Menuju konten utama

Happy Halloween 2019: Hari Perayaan Sejarah Ritual Paganisme

Sejarah perayaan Hari Happy Halloween bermula dari ajaran Pagan sebelum diadopsi Kristen di Eropa.

Happy Halloween 2019: Hari Perayaan Sejarah Ritual Paganisme
Ilustrasi Sejarah Halloween. foto/wikipedia/domain publik

tirto.id - Happy Halloween diperingati setiap tanggal 31 Oktober di negara-negara Barat seperti Eropa atau Amerika Serikat, kendati kini jamak dirayakan di berbagai belahan bumi lainnya, termasuk pada 2019 ini. Sejarah hari Halloween yang identik dengan tradisi beraroma horor ini bermula dari ritual paganisme dan kini jadi perayaan populer.

Banyak referensi yang meyakini bahwa perayaan Halloween semula merupakan bagian dari ritual paganisme. Namun, tulis Brian K. Roberts dalam The Making of the English Village: A Study in Historical Geography (1987), tradisi ini kemudian dikristenkan bahkan sempat menjadi salah satu peringatan penting bagi pemeluk ajaran Kristen.

Sejarah perayaan hari Halloween dipercaya pertamakali muncul di berbagai tempat di Eropa, khususnya di kawasan Britania Raya dan sekitarnya, juga sejumlah lokasi bekas daerah kekuasaan Kekaisaran Romawi.

Semula Ritual Pagan

Sejarawan Nicholas Rogers melalui artikelnya berjudul “Samhain and the Celtic Origins of Halloween” yang terhimpun dalam Halloween: From Pagan Ritual to Party Night (2002), misalnya, memperkirakan bahwa perayaan Halloween bermula dari kepercayaan dan adat-masyarakat berbahasa Kelt yang diyakini memiliki dasar paganisme.

Paganisme Kelt atau Politeisme Kelt, tulis Anne Ross dalam Pagan Celtic Britain: Studies in Iconography and Tradition (1974), merupakan kepercayaan yang dianut oleh orang-orang Kelt di Eropa Barat pada sekitar tahun 500 SM hingga 500 M.

Artinya, Paganisme sudah ada sebelum agama Kristen. Nantinya, seiring ajaran Kristen dianut oleh mayoritas Eropa, perayaan Halloween -juga beberapa ritual/kebiasaan pagan lainnya- diadopsi oleh agama yang menandai dimulainya penanggalan Masehi ini.

Salah satu bentuk perayaan Halloween dalam Kristen adalah menghadiri ibadah gereja dan menyalakan lilin di pemakaman. Ada pula penganut sekte Kristen tertentu yang punya suatu pantangan saat malam Halloween.

Salah satu tradisi pagan yang disebut menjadi cikal-bakal Halloween adalah perayaan panen di berbagai wilayah di kawasan yang kini dikenal sebagai Britania Raya (meliputi Inggris, Skotlandia, Wales, Irlandia, dan lainnya) serta beberapa komunitas masyarakat lainnya, seperti Galia di Perancis juga sebagian warga lokal di Spanyol.

Konon, perayaan panen ini berakar dari ritual kepercayaan yang dilakukan sejak zaman Kekaisaran Romawi. Acara ini biasanya dilangsungkan setiap tanggal 31 Oktober malam hingga bergantinya hari, yakni tanggal 1 November, dalam penanggalan Masehi.

Batas Alam Nyata & Gaib

Istilah Halloween atau Hallowe'en diperkirakan mulai dikenal pada sekitar tahun 1785, jauh setelah perayaan ini diadopsi ajaran Kristen. Kata "Hallowe'en", catat The American Desk Encyclopedia (1998) yang disusun Steve Luck, berarti "malam yang dikuduskan" atau "malam suci".

Halloween konon juga berasal dari ungkapan Skotlandia yakni All Hallows' Eve atau "Malam Para Kudus". Dalam bahasa Skotlandia, kata "eve" adalah even lalu dipendekkan menjadi e'en atau een. Seiring berjalannya waktu, (All) Hallow(s) E(v)en berevolusi menjadi Hallowe'en.

Andy O'Halpin dalam Ireland: An Oxford Archaeological Guide (2006) mengungkapkan, berbagai ritual perayaan panen orang-orang Eropa tersebut dilihat sebagai suatu batas ketika jarak antara alam nyata dan alam gaib semakin menipis.

Terdapat bermacam ritual kendati berbeda-beda di masing-masing tempat. Orang-orang, misalnya, berkumpul di dekat api unggun sambil bermain ramalan, khususnya yang berkaitan dengan kematian.

Ada pula dengan saling bercerita tentang kisah horor dalam acara api unggun itu, kemudian diakhiri dengan perenungan. Api unggun, sebut Natalie Rosinsky dalam Halloween (2002), dipercaya bisa menjauhkan iblis.

Jadi Perayaan Populer

Ada pula lelaku penyamaran seperti yang dilakukan di Irlandia, Skotlandia, Wales, dan sekitarnya. Orang-orang, biasanya anak-anak kecil, “menyamar” dengan memakai kostum hantu, dan menyambangi rumah-rumah warga, kemudian si pemilik rumah akan memberikan permen atau makanan lainnya.

Dikutip dari British Folk Customs karya Christina Hole (1976), “menyamar“sebagai hantu dipercaya dapat melindungi diri dari makhluk-makhluk gaib itu. Permainan inilah yang kemudian dikenal dengan istilah trick or treat yang menjadi khas Halloween hingga kini.

Pada akhirnya seiring perkembangan zaman, Halloween justru menjadi semacam perayaan populer yang menyenangkan kendati berbalut dengan nuansa horor.

Selain api unggun, permainan ramalan, cerita horor, serta trick or treat, masih ada beberapa ciri khas Halloween lainnya, seperti pesta kostum hantu, juga penampakan Jack-o'-lantern atau labu berbentuk kepala dengan senyum menyeringai yang kini seolah menjadi ikon perayaan hari Halloween.

Baca juga artikel terkait HALLOWEEN atau tulisan lainnya dari Iswara N Raditya

tirto.id - Sosial budaya
Penulis: Iswara N Raditya
Editor: Agung DH