Menuju konten utama

Hari Bhakti TNI AU 29 Juli 2021: Sejarah, Tema & Cara Memperingati

Tema Hari Bhakti TNI AU 29 Juli 2021: sejarah dan kenapa diperingati.

Hari Bhakti TNI AU 29 Juli 2021: Sejarah, Tema & Cara Memperingati
Pesawat tempur T-50i Golden Eagle TNI AU melakukan formasi flypast seusai latihan Upacara Peringatan Detik-detik Proklamasi 17 Agustus saat melintasi Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Rabu (14/8). Latihan yang diikuti semua unsur petugas upacara tersebut untuk memantapkan kesiapan pelaksanaan Upacara Peringatan HUT ke-74 Kemerdekaan RI yang akan dipimpin oleh Presiden Joko Widodo. ANTARA FOTO/Wahyu Putro A.

tirto.id - Hari Bhakti TNI Angkatan Udara (AU) jatuh pada tanggal 29 Juli, setiap tahunnya. Penetapan Hari Bhakti TNI AU ini berdasarkan peristiwa yang terjadi pada 29 Juli 1947.

Menurus situs web TNI AU, tema Hari Bhakti TNI AU 2021 adalah "Dilandasi Semangat Kepahlawanan 29 Juli 1947, TNI Angkatan Udara Siap Mendukung Percepatan Penanganan COVID-19 Menuju Tatanan Baru untuk Indonesia Maju."

Dua peristiwa yang melandasi Hari Bhakti TNI AU 29 Juli adalah:

1. Serangan udara TNI AU di daerah pendudukan Belanda di Ambarawa, Salatiga, dan Semarang oleh Kadet Penerbang Sutardjo Sigit, Suharmoko Harbani, dan Mulyono, dibantu tiga orang teknisi bertindak sebagai penembak udara yaitu Sutardjo, Kaput, dan Dulrachman.

2. Gugurnya tiga pelopor dan perintis TNI AU, yaitu Komodor Muda Udara Adisucipto, Komodor Muda Udara Prof. Dr. Abdulrachman Saleh, dan Opsir Muda Udara Adisumarmo.

Kedua peristiwa itu berawal dari Belanda yang melanggar perjanjian Linggarjati, usaha untuk menuju penyelesaian konflik antara Indonesia dan Belanda. Secara sepihak, Belanda memutuskan hubungan diplomatik dan mengambil tindakan militer.

Sejarah Peristiwa Hari Bhakti TNI AU 29 Juli

Pada 21 Juli 1947, Belanda melanggar perjanjian Linggarjati dan melakukan serangan militer Agresi Belanda I. Belanda menyerang beberapa pangkalan udara dengan sasaran utama Pangkalan Udara Maguwo Yogyakarta, yang dianggap sebagai pusat kekuatan udara RI.

Karena cuaca buruk, serangan tersebut gagal dan Belanda mengalihkan ke pangkalan udara lain seperti Pangkalan Udara Panasan Solo, Maospati Madiun, Bugis Malang, Pandanwangi Lumajang, Gorda Banten, Kalijati Subang, dan Cibeureum Tasikmalaya.

Aksi Militer Pertama Belanda itu menimbulkan kemarahan, selain karena mengingkari Persetujuan Linggarjati yang disepakati bersama, juga melanggar ketentuan hukum perang.

Pada 28 Juli 1947 sekitar pukul 19.00, empat kadet penerbang yaitu Suharnoko Harbani, Sutardjo Sigit, Mulyono dan Bambang Saptoadji diperintahkan menghadap Kasau Komodor Udara Suryadi Suryadarma dan Komodor Muda Udara Halim Perdanakusuma.

Panggilan sangat rahasia ini menyangkut rencana operasi udara yang ditugaskan kepada empat kadet penerbang tersebut untuk menyerang kedudukan Belanda.

Dini hari 29 Juli 1947, para kadet berangkat untuk melakukan pengeboman di tiga kota. Setelah berhasil, ketiga pesawat yang dikendarai para kadetb beserta teknisi sudah mendarat kembali di Pangkalan Udara Maguwo sebelum pukul 06.00 pagi.

