Menuju konten utama

Gus Ipul-Azwar dan Peluang Ganjalan dari Khofifah

Khofifah pernah membuat "repot" Soekarwo dan Gus Ipul di Pilkada Jawa Timur 2008.

Gus Ipul-Azwar dan Peluang Ganjalan dari Khofifah
Wakil Gubernur Jawa Timur Saifullah Yusuf bersama Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas di kantor DPP PDIP sebelum penyerahan surat rekomendasi untuk maju dalam Pilkada Jatim, Minggu (15/10/2017). . tirto.id/Andrian Pratama Taher

tirto.id - PKB dan PDI Perjuangan resmi mengusung Saifullah Yusuf-Abdullah Azwar Anas sebagai bakal calon gubernur dan wakil gubernur pada Pilkada Jawa Timur 2018. Keputusan kedua partai bisa jadi menempatkan pasangan ini sebagai bakal calon gubernur dan wakil gubernur yang paling diperhitungkan.

Latar belakang kultur politik Gus Ipul dan Azwar membuat mereka diidentikkan sebagai representasi kaum nahdliyin dan nasionalis. Gus Ipul yang mantan Sekretaris Jendreal DPP PKB akrab dengan kalangan Nahdlatul Ulama (NU). Sementara Azwar Anas yang merupakan kader PDI Perjuangan jelas dekat dengan pemilih nasionalis.

"Jadi simbolnya, katanya buah semangka, kalau saya bilang enggak mau, kalau saya maunya semangka merah di luar, hijau di dalam. Tapi kan belum ada, adanya selalu hijau di luar, merah di dalam, jadi saya bilang ini bukannya hijau atau merah, ini adalah merah-putih untuk Indonesia Raya," kata Megawati saat menyampaikan sikap politiknya di DPP PDI Perjuangan, Menteng, Jakarta Pusat, Minggu (15/10/2017).

Senada dengan Megawati, Sekretaris Jendral DPP PKB Abdul Kadir Karding juga memandang pasangan Gus Ipul dan Azwar sebagai representasi kaum agamis dan nasionalis. Keduanya menggambarkan kelompok politik mayoritas di Indonesia. "Maka kita bisa menyebut bahwa pasangan ini adalah pasangan merah putih. Dari Jawa Timur untuk Indonesia,” kata Karding di Kantor DPP PKB, Jakarta, pada hari yang sama.

Kekuatan kultur politik kedua partai terlihat jelas dari perolehan suara PKB dan PDI Perjuangan di Jawa Timur saat Pemilu 2014 lalu. PKB yang menjadi partai pertama pengusung Gus Ipul meraih 3.671.911 suara (19,6 persen/ 20 kursi). Sedangkan PDI Perjuangan sebagai partai induk Azwar memperoleh sebanyak 3.523.434 suara (18,8 persen/ 19 kursi). Total mereka berhasil menguasai 39 kursi di DPRD Jawa Timur.

“Partai pemenang pertama dan kedua di Jawa Timur adalah PKB dan PDIP. Kekuatan politik yang besar bersatu, kita harap ini juga bisa ke grassroot. Kita yakinkan pasangan ini bisa mengelola pemerintah secara baik karena pengalaman mereka sudah teruji,” jelas Karding.

Baca juga:

Kekuatan Gus Ipul dan Azwar juga ditopang oleh elektabilitas keduanya dalam survei terakhir. Survei Poltracking Institute pada Juni lalu misalnya, menempatkan nama Gus Ipul diperingkat pertama dengan tingkat elektabilitas 31,27 persen dan nama Azwar di peringkat keempat dengan elektabilitas 8,22 persen. Kondisi ini didukung dengan popularitas Gus Ipul sebagai Wakil Gubernur Jawa Timur dan Azwar sebagai Bupati Banyuwangi.

Karding menilai Azwar sebagai aktivis dan pejabat daerah yang berprestasi dan memiliki rekam jejak yang baik. Tak hanya itu, Karding juga berpendapat sosok Bupati Banyuwangi tersebut mampu mewakili suara anak muda atau generasi milenial. “Yang mana hari ini bisa kita andalkan untuk menjadi ikon baru untuk para pemuda dan orang-orang gaul, khususnya di Jawa Timur,” ujar Karding.

Sedangkan Wakil Sekretaris Jendral DPP PDI Perjuangan Ahmad Basarah mengatakan Azwar merupakan kader PDI Perjuangan yang matang secara politik. “Sejak Pilkada Kabupaten Banyuwangi 2010, Pak Abdullah Azwar Anas ini sudah diusung oleh DPP PDIP. Setelah itu beraktivitas dengan DPP PDIP, dan sekarang beliau menjadi Ketua Baitul Muslimin Jawa Timur,” kata Basarah.

