tirto.id - Guru Besar Fakultas Kedokteran Indonesia, Tjandra Yoga Aditama menyebut subvarian Omicron BA.2 dan BA.2.X mendominasi kasus COVID-19 di dunia. Meski begitu, angka kasus kedus subvarian Omicron itu menurun dari 44 persen menjadi 19 persen dalam laporan mingguan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
"Secara umum di dunia, subvarian Omicron BA.2 dan juga BA.2.X tetap dominan walaupun memang menurun," kata Tjandra dalam keterangan tertulis, Senin (13/6/2022).
Direktur Pascasarjana Universitas YARSI itu menyebut subvarian Omicron lainnya juga tidak meningkat di dunia, seperti BA.2.11, BA.2.13, dan BA.2.9.1. Semua subvarian ini menunjukkan mutasi pada lokasi S:L452X.
“Subvarian Omicron lain yang pernah sebelumnya dominan seperti BA.1, BA.1.1. BA.1.X dan BA.3 juga terus menurun sampai di bawah 1 persen,” sambung Mantan Direktur Jenderal (Dirjen) Pengendalian Penyakit serta Mantan Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes) Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI itu.
Menurut Tjandra, subvarian Omicron yang meningkat di dunia saat ini adalah BA.2.12.1, BA.5, dan BA.4. Dari ke tiga subvarian ini, data terakhir menunjukkan subvarian BA.2.12.1 paling banyak yang ditemukan, yakni terdeteksi di 53 negara dan diduga menjadi penyebab utama kenaikan kasus COVID-19.
“Artinya perlu pula dicek mendalam ada tidaknya di negara kita,” ujar Mantan Direktur Penyakit Menular World Health Organization atau Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Asia Tenggara tersebut.
Sementara subvarian Omicron BA.5 sudah ditemukan di 47 negara dan BA.4 di 42 negara. “Jadi lebih sedikit dari BA.2.12.1,” kata Tjandra.
Dia menjelaskan subvarian Omicron BA.2.12.1, BA.5, dan BA.4 menunjukkan mutasi pada lokasi S:L452. Mutas tersebut memiliki dua aspek, yaitu peningkatan risiko penularan dan karakteristik luput dari sistem imun (immune escape) antara lain ditandai dengan masih tetap dapat tertular walaupun sudah divaksinasi lengkap atau dosis kedua vaksin COVID-19.
“Yang patut disyukuri adalah bahwa sejauh ini tidak ada bukti ilmiah yang menunjukkan peningkatan beratnya penyakit, walaupun memang lebih mudah menular,” kata Tjandra.
Lebih lanjut, Tjandra mengatakan rekombinasi varian SARS-CoV-2 yang pernah dideteksi di awal 2022 seperti XE, XD dan XF, juga mempunyai potensi peningkatan penularan, ternyata kini tidak menyebar luas di dunia.
Sementara itu, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mengumumkan 4 kasus subvarian BA.4 dan BA.5 pertama di Indonesia pada 6 Juni lalu. Subvarian Omicron tersebut memiliki tingkat kesakitan rendah pada pasien yang terkonfirmasi positif COVID-19.
Empat kasus itu terdiri dari satu Warga Negara Indonesia (WNI) positif terinfeksi Omicron BA.4 dengan kondisi klinis tidak bergejala dan telah vaksinasi lengkap.
Sementara tiga orang lainnya positif terinfeksi Omicron BA.5. Mereka merupakan pelaku perjalanan luar negeri (ppln) delegasi pertemuan The Global Platform for Disaster Risk Reduction (GPDRR) di Bali pada 23-28 Mei 2022.
Penulis: Farid Nurhakim
Editor: Gilang Ramadhan