Menuju konten utama

Hati-Hati dengan Ulasan Palsu di E-Commerce

Ulasan produk memainkan peran yang penting dalam penjualan produk secara online. Peran penting inilah yang memunculkan ulasan-ulasan palsu untuk memberi ulasan positif terhadap suatu produk. Bagaimana cara membedakan ulasan palsu dan ulasan asli yang betul-betul ditulis oleh pembeli?

Hati-Hati dengan Ulasan Palsu di E-Commerce
Ilustrasi e-commerce. SHUTTERSTOCK

tirto.id - Ulasan dari pelanggan merupakan faktor penting dalam penjualan produk atau jasa secara online. Setiap ulasan yang ada, baik itu positif maupun negatif dapat dijadikan dasar pertimbangan dalam melakukan pembelian. Artikel Tirto.id sebelumnya sudah menjelaskan soal berapa penting ulasan mempengaruhi keputusan pembeli online.

Sayangnya, ulasan yang ada terkadang tidak benar-benar sesuai dengan kenyataan. Banyak produsen yang membuat ulasan palsu agar produknya selalu mendapat penilaian positif. Ini kemudian mendorong mereka untuk melakukan kecurangan dengan menyewa jasa pemberi ulasan palsu.

Laporan dari organisasi penelitian Mintel mengungkapkan, sekitar 57 persen dari konsumen yang disurvei curigai suatu perusahaan atau produk hanya memiliki ulasan positif dan tidak memiliki ulasan negatif. Selain itu, sekitar 49 persen juga percaya perusahaan mungkin memberi insentif kepada mereka yang memberi ulasan online. Inilah yang disebut sebagai ulasan palsu.

Menurut Time.com, kehadiran ulasan online sebagai salah satu faktor penting dalam menarik konsumen membuat bisnis baru. Ada banyak bisnis yang berkembang untuk memberi ulasan palsu. Ada juga para penulis ulasan palsu yang menawarkan jasa mereka di Fiverr.com dan biasanya dibayar $5 untuk setiap ulasan.

Laporan Bing Liu yang merupakan profesor ilmu komputer dari Universitas Illinois Chicago, AS mengungkapkan bahwa sekitar 30 persen ulasan online untuk produk-produk tertentu adalah palsu. Hal senada juga diungkapkan tim peneliti Cornell yang melakukan investigasi terkait ulasan online. Menurut tim riset ini ada sekitar 10 persen ulasan produk yang dianggap palsu.

Membedakan Asli atau Palsu

Bing Liu dalam bukunya yang berjudul Sentiment Analysis and Opinion Mining mengungkapkan opini adalah pusat dari hampir semua aktivitas dan perilaku kita. Keyakinan kita dan persepsi tentang realitas serta pilihan yang kita buat sebagian besar dikondisikan pada penilaian orang lain terhadap sesuatu.

Untuk alasan ini, ketika kita perlu untuk membuat keputusan, kita sering mencari pendapat orang lain. Hal ini berlaku juga ketika kita ingin membeli sebuah barang atau memesan barang atau jasa. Sehingga adanya ulasan palsu seperti yang sudah disebutkan di atas, maka penting bagi para pembeli untuk bisa membedakan antara ulasan palsu atau tidak.

Membedakan ulasan palsu dan ulasan dari orang yang benar-benar membeli produk atau jasa tersebut cukup sulit. Karena jika hanya sekadar dibaca dan tidak memperhatikannya dengan seksama tentu akan terlihat sama dengan ulasan yang lainnya.

NBC News memberi beberapa saran agar para pembeli bisa membedakan antara ulasan yang palsu dan ulasan yang asli. Hal pertama yang perlu diperhatikan dari sebuah ulasan adalah dari segi bahasanya. Baik itu pada ulasan produk ataupun ulasan jasa.

Untuk sebuah produk, ulasan palsu cenderung menggunakan bahasa yang lebih ekstrem untuk menyampaikan pesannya. Misalnya dengan mengatakan “Ini adalah tempat tidur yang paling nyaman yang pernah ada.”

Sedangkan untuk ulasan mengenai layanan jasa seperti hotel atau penginapan, pengulas cenderung untuk tidak berbicara tentang hal-hal rinci seperti lantai atau kamar mandi. Sebaliknya mereka akan fokus pada alasan mereka ada di sana, seperti menggambarkan perjalanan liburan atau bisnis mereka.

