Menuju konten utama

Google Plus Akan Ditutup Usai Muncul Potensi Kebocoran Data

Google akan resmi menutup Plus pada Agustus 2019.

Google Plus Akan Ditutup Usai Muncul Potensi Kebocoran Data
Google Plus. FOTO/Wikipedia

tirto.id - Google akan menutup media sosial Google Plus, menyusul terungkapnya indikasi kebocoran data pengguna pada Maret lalu. Seperti dikutip Associated Press, data pribadi yang bocor mencapai sekitar 500 ribu data.

Perihal penutupan ini diumumkan Google melalui blog.google.com pada Senin (8/10/2018). Namun dalam pernyataan resmi Google tersebut tidak diungkap mengapa perusahaan mesin pencari raksasa ini baru mengklarifikasi soal kebocoran data pada Oktober.

Kelemahan Google Plus adalah memungkinkan hingga 438 aplikasi eksternal untuk meraup nama pengguna, alamat email, pekerjaan, jenis kelamin, dan usia tanpa izin. Akan tetapi Google belum menemukan bukti bahwa data pribadi itu disalahgunakan.

Kasus kebocoran data pribadi ini, menurut linimasa Google, hampir bersamaan dengan kasus soal kebocoran data Facebook beberapa waktu lalu. Facebook dinyatakan membeberkan 87 juta informasi pribadi milik penggunanya ke Cambridge Analytica, perusahaan pengolah data yang berafiliasi dengan kampanye Donald Trump pada 2016.

Terkait kebocoran data itu, CEO Facebook Mark Zuckerberg telah memenuhi panggilan senator dan anggota parlemen DPR Ameriksa Serikat (AS) pada April tahun ini.

CEO Google Sundar Pichai baru-baru ini menolak undangan untuk bersaksi di hadapan senator AS terkait manipulasi layanan online pemerintah untuk mempengaruhi suara pemilih di AS.

Ketidakhadiran Pichai membuat sejumlah anggota parlemen marah. Akhirnya kursi Google kosong, hanya Twitter dan Facebook yang menghadiri undangan tersebut pada September lalu.

"Dengan terungkapnya indikasi kebocoran data ini ditambah kursi kosong Google beberapa waktu lalu akan membuat suasana semakin panas," ujar Mike Chapple, profesor bidang informasi teknologi dan analitik Universitas Notre Dame

Namun belakangan Pichai menyambangi Washington untuk memperbaiki relasi dan menyetujui untuk berpartisipasi dalam diskusi meja bundar soal teknologi di White House. Dia juga akan hadir di rapat dengar DPR di White House setelah pemilu pada November mendatang.

Google Plus diluncurkan pada 2011 dengan tujuan untuk menjadi penantang Facebook, yang kini memiliki lebih dari 2 miliar pengguna. Namun Plus gagal dan dengan cepat berubah menjadi "kota hantu digital" dengan sangat sedikit pengguna. Hal ini mendorong Google untuk mulai "menekannya" pada beberapa tahun lalu.

Nyatanya Plus masih bisa diakses cukup lama setelah Google berencana untuk menutupnya, hingga muncul indikasi gangguan privasi pada tahun ini. Munculnya indikasi ini membuat senator AS punya asalan untuk memberlakukan kontrol lebih ketat pada keamanan data pribadi.

Eropa mulai memberlakukan peraturan soal privasi yang cukup ketat pada Mei lalu. Aturan itu termasuk kewajiban untuk mengungkap adanya potensi pelanggaran data pribadi. Namun, aturan ini tak berlaku untuk Plus karena Google menemukan masalah data pribadi sebelum aturan diberlakukan.

Dalam rangka penutupan Plus ini, Google memberi waktu 10 bulan bagi pengguna untuk memindahkan data-data yang dibutuhkan dan tersimpan di Plus, sebelum media sosial ini benar-benar tutup pada Agustus 2019.

"Untuk memberi pengguna kesempatan memindahkan data dan bertransisi, kami akan menerapkan waktu 10 bulan, dan dijadwalkan selesai pada Agustus mendatang. Selama itu, kami akan mengirimkan informasi tambahan bagi pengguna, termasuk cara mengunduh dan memigrasikan data mereka," tulis Google.

Baca juga artikel terkait GOOGLE atau tulisan lainnya dari Dipna Videlia Putsanra

tirto.id - Teknologi
Penulis: Dipna Videlia Putsanra
Editor: Dipna Videlia Putsanra