tirto.id - Hari Lahir (Harlah) ke-101 Nahdlatul Ulama (NU) menandai lebih dari seabad eksistensi organisasi ini dalam memperjuangkan nilai-nilai keagamaan serta kebangsaan di Indonesia. Tema yang digagas "Memacu Kinerja, Mengawal Kemenangan Indonesia" menjadi refleksi dari komitmen NU dalam berkontribusi aktif terhadap pembangunan bangsa, khususnya dalam perbaikan akhlak dan penguatan Sumber Daya Manusia (SDM) mewujudkan visi Indonesia 2045.
Di usianya yang semakin matang, sebagai organisasi massa terbesar di Indonesia, NU telah menunjukkan kinerja nyata untuk keumatan dan ke-Indonesiaan. Namun, peran dalam perbaikan akhlak bangsa meski terus dikuatkan sebagai kiprah mewujudkan generasi emas Indonesia. Sebagai organisasi yang berakar pada nilai-nilai Islam Ahlussunnah wal Jama'ah, NU memiliki peran penting dalam menanamkan nilai-nilai moral dan etika dalam kehidupan bermasyarakat. Sebab itu, penguatan akhlak bangsa sudah seharusnya menjadi salah satu nafas prioritas kinerja NU.
Keberadaan pesantren dengan jejaring pendidikannya yang luas di bawah naungan NU menjadi bukti bahwa NU telah mengambil langkah strategis melalui pendekatan pendidikan dan sosialisasi nilai-nilai keagamaan dan kebangsaan. Pendidikan pesantren secara konsisten telah menyelipkan pendidikan karakter dalam kurikulumnya. Ini bukan hanya soal mengajarkan norma-norma agama, tapi juga menanamkan nilai-nilai universal seperti toleransi, keadilan sosial, dan cinta tanah air.
Program-program pendidikan di pesantren tidak hanya berfokus pada pengetahuan agama tetapi juga pada pembentukan karakter yang berlandaskan nilai-nilai moral dan etika. Pengembangan kurikulum yang mengintegrasikan pelajaran keagamaan dengan kecakapan hidup, seperti toleransi, keadilan sosial, dan kepedulian terhadap lingkungan. Bagi santri, tentu ini menjadi modal utama menyeimbangkan kesalehan spiritual bersanding dengan kesalehan sosial.
Sebab itu, penguatan pesantren untuk menjadi fokus utama dalam mempersiapkan generasi penerus bangsa yang kompeten dan berdaya saing tinggi. NU memainkan peran penting dalam hal ini termasuk peningkatan kapasitas para ulama, kiai, dan pengurus organisasi pada semua tingkatan. Program beasiswa dan pelatihan kejuruan bagi anggota masyarakat juga menjadi bagian dari upaya NU dalam meningkatkan kualitas SDM yang tidak hanya terampil tetapi juga memiliki integritas moral yang kuat.
Melalui "Program Beasiswa Santri Berprestasi" yang digagas, NU telah memberikan peluang bagi santri berprestasi untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, baik di dalam maupun luar negeri. Program ini tidak hanya meningkatkan kualitas SDM tetapi juga membuka peluang bagi lahirnya pemimpin-pemimpin masa depan yang berkarakter dan berwawasan global.
Benih-benih pendidikan yang terus disiram dan dipupuk dalam tubuh NU tentu menjadi kontribusi positif dalam membangun peradaban bangsa. Oleh karena itu, inisiatif ini harus diperjuangkan dalam rangkaian khidmat NU mengisi abad kedua kiprahnya dalam membentuk generasi muda yang kuat. Generasi muda NU tentunya tidak hanya kuat dalam hal keagamaan, tetapi juga kompeten dalam sains, teknologi, dan seni. Hal ini sebagai sumbangsih NU pada negara memenangkan Indonesia mewujudkan generasi Indonesia emas 2045.
*
Seabad lebih NU berkiprah. Di tengah isu global yang terus marak. Tansformasi digital tentu menjadi langkah krusial yang harus menjadi prioritas lainya. Digitalisasi layanan keagamaan dan dakwah harus menjadi fokus utama. Melalui pengembangan aplikasi mobile NU Online yang menyediakan berbagai layanan seperti konsultasi keagamaan, jadwal sholat, informasi kegiatan organisasi, dan materi dakwah digital.