Menurut peneliti dari Cornell, hal ini cukup masuk akal karena seseorang yang tidak pernah ke lokasi mungkin memiliki kesulitan untuk menggambarkan secara detail dan akurat soal tempat yang diulasnya.

Ulasan palsu juga sering mengulang nama produk secara lengkap. Menurut NBC News, ini berkaitan dengan sistem pencarian di Google. Jika suatu ulasan menggunakan kata yang ramah dengan mesin pencarian Google, tentunya akan memudahkan orang ketika mencari ulasan tentang produk atau jasa tersebut. Mereka juga akan mengunakkan jargon-jargon yang sebetulnya jarang dilakukan oleh para pengulas asli.

Para pembeli juga perlu meninjau para pemberi ulasan. Menurut Louis Ramirez yang merupakan penulis dari Dealnews, jika mereka hanya menulis satu ulasan untuk perusahaan tertentu, itu adalah tanda peringatan besar jika mereka bisa memiliki kepentingan dalam bisnis itu.

Hal lain adalah memperhatikan ulasan tersebut secara detail. Ketika seseorang membuat ulasan yang berisi keluhan terhadap sebuah produk, tentunya ia akan memberi rincian mengapa ia tidak menyukai produk tersebut. Misalnya “Saya benci ponsel pintar ini. Baterai dari ponsel pintar ini hanya bertahan tiga jam.”

Sedangkan mereka yang membuat ulasan palsu atau keluhan palsu, tentunya mereka hanya akan membuat keluhan yang bersifat umum. Mereka tidak memberi alasan rinci mengapa mereka tidak menyukai produk tersebut. Misalnya “Saya membenci ponsel pintar ini. Ini jauh dari harapan saya.” Ini adalah perbedaan ulasan yang dibuat oleh para pengulas asli dan palsu.

Sedangkan The New York Times mengungkapkan hal yang perlu diperhatikan untuk membedakan ulasan asli dan palsu adalah pada segi kontennya. Dalam laporannya, ulasan palsu cenderung dipenuhi konten yang disertai tanda seru.

INFOGRAFIK Ulasan Palsu e-commerce

Melawan Ulasan Palsu

Untuk melawan ulasan palsu yang mulai menjamur di berbagai produk, Amazon mulai memberi fasilitas ulasan hanya kepada mereka yang sudah melakukan pembelian di Amazon. Mereka juga mengharuskan para pengulas untuk memasukkan foto produk yang mereka beli. Untuk menjauhkan produk dari ulasan palsu, Amazon melakukan verifikasi pada pemberi ulasan yang benar-benar membeli produk dari situsnya.

Sedangkan TripAdvisor tidak menerima ulasan sebelum terjadinya transaksi dan kedatangan tamu hotel. Langkah ini diambil memang untuk mengurangi ulasan palsu yang sebelumnya pernah menjamur di situs tersebut.

Minggu lalu, Google juga mulai melakukan mencegah ulasan palsu di Google Play. Google kini memperketat pengaturan terhadap ulasan palsu untuk menghindari pengembang nakal dan produknya. Banyak pengembang yang mempromosikan aplikasi mereka dengan cara yang ilegal dengan ulasan palsu. Ulasan seperti itu tentu melanggar Google Play Developer Policy karena mereka menipu para pengguna yang pastinya berpikir bahwa aplikasi tersebut aman.

"Saat ini kami mengumumkan peningkatan kami dalam hal menanggulangi penipuan dan spam aplikasi yang terinstal. Dalam meneruskan upaya kami memerangi kebiasaan spam, kami juga memberi peningkatan cara dalam mengidentifikasi dan menghapus rating serta review palsu," tulis Google, seperti dilaporkan Ubergizmo.

Memasuki musim belanja liburan sudah tentu para pembeli akan banyak mencari referensi produk dan membaca ulasan. Para pembeli diharapkan tetap berhati-hati dan teliti dalam membaca sebuah ulasan.

Baca juga artikel terkait E-COMMERCE atau tulisan lainnya dari Yantina Debora

tirto.id - Marketing
Reporter: Yantina Debora
Penulis: Yantina Debora
Editor: Maulida Sri Handayani