tirto.id - Menginjak hari kesepuluh pasca gempa berskala 7,4 SR yang menghantam Palu dan sekitarnya, sejumlah daerah terpencil masih belum tersentuh bantuan. Bahkan untuk kebutuhan krusial seperti air dan listrik pun sangat kekurangan.
Salah satunya di Desa Lolu, Kecamatan Biromaru, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah. Jaraknya dari Kota Palu hanya 17 kilometer, dengan waktu tempat 30 menit.
Untuk menyentuh desa itu, wartawan Tirto perlu menempuh jalan yang cukup menanjak, mengingat daerah tersebut berada di dataran tinggi.
"Kalau air setengah mati di sini, kita kalau mau ambil air harus turun ke bawah. Ada satu kilometer. Angkat air pakai mobil atau motor," kata Ikhwana, 47 tahun, salah satu warga yang wartawan Tirto temui pada Senin (8/10/2018) siang.
Ikhwana mengungsi sementara di salah satu dataran di Desa Lolu karena rumahnya rusak parah, serta listrik dan air tak juga tersedia. Terdapat tiga tenda yang diisi oleh empat kepala keluarga, salah satunya keluarga Ikhwana.
"Kebutuhan yang sangat dibutuhkan adalah air. Untuk perempuan bantuan pembalut pun tidak ada," katanya.
"Listrik juga belum nyala. Makanya kita usaha setengah mati. Kalau sudah menyala, kita akan bertenda di depan rumah saja," lanjutnya.
Sutopo Purwo Nugroho, Kepala Pusat Data dan Informasi dan Humas BNPB menanggapi kritik dengan mengatakan bahwa lokasi pengungsian yang berdiri hingga ke pelosok memang sulit dijangkau dengan akses yang tersedia sekarang.
“Di Kota Palu, Donggala, Sigi, dan Parigi Mutong, belum semuanya mendapatkan bantuan secara merata. Karena akses ke sana ada keterbatasan,” terang dia.
Penulis: Haris Prabowo
Editor: Yandri Daniel Damaledo