Serangan yang dilancarkan di pagi buta itu, tidak hanya memporakporandakan kubu-kubu pertahanan Belanda, namun lebih dari itu menurunkan mental dan semangat pasukannya. Untuk mengembalikan semangat tempur tersebut, Belanda melancarkan serangan balasan dan tidak mengindahkan lagi aturan perang.

Belanda melakukan serangan balik sore harinya, lewat penembakan pesawat Dakota VT-CLA yang merupakan pesawat ”carteran” Indonesia dari warga negara India Bijoyanda Patnaik, saat pesawat yang dikemudikan Pilot Alexander Noel Contantine dibantu Copilot Roy Hazelhurst tersebut akan mendarat di Pangkalan Udara Maguwo.

Infografik SC Hari Bhakti TNI AU 2021

Infografik SC Hari Bhakti TNI AU 2021. tirto.id/Fuad

Roda mendarat sudah keluar dari tempatnya, namun secara tiba-tiba muncul pesawat P-40 Kittyhawk Belanda yang langsung menghadang dan menyerang dengan berondongan peluru.

Pesawat Dakota VT-CLA yang membawa obat-obatan sumbangan dari Palang Merah Malaya kepada Palang Merah Indonesia dan tak bersenjata itu oleng ketika mesin sebelah kiri terkena tembakan lalu jatuh di Desa Ngoto, 3 km sebelah selatan Yogyakarta.

Komodor Muda Udara Adisucipto, Komodor Muda Udara Prof. Dr. Abdulrachman Saleh dan Opsir Muda Udara Adisumarmo gugur dalam peristiwa itu.

Peristiwa yang terjadi pada 29 Juli 1947 itu kemudian menjadi Hari Berkabung TNI AU pada 1955 dan diubah menjadi Hari Bakti TNI AU pada 1962.

Berdasarkan Surat Keputusan Kasau Nomor: Skep/78/VII/2000 tanggal 17 Juli 2000 tempat jatuhnya pesawat Dakota VT-CLA di desa Ngoto, diresmikan menjadi Monumen Perjuangan TNI AU.

Bersamaan dengan peresmian ini, dipindahkan pula kerangka jenazah Marsda TNI (anumerta) Adisucipto dan Marsda TNI (anumerta) Abdulrachman Saleh beserta istri dari TPU Kuncen Yogyakarta ke pemakaman TNI AU Ngoto Yogyakarta.

Cara Memperingati Hari Bhakti TNI AU 29 Juli 2021

Untuk memperingati Hari Bhakti TNI AU, biasanya dilakukan ziarah ke taman makam pahlawan dan upacara. Rangkaian kegiatan ziarah merupakan salah satu tradisi rutin yang dilakukan prajurit TNI Angkatan Udara sebagai bentuk penghormatan dan penghargaan atas jasa-jasa para pahlawan yang telah gugur.

Acara ziarah biasanya diawali dengan upacara dan penghormatan kepada arwah pahlawan, dilanjutkan dengan mengheningkan cipta dan doa, selanjutnya peletakan karangan bunga oleh pimpinan ziarah.

Kemudian kegiatan dilanjutkan dengan tabur bunga oleh pimpinan ziarah ke pusara para pahlawan dan diikuti oleh para peserta ziarah lainnya serta doa bagi arwah para pahlawan.

Melalui ziarah, diharapkan para generasi penerus dapat mengenang kembali semangat perjuangan yang telah ditunjukkan para pahlawan. Rangkaian kegiatan Hari Bakti lainnya meliputi Serbuan Vaksin, Donor Darah, Karya Bhakti, dan upacara peringatan Hari Bakti TNI Angkatan Udara pada 29 Juli 2021 secara virtual.

Baca juga artikel terkait TNI AU atau tulisan lainnya dari Dipna Videlia Putsanra

tirto.id - Sosial budaya
Penulis: Dipna Videlia Putsanra