tirto.id - Harga minyak dunia berakhir lebih tinggi pada Rabu (Kamis pagi WIB), karena dolar AS melemah setelah Presiden AS terpilih Donald Trump gagal merinci rencana stimulus ekonomi pada konferensi pers pertamanya.
Dolar jatuh terhadap sebagian besar mata uang utama pada Rabu, (11/1/2017) dengan indeks dolar AS, yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama, turun 0,49 persen menjadi 101,510 pada akhir perdagangan, kutip Antara dari kantor berita Xinhua, Kamis (12/1/2017).
Sementara itu, pada akhir perdagangan New York tercatat Euro naik menjadi 1,0601 dolar dari 1,0559 dolar, dan pound Inggris naik tipis menjadi 1,2232 dolar dari 1,2160 dolar. Dolar Australia naik menjadi 0,7453 dolar dari 0,7364 dolar.
Dolar dibeli 115,07 yen Jepang, lebih rendah dari 115,75 yen di sesi sebelumnya. Dolar jatuh menjadi 1,0124 franc Swiss dari 1,0167 franc Swiss, dan turun tipis menjadi 1,3168 dolar Kanada dari 1,3234 dolar Kanada.
Pelemahan tersebut berdampak pada harga minyak dunia. Melemahnya dolar AS membuat minyak yang dihargakan dalam dolar lebih menarik bagi pemegang mata uang lainnya.
Sementara itu, berita bahwa Arab Saudi akan mengurangi pasokan minyak mentah ke Asia pada Februari juga mendorong harga minyak di pasar lebih tinggi.
Patokan AS, minyak mentah light sweet atau West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Februari, meningkat 1,43 dolar AS menjadi menetap di 52,25 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange.
Sementara itu, patokan global, minyak mentah Brent North Sea untuk pengiriman Maret, bertambah 1,46 dolar AS menjadi ditutup pada 55,10 dolar AS per barel di London ICE Futures Exchange.
Penulis: Mutaya Saroh
Editor: Mutaya Saroh