tirto.id - Menteri Perdagangan Agus Suparmanto mengatakan salah satu solusi yang dapat dilakukan untuk mengatasi rendahnya harga gula di tingkat petani adalah mengendalikan impor. Dengan pengendalian, stok jadi tidak melimpah, harga pun perlahan bisa terkerek. Pengendalian juga penting karena per Juni ini sudah masuk masa panen tebu.
“Kami tidak mau terjadi oversupply sehingga mengganggu harga di nasional,” ucap Agus dalam konferensi pers di Kemendag, Kamis (11/6/2020).
Menurut data Andalan Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI), harga gula di tingkat petani sudah menyentuh Rp10.800 per kg di Juni 2020. Sebagai pembanding, pada akhir bulan puasa lalu harganya masih Rp12-13 ribu per kg.
Meski demikian, Agus menegaskan produksi gula tahun ini diprediksi tak sebanyak tahun lalu. Impor tetap dibutuhkan untuk mencukupi kebutuhan dalam negeri, asalkan dikalkulasikan masak-masak.
Agus juga bilang saat ini ada hambatan impor gula dari negara-negara yang mengalami lockdown. Keterlambatannya mulai satu sampai tiga bulan.
Selain harga yang rendah, persoalan lain petani gula adalah disparitas harga yang lebar. Saat harga gula di petani Rp10.800 per kg, harga di konsumen justru masih tinggi, yaitu Rp16.600 per kg per 10 Juni 2020.
Terkait ini, Agus meminta petani melakukan efisiensi biaya produksi. “Kami lihat bagaimana cost produksinya tidak terlalu tinggi dengan menerapkan efisiensi,” kata Agus. Dengan begitu, petani bisa menikmati keuntungan yang lebih besar.
Penulis: Vincent Fabian Thomas
Editor: Rio Apinino