tirto.id - Peringatan Hari Film Nasional dilakukan setiap 30 Maret 2021. Tanggal tersebut dipilih sebagai Hari Film Nasional berdasarkan tanggal yang sama saat pengambilan gambar pertama film Darah & Doa atau Long March of Siliwangi, karya sutradara Usmar Ismail.
Bertepatan dengan hal itu, tahun ini merupakan peringatan yang ke-71 Hari Film Nasional dan mengangkat tema "100 tahun Usmal Ismail." Kemendikbud melalui Direktorat Perfilman, Musik, dan Media Baru menyebutkan perayaan Hari Film Nasional 2021 dilakukan secara daring.
“Peringatan Hari Film Nasional 2021 kali ini lebih semarak dari sebelumnya, meskipun masih dalam suasana pandemi COVID-19. Serangkaian kegiatan diselenggarakan, baik secara daring maupun luring, dengan memenuhi protokol kesehatan,” kata Ahmad Mahendra, Direktur Perfilman, Musik, dan Media Baru Kemendikbud seperti yang dikutip dari Antara.
Perayaan Hari Film Nasional ini tetap bisa dilakukan meski di tengah-tengah pandemi COVID-19. Berikut beberapa cara untuk merayakan Hari Film Nasional yang jatuh hari ini (30/3/2021).
Mengikuti pemutaran film dan diskusi film nasional
Melansir laman resmi Kemendikbud, dari 26 hingga 30 Maret akan diadakan pemutaran film secara daring dan luring di beberapa kota besar. Film yang ditayangkan antara lain Darah dan Doa,Harimau Tjampa,Liburan Seniman,Tjambuk Api,Lewat DjamMalam,Anak Perawan di Sarang Penyamun, Bintang Ketjil,Pendekar Sumur Tujuh, dan Jenderal Kantjil.
Selain pemutaran film, diskusi film juga akan dilakukan untuk perayaan Hari Film Nasional ke-71. Diskusi film ini bekerjasama dengan Rumata Art Space di Makassar pada 20-30 Maret 2021. Tema diskusi tentunya berkaitan dengan tema 100 Tahun Usmal Ismail.
Dukung film Indonesia lewat aplikasi streaming
COVID-19 yang melanda Indonesia sejak 2020 silam menyebabkan sejumlah kegiatan mandek dan ditutupnya tempat-tempat hiburan termasuk bioskop. Kondisi tersebut menyebabkan para produsen film harus mencari alternatif lain agar industri perfilman nasional tetap bergerak.
Hal ini kemudian memunculkan tren baru dikalangan produsen film, yaitu dengan memasukkan film-film produksi ke aplikasi streaming.
"Tahun lalu pandemi membuat tren baru di kalangan film maker, yang awalnya agak ragu memasukkan filmnya ke digital streaming sekarang jadi pada berani," kata Jason Iskandar, sutradara film Quarantine Tales, seperti yang dilansir dari Antara.
Akibatnya, saat ini banyak film-film pendek berbagai genre yang dapat diakses oleh banyak orang. Menurut Jason, ini tentu tren yang baru mengingat jarang sekali film pendek dapat dinikmati secara luas diluar acara tertentu.
Dengan menonton film-film nasional melalui aplikasi streaming resmi, maka turut mendukung bangkitnya industri perfilman Indonesia yang sempat terpuruk sejak pandemi.
Nonton film di bioskop
Kabar baiknya, saat ini sejumlah kota di Indonesia sudah kembali membuka bioskop-bioskop dengan penerapan protokol kesehatan.
Dibukanya kembali bioskop-bioskop dalam negeri ini tidak hanya menyita antusiasme masyarakat, tetapi juga menjadi angin segar bagi industri perfilman Indonesia. Sutradara Joko Anwar menyebutkan bahwa pemasukan bioskop merupakan pemasukan vital bagi para produsen film.
Jika selama 2019 terdapat 51 juta tiket terjual sepanjang tahun, maka pada 2020 penjualan tersebut merosot sebanyak 76 persen. Alternatif lain yaitu menempatkan film di aplikasi streaming tidak banyak membantu, bahkan untuk menutup biaya produksi sekalipun.
Dengan dibukanya kembali bioskop, masyarakat bisa mulai kembali mendukung industri perfilman nasional dengan menonton film Indonesia di bioskop terdekat.
"Tentu saja dengan tetap melakansanakan 3M, yaitu mencuci tangan, mengenakan masker, dan menjaga jarak" tulis Pusbang Film dalam Instagram resminya, Senin (29/3/2021).
Untuk menjamin rasa aman pengunjung, menurut Pusbang Film, semua bioskop saat ini sudah menjalankan protokol kesehatan yang ketat. Protokol kesehatan yang dimaksud mulai dari penyemprotan disinfektan dan sanitasi, pengecekan suhu, serta mengurangi kapasitas studio bioskop.
Kunjungi pameran "100 Tahun Usmar Ismail"
Rangkaian kegiatan yang diadakan dala #100tahunUsmarIsmail adalah pelaksanaan Pameran Usmar di Bukittinggi. Pameran tersebut diadakan di kota kelahiran tokoh perfilman nasional itu. Pameran tersebut menampilkan arsip dan kekaryaan Usmar Ismail selama masa hidupnya (1950-1970).
Meski usianya tidak sampai 50 tahun, ia sukses memproduksi 33 film layar lebar dan menjadi perintis Perfini (Pusat Perfilman Nasional Indonesia). Beberapa karya Usmar Ismail yang begitu terkenal adalah Tiga Dara (1956) yang disebut-sebut sebagai film terbaiknya. Film tersebut kemudian direstorasi dengan judul yang sama pada 2016.
Di Bukittinggi, pameran tersebut akan diadakan mulai tanggal 20 hingga 30 Maret 2021. Sementara, pameran lain yang bertema "Retrospeksi Rempo Urip" akan dilaksanakan pada 26, 29, dan 30 Maret 2021 di Perpustakaan Nasional, Jakarta.
Penulis: Yonada Nancy
Editor: Nur Hidayah Perwitasari