Menuju konten utama

Hari Kedua di Bursa, Saham Bali United Sentuh Batas Tertinggi Lagi

Saham emiten klub sepak bola pertama yang melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI), PT Bali Bintang Sejahtera Tbk (BOLA), kembali terkena auto rejection atas.

Hari Kedua di Bursa, Saham Bali United Sentuh Batas Tertinggi Lagi

tirto.id - Saham emiten klub sepak bola pertama yang melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI), PT Bali Bintang Sejahtera Tbk (BOLA), kembali terkena auto rejection atas atau ARA. Sebab, saham emiten tersebut menguat ke batas atas sebesar 25 persen pada perdagangan hari ini, Selasa (18/6/2019).

Perusahaan yang menaungi klub sepak bola Bali United ini bahkan menduduki posisi pertama sebagai saham teraktif kategori kenaikan tertinggi atau gainers lantaran kenaikan 25 persen tersebut. Harga saham emiten BOLA berhasil naik 74 poin dibanding posisi penutupan perdagangan kemarin dan terhenti di level Rp370 per saham.

Penguatan saham ini merupakan kali kedua, setelah penguatan sebesar 69,14 persen yang dialami BOLA pada perdagangan IPO perdana kemarin, Senin (17/6/2019). Harga saham BOLA tercatat naik menjadi Rp296 per saham dari harga IPO senilai Rp175 per saham. Sejak harga perdana tersebut, saham Bali United telah melejit 111,43 persen.

Data perdagangan mencatat, volume transaksi saham emiten BOLA yang diakses pada jam 13.51 WIB, sebanyak 4,43 juta saham dengan frekuensi perdagangan sebanyak 162 transaksi. Nilai transaksi saham BOLA sebesar Rp1,64 miliar. Lantaran kenaikan harga selama dua hari perdagangan berturut-turut usai IPO, kapitalisasi pasar atau market cap saham Bali United telah menyentuh angka Rp2,22 triliun.

William Hartanto, analis Panin Sekuritas memperkirakan saham emiten BOLA ini masih berpotensi terkena auto rejection batas atas pada perdagangan esok hari. “Kenaikan bisa menyentuh 25 persen lagi dan berpotensi terkena ARA,” ucap William kepada Tirto.

Dengan demikian, menurut William, saham Bali United untuk jangka pendek masih diminati untuk dikoleksi. Bahkan, penguatan saham klub sepak bola yang dibintangi Irfan Bachdim dkk ini bisa terjadi sepanjang sepekan perdagangan dengan persentase kenaikan sekira 25 persen.

Sebabnya, investor masih memiliki minat dan ketertarikan yang tinggi terhadap saham emiten ini. Meski demikian, William menyebut, kenaikan saham emiten BOLA sudah tidak akan menyentuh batas maksimum tertinggi lagi.

“Sebab, kalau saham terkena ARA setelah tiga hari perdagangan, maka masuk daftar UMA [unusual market activity] dan akan dihentikan sementara atau suspend,” imbuh William.

Penguatan saham yang baru tercatat di papan bursa, menurut William, jamak terjadi dan dapat bertahan hingga periode perdagangan selama satu bulan. Analis teknikal dari Panin Sekuritas ini memperkirakan, pergerakan saham BOLA dalam sebulan perdagangan bisa mengalami penguatan 20 persen.

“Saya perkirakan akan terjadi masa tenang dari ARA yang terjadi berturut-turut dan harga saham dalam jangka pendek belum akan menembus level Rp1.000 per saham,” kata William.

Sebagai informasi tambahan, sistem auto rejection di bursa saham diatur dengan batas maksimal naik dan turun dalam perdagangan selama satu hari. Untuk harga saham dengan rentang Rp50-Rp200 per saham, ketentuan auto rejection adalah sebesar 35 persen.

Sedangkan untuk harga saham kisaran Rp200-Rp5.000, batas maksimal naik turun adalah sebesar 25 persen. Sementara untuk harga saham di atas Rp5.000, batas maksimal naik turun sebesar 20 persen.

Saat IPO, batas yang ditentukan adalah sebanyak dua kali ketentuan. Dengan begitu, besaran masing-masing adalah sebesar 70 persen, 50 persen dan 40 persen bagi saham dengan rentang harga yang ditentukan.

Pada pelaksanaan IPO, Bali United melego sebanyak 2 miliar saham setara 33,33 persen dari modal disetor. Dengan demikian, dana yang berhasil diraup perseroan sebesar Rp350 miliar dari aksi go public ini. Bertindak sebagai penjamin pelaksana emisi adalah PT Kresna Sekuritas dan juga PT Buana Capital Sekuritas Indonesia.

Hasil dana IPO akan digunakan untuk belanja modal seperti pengembangan fasilitas, perekrutan pemain dan pelatih, penyelenggaraan acara, pengembangan akademi, serta ekspansi outlet Bali United.

Sepanjang 2018, perseroan berhasil membukukan pertumbuhan pendapatan sampai dengan Rp115,2 miliar atau tumbuh 119,42 persen dibanding 2017. Pertumbuhan pendapatan dikarenakan adanya kenaikan harga tiket pertandingan sebesar hampir 43 persen menjadi Rp50 ribu.

Baca juga artikel terkait SAHAM BALI UNITED atau tulisan lainnya dari Dea Chadiza Syafina

tirto.id - Bisnis
Reporter: Dea Chadiza Syafina
Penulis: Dea Chadiza Syafina
Editor: Maya Saputri