Peluang Khofifah

Meski demikian, bukan berarti jalan keduanya bakal gampang. Khofifah Indar Parawansa, nama lain yang juga disebut-sebut akan maju menjadi bakal calon gubernur Jawa Timur siap menjadi penantang serius Gus Ipul dan Azwar.

Hingga saat ini Khofifah sudah mengantongi dukungan dari Golkar, Nasdem, dan Hanura. “Kami dukung Khofifah. Itu final. DPP Golkar tadi sudah memutuskan dukung Khofifah,” kata Ketua Badan Pemenangan Pemilu (Bappilu) Partai Golkar Wilayah Indonesia 1, Nusron Wahid awal Oktober lalu.

Sekretaris Jendral DPP Nasdem Johnny G. Plate juga menyampaikan hal senada. “Nasdem pasti mengusung Ibu Khofifah dan di Jatim komunikasi politiknya sudah berlangsung,” ujarnya.

Ketua Umum Hanura Oesman Sapta Odang mengisyaratkan dukungan kepada Khofifah. “Kalau Pak Sekjen (Sarifuddin Sudding) bilang Khofifah, masak saya bilang yang lain? Masak sekjen sama ketum beda,” ujar Oesman dalam satu kesempatan.

Konversi perolehan suara ketiga partai tersebut adalah 28 kursi di DPRD. Namun terlepas dari dukungan ketiga parpol tersebut, sosok Khofifah memang tidak bisa dianggap remeh. Meski pernah dua kali kalah dalam Pilkada Jawa Timur, nama Khofifah diyakini masih menguasai sejumlah kantong suara Jawa Timur. Ini tampak dari elektabilitasnya dalam survei Poltracking. Nama Khofifah ada diperingkat ketiga dengan perolehan suara 17,97 persen.

Pada masa lalu pengaruh Khofifah pernah membuat repot Gus Ipul saat menjadi calon wakil gubernur Jawa Timur di Pilkada 2008 bersama Soekarwo dari Partai Demokrat. Khofifah yang saat itu berpasangan dengan Moedjiono berhasil memaksa Soekarwo dan Gus Ipul melanjutkan pertarungan pilkada ke putaran kedua. Sedangkan pada Pilkada Jawa Timur 2013, Khofifah membayangi perolehan suara Soekarwo dan Gus Ipul di urutan kedua.

Posisi Khofifah sebagai Ketua Umum Muslimat Nahdlatul Ulama sekaligus Menteri Sosial jelas akan menguntungkannya dalam melakukan kerja politik di Jawa Timur. Bukan tak mungkin suara NU akan kembali terpecah antara dirinya maupun Gus Ipul. Sehingga yang perlu dilakukan Khofifah sekarang adalah mencari figur tepat sebagai bakal calon wakil gubernur Jawa Timur.

Baca juga: Gus Sholah: Khofifah Bisa Dipasangkan dengan Kader Luar NU

Sekretaris Jendral DPP PKB Abdul Kadir Karding tak mau ambil pusing seandainya Khofifah jadi mencalonkan diri sebagai calon wakil gubernur Jawa Timur. “Siapapun yang maju, itu hak politik dan hak demokrasi seseorang maupun institusi lain. Kami tidak bisa terlibat di sana. Fokus kami adalah bagaimana merancang konsep pemenangan yang jitu, yang bisa memenangkan mutlak pasangan ini,” kata Karding.

Ia juga yakin Presiden Joko Widodo akan bersikap netral meski Khofifah ialah seorang menteri. "Saya kira selama ini, Presiden selalu mengatakan, ‘Kami netral untuk seluruh Pilkada di Indonesia’,” ungkap Karding.

Gus Ipul sendiri sebelumnya telah mengaku tidak risau apabila Khofifah ikut bertarung dalam Pilkada Jawa Timur 2018.

“Tidak ada masalah. Saya anggap semua calon kuat dan ada survei. Itu penunjuk arah, informasi awal untuk kandidat agar bisa melakukan sesuatu sesuai aspirasi masyarakat, selebihnya sama,” kata Gus Ipul pada 20 September lalu, sebagaimana dikutip Antara.

Kendati demikian, Gus Ipul sempat menekankan pada nasihat para ulama yang menginginkan adanya pembagian peran.

“Bu Khofifah menteri bagus, bisa berbuat untuk Indonesia. Maunya kiai berbagi peran. Tapi jika tidak bisa, tidak masalah. Setiap orang berhak maju, tidak ada larangan. Cuma ajakan moral dari para ulama adalah untuk berbagi peran sesama kader NU,” ungkap Gus Ipul.

Baca juga artikel terkait PILGUB JATIM 2018 atau tulisan lainnya dari Jay Akbar

tirto.id - Politik
Reporter: Andrian Pratama Taher & Damianus Andreas
Penulis: Jay Akbar
Editor: Jay Akbar