Menuju konten utama

Harga Solar Naik, PO Bus Minta Kuota Konsumsi Tidak Dibatasi

IPOMI meminta pemerintah agar tidak membatasi kuota konsumsi solar usai harga Bahan Bakar Minyak (BBM) subsidi naik.

Harga Solar Naik, PO Bus Minta Kuota Konsumsi Tidak Dibatasi
Sejumlah kendaraan mengisi bahan bakar minyak (BBM) di SPBU Pertamina di rest area kilometer 19 Jalan Tol Jakarta-Cikampek, Jawa Barat, Selasa (26/4/2022). ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat/foc.

tirto.id - Ketua Umum Ikatan Pengusaha Otobus Muda Indonesia (IPOMI), Kurnia Lesani Adnan meminta pemerintah tidak membatasi kuota konsumsi solar usai harga Bahan Bakar Minyak (BBM) subsidi naik. Dia menuturkan saat ini satu kendaraan hanya dibatasi untuk pengisian 200 liter per hari, sementara kuota tersebut hanya cukup satu kali perjalanan jarak jauh rute Jakarta-Solo.

"Kami meminta tidak ada kuota ya, karena kenaikan harga solar ini sudah membebani, kondisinya kalau hanya 200 liter itu hanya cukup Jakarta-Soloraya, sementara mobil kan perlu balik ke Jakarta ya untuk, setidaknya kalau BBM naik aktivitas operasional tidak dibatasi," kata Kurnia kepada Tirto, Senin (5/9/2022).

Dia juga berharap konsumsi solar hanya khusus digunakan untuk kendaraan plat kuning atau umum. Sebaiknya mobil kelas atas dilarang untuk menggunakan BBM jenis ini.

"Jadi itu harus dilarang ya, masalahnya mereka enggak malu beli," ungkapnya.

Tidak hanya itu, dia juga mengakui saat ini para pengusaha bus sedang dilanda ancaman turunnya jumlah penumpang. Hal itu karena tarif tiket baru mulai berlaku pada Senin (5/9/2022) hari ini. Dia menuturkan kenaikan mencapai 35 persen. Bukan cuma itu, mereka juga dihadapkan dengan permasalahan lain yaitu melonjaknya harga spare parts atau suku cadang.

"Ban ini terjadi kenaikan dan kelangkaan. Dia naik karena langka, karena ban itu ada importir importir ban itu ada sistem kuota yang diberikan oleh kementerian perindustrian. Jadi kami untuk bus dan truk rata rata sudah menggunakan rata rata ban radial ya, ban ini stoknya terbatas dan dibatasi oleh pemerintah impornya, jadi kalau ada pengusaha lain yang mendapat kuota lebih kami belinya dari sana dan tentu dengan harga yang lebih mahal itu baru ban," jelasnya.

Dia mengakui para pengusaha bus tidak mematok tarif mahal saat harga sparepart melonjak. Mereka hanya menaikkan sekitar 25-30 persen. Hal itu dilakukan agar menjaga daya beli masyarakat saat ini yang belum pulih imbas pandemi.

"Kualitas kendaraan, insya allah aman untuk operasional kendaraan. Hanya saja memang kondisinya kan spareparts dan lain lain pake skema loan kan ya. Nah ke depan kalau kondisinya begini yang tadinya kami biasa ganti bus setiap 10 tahun sekali nanti akan lebih, hanya diganti mesin dan sparepartnya saja, kami belum bisa beli baru dengan hitungan yang sekarang," tandasnya.

sebelumnya, pemerintah mengumumkan kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) solar subsidi dari sebelumnya Rp 5.150 per liter menjadi Rp 6.800 per liter, pertamax non subsidi dari Rp12.500 per liter menjadi Rp14.500 per liter.

Baca juga artikel terkait HARGA BBM NAIK atau tulisan lainnya dari Selfie Miftahul Jannah

tirto.id - Ekonomi
Reporter: Selfie Miftahul Jannah
Penulis: Selfie Miftahul Jannah
Editor: Intan Umbari Prihatin