tirto.id - Hidayat Nur Wahid menjelaskan bahwa pemilu presiden di tahun 2019 mendatang hanya akan membuat pemilu berlangsung dalam situasi head-to-head antar-pasangan calon presiden dan wakil presiden.Pasalnya, berdasarkan presidential threshold di ambang batas 20 persen, maka partai oposisi pemerintah hanya bisa mengajukan satu pasangan calon. Hal ini ditegaskan oleh Hidayat saat ditemui di Gedung Nusantara III, Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta.
Anggota Fraksi PKS ini menilai bahwa Gerindra menjadi juru kunci bagi partai oposisi untuk mengajukan kandidat dalam melawan pasangan calon yang diusung oleh partai pendukung pemerintah sekarang.
Hal ini terjadi lantaran ambang batas 20 persen yang digunakan mengacu pada peserta partai politik pemilu 2014 yang lalu, dan bangku-bangkunya di parlemen. Apabila keputusan presidential threshold ini sudah tidak bisa diubah melalui gugatan uji materiil ke Mahkamah Konstitusi, koalisi antara partai oposisi akan menjadi pilihan yang utama.
“PKS dan Gerindra saja sudah lebih 20 persen,” tegas Hidayat, Jumat (21/7/2017). “Kalau Demokrat dengan PAN, nggak cukup 20 persen. Kalau PKS dengan Demokrat, enggak cukup 20 persen. Yang cukup itu jika Gerindra dengan PKS atau Gerindra dengan PAN itu. Atau PKS Gerindra, PAN, Demokrat. Tapi ini nanti ada dua calon kalau tetap dipaksakan 20 persen.”
PKS optimistis bahwa pihaknya juga akan penentu bagi Gerindra dan Demokrat selain PAN. PKS sendiri memegang 39 bangku di parlemen berdasarkan hasil voting yang dilakukan pada sidang rapat paripurna RUU Penyelenggaraan kemarin. Jika digabungkan dengan Demokrat dan PAN sekalipun, maka suara PKS akan cukup memenuhi ambang batas 20 persen pencalonan Presiden. Sementara itu, Gerindra yang ditinggal sendirian tidak bisa mendaftarkan calonnya karena tidak memenuhi ambang batas tersebut. Gerindra hanya mempunyai sekitar 72 suara di parlemen.
Namun, berdasarkan pengalaman selama ini, PKS dan Gerindra memang mempunyai kedekatan yang lebih dibandingkan dengan Demokrat ataupun PAN. Apabila memang Demokrat atau PAN berminat mengajukan calonnya, PKS harus berharap pada partai koalisi pemerintah untuk membelot dan berkoalisi dengan partai oposisi petahana.
“PKS sangat diterima untuk berkoalisi dengan Gerindra. Karena Gerindra pun nggak bisa maju sendiri, PAN nggak bisa sendiri, Demokrat nggak bisa. Harus ada koalisi,” jelasnya.
Sementara itu, Fahri Hamzah selaku Wakil Ketua DPR RI menyatakan bahwa presidential threshold ini masih membuka peluang bagi siapa saja untuk menjadi calon presiden dan wakil presiden.
Peluang bagi Prabowo Subianto dari Gerindra untuk maju sebagai calon presiden pun bisa saja lebih besar daripada Joko Widodo yang diusung oleh PDIP. Ikhwal ini dinyatakan Fahri lantaran Jokowi bukan merupakan ketua umum PDIP.
“Bisa jadi juga pak Jokowi yang ga dapet tiket, siapa bilang dia pasti dapat tiket? Kan belum tentu,” tegas Fahri.
Penulis: Felix Nathaniel
Editor: Yuliana Ratnasari