tirto.id - International Literacy Day (ILD) atau Hari Aksara/Literasi Internasional diperingati setiap tanggal 8 September.
Perayaan Hari Literasi Internasional telah diperingati sejak tahun 1967. Tanggal 8 September diproklamasikan sebagai Hari Literasi Internasional oleh UNESCO pada tahun 1966 untuk mengingatkan komunitas internasional akan pentingnya literasi bagi individu, komunitas dan masyarakat, dan perlunya upaya intensif menuju masyarakat yang lebih melek huruf.
Masalah literasi adalah komponen kunci dari Tujuan Pembangunan Berkelanjutan PBB dan Agenda Pembangunan Berkelanjutan 2030 PBB, demikian sebagaimana dikutip laman resmi United Nation.
UNESCO menulis, Hari Literasi Sedunia ini telah berlangsung setiap tahun di seluruh dunia untuk mengingatkan akan pentingnya literasi sebagai masalah martabat dan hak asasi manusia, dan untuk memajukan agenda literasi menuju masyarakat yang lebih melek huruf dan berkelanjutan.
Tema International Literacy Day 2021 adalah “Literacy for a human-centered recovery: Narrowing the digital divide”.
ILD 2021 akan mengeksplorasi bagaimana literasi dapat berkontribusi untuk membangun fondasi yang kuat untuk pemulihan yang berpusat pada manusia, dengan fokus khusus pada interaksi literasi dan keterampilan digital yang dibutuhkan oleh pemuda dan orang dewasa yang tidak melek huruf.
Krisis COVID-19 telah mengganggu pembelajaran anak-anak, remaja, dan orang dewasa dalam skala yang belum pernah terjadi sebelumnya. Hal ini juga memperbesar ketidaksetaraan yang sudah ada sebelumnya dalam akses ke peluang pembelajaran literasi.
"Pandemi ini mempengaruhi 773 juta orang muda dan orang dewasa yang tidak melek huruf," tulis UNESCO.
Bahkan di masa krisis global, upaya telah dilakukan untuk menemukan cara alternatif untuk memastikan kesinambungan pembelajaran, termasuk pembelajaran jarak jauh, yang seringkali dikombinasikan dengan pembelajaran tatap muka.
"Akses terhadap kesempatan belajar literasi, bagaimanapun, belum merata. Pergeseran cepat ke pembelajaran jarak jauh juga menyoroti kesenjangan digital yang terus-menerus dalam hal konektivitas, infrastruktur, dan kemampuan untuk terlibat dengan teknologi, serta perbedaan dalam layanan lain seperti akses ke listrik, yang memiliki pilihan pembelajaran yang terbatas," ungkap pihak UNESCO.
Literasi di Indonesia
Di negara Asia Tenggara, kemampuan terbaik literasi membaca pada penelitian yang dilakukan oleh Programme for International Student Assessment (PISA) pada 2012 dipegang oleh Singapura yang menduduki peringkat ke 3 dengan perolehan skor 542. Bagaimana dengan Indonesia?
Riset PISA (2012) juga menunjukkan, Indonesia menduduki peringkat 60 dengan skor 396 dari total 65 peserta negara untuk kategori membaca. Hasil ukur membaca ini mencakup memahami, menggunakan, dan merefleksikan dalam bentuk tulisan. Skor rata-rata internasional yang ditetapkan oleh PISA sendiri adalah sebesar 500.
Editor: Iswara N Raditya