkan ke alat reverse image search.

Identifikasi gambar yang dilakukan Google Lens, mulanya menyoroti tulisan bahasa Arab yang terdapat dalam video tersebut. Tulisan tersebut kurang lebih diartikan sebagai: "Penonton yang tidak pantas untuk pergi". Kemudian terdapat beberapa rekomendasi hasil gambar yang serupa dari video YouTube dan cuitan di X.

Kedua unggahan dari X dan YouTube tersebut rupanya dari pemilik akun yang sama yakni "Khalid Alolyan". Keduanya juga akun dengan tanda centang atau telah terverifikasi. Kedua video tersebut diunggah di hari yang sama, pada 29 Januari 2024.

Alolyan, berdasar informasi dalam akunnya, adalah seorang jurnalis di Federasi Media Olahraga Saudi, yang tersertifikasi Federasi Sepak Bola Internasional, atau FIFA. Melihat unggahan-unggahannya, dia secara berkala mengunggah konten tentang ajang Piala Asia 2024.

Video selebrasi yang ramai di Facebook tersebut terlihat terselip dalam video-video milik Alolyan di YouTube, tepatnya di laga antara Uni Emirat Arab (UEA) melawan Tajikistan di babak 16 besar.

Pertandingan tersebut berakhir dengan kemenangan Tajikistan dalam babak adu pinalti (5-3). Sebelumnya, laga berjalan selama 120 menit dengan skor 1-1. Keunggulan Tajikistan di babak pertama, berhasil diimbangi UEA pada menit 90+5.

Bendera UEA sendiri memang memiliki kombinasi warna yang sama dengan bendera negara Palestina. Perbedaan terletak pada urutan bendera dan warna merahnya. Di bendera Palestina, warna merahnya berbentuk segitiga, sementara di bendera UEA, warna merahnya berbentuk persegi panjang.

Dari video-video lain milik Alolyan, terlihat kalau pria yang melakukan selebrasi dalam video adalah pendukung UEA.

Sehingga, dapat disimpulkan bahwa video yang tersebar di media sosial adalah selebrasi dari pendukung Timnas UEA di Piala Asia 2024, bukan selebrasi kemerdekaan Palestina.

Infografik Periksa Fakta Selebrasi Kemerdekaan Palestina

Infografik Periksa Fakta Selebrasi Kemerdekaan Palestina. tirto.id/Fuad

Baca juga artikel terkait KONFLIK ISRAEL PALESTINA atau tulisan lainnya dari Alfons Yoshio Hartanto

tirto.id - Politik
Penulis: Alfons Yoshio Hartanto
Editor: Farida Susanty