Pengembangan aplikasi ini menjadi bagian dari strategi transformasi digital NU. Program-program seperti webinar keagamaan, kelas online, dan penggunaan media sosial untuk dakwah, telah terbukti efektif dalam menjangkau audiens yang lebih luas, termasuk generasi muda. Aplikasi ini dapat memudahkan umat, khususnya jam’iyyah NU untuk mengakses layanan keagamaan secara lebih luas hanya dalam genggaman tangan. Satu kali klik, semua layanan keagamaan dapat tersajikan.
Program literasi digital ini juga dapat menjadi literasi dakwah untuk meningkatkan pemahaman masyarakat tentang teknologi informasi dan komunikasi. Tidak hanya memudahkan akses terhadap informasi keagamaan tetapi juga membuka peluang bagi penyebaran nilai-nilai Islam yang moderat dan inklusif, sesuai dengan prinsip-prinsipAhlussunnah wal Jama'ah.
**
Di sisi lain, dalam rangka mengoptimalkan perannya, perlu adanya penguatan struktur organisasi dalam tubuh NU. Penguatan aspek manajemen organisasi, pengembangan kapasitas anggota, dan peningkatan kualitas layanan kepada masyarakat. Melalui
penguatan ini, diharapkan peran NU dapat semakin responsif terhadap dinamika sosial dan kebutuhan umat.
Tentu, NU perlu menyatukan barisan untuk menghadapi tantangan zaman yang semakin kompleks. Hal ini bukan hanya berarti sinergi antar jajaran pengurus di semua tingkatan, mulai dari Pengurus Besar NU (PBNU), Badan Otonom, Pengurus Wilayah NU (PWNU), Pengurus Cabang NU (PCNU), Majelis Wakil Cabang (MWC), hingga Pengurus Cabang Istimewa NU (PCINU) di luar negeri. Tetapi juga melibatkan seluruh anggota dan simpatisan NU. Keseragaman periode kepengurusan di semua tingkatan organisasi ini penting untuk memastikan efektivitas pelaksanaan program-program strategis NU.
Sinergi antar jajaran pengurus NU dapat menciptakan konsolidasi akbar dalam mengambil peran menjawab isu strategis baik keIndonesiaan maupun isu global. Salah satunya, berkaitan dengan konflik Israel-Palestina, yang telah berlangsung selama beberapa dekade. NU memainkan peran kunci resolusi konflik mewujudkan perdamaian dunia.
Pengaruh NU di tingkat internasional, menjadikan NU berpotensi menjadi mediator yang mampu berkomunikasi dan menegosiasikan dengan berbagai pihak yang terlibat dalam konflik. Pendekatan NU yang moderat dan inklusif terhadap Islam menawarkan ruang dialog dan rekonsiliasi, yang sangat dibutuhkan dalam situasi tegang antara Israel dan Palestina.
Selain itu, sebagai organisasi yang berkomitmen pada perdamaian dan keadilan sosial, NU harus memanfaatkan pengaruhnya untuk mendorong solusi damai yang menghormati hak asasi manusia dan kebebasan bagi semua pihak. Termasuk hak rakyat Palestina untuk menentukan nasib sendiri dan terbebas dari penjajahan menjadi satu negara yang merdeka.
NU harus memanfaatkan kapasitas intelektual dan spiritualnya untuk mengatasi narasi-narasi ekstremis dan intoleransi yang sering kali memperkeruh konflik. Dengan mengedepankan nilai-nilai Islam yang sejuk dan dialogis, NU dapat memberikan kontribusi yang signifikan untuk turut memperjuangkan kemerdekaan Palestina.
Tentu, pada abad kedua dalam usianya, harlah ke-101 NU merupakan momentum untuk merefleksikan perannya dalam sejarah bangsa dan dunia. Dengan semangat "Memacu Kinerja, Mengawal Kemenangan Indonesia", NU bertekad untuk mengambil bagian aktif dalam menyelesaikan PR keumatan dan kebangsaan, juga memainkan peran penting dalam menyelesaikan konflik global. Harlah ini menjadi titik balik bagi NU untuk terus berkarya dan berinovasi dalam menjaga nilai-nilai luhur bangsa dan menyambut Indonesia Emas 2045.
***
Tentang Penulis
Nurul Badruttamam adalah Sekretaris Lembaga Dakwah PBNU.
*) Isi artikel ini menjadi tanggung jawab penulis sepenuhnya.