Menuju konten utama

Golkar Bodoh Bila Tak Majukan Dedi Mulyadi di Pilgub Jabar

Pengamat politik dari Universitas Padjadjaran, Muradi berpendapat bahwa Partai Golkar sangat bodoh apabila tidak mengusung Dedi Mulyadi sebagai calon gubernur Jawa Barat karena elektabilitasnya sangat besar untuk merebut kursi Jabar-1.

Golkar Bodoh Bila Tak Majukan Dedi Mulyadi di Pilgub Jabar
Aburizal Bakrie (tengah), Irianto Syafiuddin alias Yance (kanan), Bupati Purwakarta sekaligus Ketua DPD Partai Golkar Jawa Barat Dedi Mulyadi (kedua kiri) dan Idrus Marham. Antara foto.

tirto.id - Ketua DPD Partai Golkar Jawa Barat Dedi Mulyadi mengatakan bahwa Partai Golkar belum menentukan sikap dalam Pilkada Jabar 2018. Dedi mengakui, sebagai bupati dan ketua partai, komunikasi politik merupakan menu kesehariannya, namun sampai sejauh ini belum ada pembahasan apapun mengenai Pilgub Jabar 2018.

"Tiap hari saya selalu berkomunikasi dengan temen-temen saya di partai politik karena mereka teman-teman saya. Sebagai Bupati dan Ketua Partai saya selalu komunikasi, politik biasa. Saya belum pernah ngomong dengan tokoh siapapun terkait Pilkada Jabar," kata Dedi saat ditemui di Makodam III Siliwangi, Kota Bandung, Senin, (20/3/2017) seperti dikutip Antara.

Menanggapi hal itu. Pengamat politik dari Universitas Padjadjaran, Muradi berpendapat, Partai Golkar sangat bodoh apabila tidak mengusung Dedi Mulyadi sebagai calon gubernur Jawa Barat. Ia mengatakan, elektabilitas Bupati Purwakarta itu sangat besar untuk merebut kursi Jabar-1.

"Dia setelah Emil [Ridwan Kamil] dalam pola survei. Dedy masuk 3 besar," kata Muradi saat dihubungi Tirto, Senin (20/3).

Muradi mengatakan, Dedi sudah mengantongi modal besar untuk memenangkan Pilkada Jabar. Dedi merupakan salah satu anggota HMI, alumni Kahmi, serta rajin dalam memimpin daerah sebagai Bupati Purwakarta maupun Ketua DPD Partai Golkar Jawa Barat. Modal tersebut diikuti dengan jumlah kursi Partai Golkar yang cukup besar di parlemen sehingga langkah Dedi untuk kursi Jabar jauh lebih besar.

Dalam pandangan Muradi, Dedi Mulyadi idealnya disandingkan dengan sejumlah tokoh seperti Puti Guntur Soekarno atau Rieke Diah Pitaloka dari PDIP. Meskipun perolehan kursi PDIP lebih besar, daya tawar Dedi jauh lebih tinggi karena sudah dikenal publik.

Muradi menjelaskan Dedi pun menjadi kompetitor Wali Kota Bandung Ridwan Kamil, dalam perolehan penghargaan. Bahkan, Ia tidak memungkiri kemungkinan Ridwan Kamil menjadi pasangan calon wakil gubernur Jabar Dedi Mulyadi. Emil yang mendeklarasikan diri lewat Partai Nasdem, yang notabene jumlah kursi DPRD jauh lebih kecil bisa dimanfaatkan untuk mendampingi Dedi di Pilgub Jabar 2018.

"Blunder Emil bisa dimanfaatkan beliau," ujar Muradi.

Seperti diketahui, Pilkada Jawa Barat akan digelar serentak pada 2018. Sejumlah nama mulai mencuat dalam kontestasi Pilkada Jawa Barat seperti Dedy Mulyadi (Bupati Purwakarta/Ketua DPD Partai Golkar Jawa Barat), Dedy Mizwar (Wakil Gubernur Jawa Barat 2013-2018), Ridwan Kamil (Walikota Bandung), Rieke Dyah Pitaloka (politikus PDIP sekaligus mantan calon gubernur Pilkada Jabar 2013), dan Netty Prasetyani (istri Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan).

Keberadaan Partai Golkar sangat penting dalam Pilgub Jabar karena mengantongi 17 kursi dari 100 kursi legislatif di Jawa Barat. Golkar berada di peringkat kedua setelah PDIP (20 kursi). Setelah Golkar, disusul oleh PKS dan Partai Demokrat (12 kursi), Gerindra (11 kursi), PPP (9 kursi), PKB (7 kursi), Nasdem (5 kursi), PAN (4 kursi), dan Hanura (3 kursi).

Hingga saat ini, baru Ridwan Kamil yang resmi mendeklarasikan diri maju dalam Pilkada Jabar. Ridwan Kamil maju setelah mendapat dukungan dari Partai Nasdem, Minggu (19/3). Meskipun mendapat dukungan dari Partai Nasdem, Ridwan Kamil perlu 15 kursi lagi untuk bisa maju dalam Pilgub Jabar.

Baca juga artikel terkait PILGUB JABAR 2018 atau tulisan lainnya dari Andrian Pratama Taher

tirto.id - Politik
Reporter: Andrian Pratama Taher
Penulis: Andrian Pratama Taher
Editor: Alexander Haryanto