tirto.id - Tanpa drama, sepak bola bukan apa-apa. Itulah mengapa tak sedikit pihak yang menentang penggunaan video assistant referee (VAR), dari sejak diperkenalkan hingga baru-baru ini. Tujuan VAR memang mulia, yaitu memberikan keadilan yang muskil diberikan wasit di situasi-situasi tertentu. Akan tetapi, VAR pada praktiknya justru cekup sering menghadirkan drama-drama baru.
Pasalnya, keputusan akhir ujung-ujungny tetap dibuat oleh wasit yang seorang manusia yang memiliki interpretasi berbeda-beda terhadap sebuah situasi.
Drama memang sudah menjadi bumbu spesial sepak bola barangkali sejak olahraga ini pertama kali dimainkan. Kisah-kisah heroik, cerita-cerita sedih, dan momen-momen ajaib membuat sepak bola jadi bukan sekadar olahraga.
Sepak bola menjadi miniatur kehidupan di mana menang-kalah, kuat-lemah, benar-salah, dan hitam-putih menjadi nisbi. Semua tergantung di sisi mana seseorang berpihak.
Euro 2024 pun tak luput dari segala ceritera itu. Ini adalah turnamen di mana kemenangan bisa diraih dengan cara-cara tak terduga. Ini adalah turnamen di mana penentu kemenangan bisa datang dari mana saja dan kapan saja. Ini adalah turnamen kaotik yang membuat para pemirsanya bakal menyesal jika mereka melepaskan pandangan dari aksi di lapangan barang sedetik pun.
Kaos yang tercipta di Euro 2024 tercermin dari bagaimana gol-gol dalam turnamen ini tercipta. Gol bunuh diri sampai detik ini masih menjadi "topskorer" sementara. Gol tembakan jarak jauh seketika muncul bak cendawan di musim penghujan laiknya pada awal 2000-an. Gol menit akhir pun jadi pemandangan jamak yang membuat nasib suatu tim seperti selalu berada di ujung tanduk.
Gol Bunuh Diri
Total, sudah ada enam gol bunuh diri dari 26 pertandingan di Euro 2024. Jika dirata-rata, ada satu gol bunuh diri setiap 4,3 pertandingan. Bahkan, laga pembuka turnamen pun telah dihiasi gol bunuh diri yang dicetak Antonio Rudiger saat Jerman berhadapan dengan Skotlandia. Saat hendak mengantisipasi sebuah tendangan bebas, Ruediger justru menyundul bola masuk ke gawang yang dikawal Manuel Neuer.
Setelah itu, ada bek Austria Maximilian Woeber yang mencetak gol ke gawang sendiri saat berhadapan dengan Prancis. Lalu, ada bek Italia Riccardo Calafiori yang juga mencetak gol bunuh diri saat Italia menghadapi Spanyol. Gol Woeber dan Calafiori ini masing-masing jadi gol tunggal penentu kemenangan tim lawan.
Pada laga kontra Portugal, bek Turki Samet Akaydin mencetak gol bunuh diri paling kocak sejauh ini. Akaydin sebenarnya hendak melakukan backpass sederhana ke arah kiper Altay Bayindir. Namun, posisi Bayindir saat itu terlalu ke depan.
Walhasil, alih-alih bergulir ke kaki sang kiper, bola justru masuk ke gawang Turki, meskipun sudah dikejar sekuat tenaga.
Gol bunuh diri lain hadir dalam laga dramatis antara Kroasia dan Albania. Satu dari dua gol Kroasia dalam partai tersebut dicetak gelandang Albania Klaus Gjasula. Saat itu, kapten Albania Berat Djimsiti sudah menjatuhkan badan untuk menghalau sepakan Luka Sucic. Namun, bola yang membentur tubub Djimsiti kemudian mengenai Gjasula dan masuk ke gawang yang dikawal Thomas Strakosha.
Hebatnya, Gjasula sendiri kemudian jadi penyelamat Albania. Pada menit ke-95, pemain yang baru saja dilepas klub Jerman Darmstadt itu sukses mencetak gol penyama kedudukan. Gol itu sekaligus menjadi penyelamat asa bagi Albania untuk bisa lolos ke fase gugur.
Gol Menit Akhir
Bicara soal gol Gjasula, itu berarti kita bicara soal gol di menit akhir. Hingga artikel ini ditulis pada Senin (24/6/2024), sudah ada delapan gol yang tercipta di atas menit ke-90. Lagi-lagi, laga pembuka Euro 2024 menjadi trendsetter-nya. Saat itu, Emre Can—pemain yang aslinya tidak masuk skuad Jerman dan hanya dipanggil setelah Aleksandar Pavlovic jatuh sakit—mencetak gol dari luar kotak penalti ke gawang Skotlandia.
Berbeda dengan gol Gjasula yang memaksakan hasil imbang, gol Emre Can itu tak mengubah hasil akhir. Pun demikian halnya dengan gol-gol dari Breel Embolo (Swiss ke gawang Hongaria) dan Kerem Aktuerkoglu (Turki ke gawang Georgia). Ketiga gol tersebut dicetak "hanya" untuk mempertebal kemenangan, bukan menghasilkan kemenangan.
Sejauh ini, ada dua gol menit akhir yang menjadi penentu kemenangan. Yakni, gol pemain sayap Portugal, Francisco Conceicao, ke gawang Republik Ceska dan gol penyerang Hongaria, Kevin Csoboth, ke gawang Skotlandia. Portugal kini telah memastikan lolos ke fase gugur, sementara Hongaria menjaga asa lolos sebagai salah satu tim peringkat tiga terbaik.
Sementara itu, ada pula gol striker Serbia, Luka Jovic, yang memaksa tetangga mereka dari Balkan, Slovenia, untuk bermain imbang. Niclas Fullkrug, penyerang Jerman, juga berhasil melakukan hal yang sama dalam pertandingan grup terakhir menghadapi Swiss.
Gol dari Luar Kotak Penalti
Selain gol bunuh diri dan gol menit akhir, satu hal lain yang membuat Euro 2024 ini begitu kaotik adalah gol tembakan jarak jauh. Sebelumnya, saya sudah menyebut nama Emre Can yang menjadi pencetak gol dari luar kotak penalti pertama dalam turnamen ini. Setelah itu, gol serupa berbondong-bondong lahir, bahkan dalam wujud yang jauh lebih memesona.
Sejauh ini, dua gol yang paling ramai diperbincangkan di media sosial adalah gol gelandang Swiss, Xherdan Shaqiri, ke gawang Skotlandia, serta gol gelandan Turki, Arda Guler, dalam pertandingan melawan Georgia.
Shaqiri membobol gawang Angus Gunn melalui sepakan first-time setengah voli dari luar kotak penalti, sementara Guler menaklukkan kiper Georgia, Giorgi Mamardashvili, lewat sepakan lengkung dari jarak jauh.
Gol-gol jarak jauh lainnya pun tak kalah indah, seperti gol bek Turki, Mert Muelduer—juga ke gawang Georgia. Jangan lupakan pula dua tembakan roket dari gelandang Rumania, Nicolae Stanciu dan Razvan Marin, ke gawang Ukraina. Dua gol ini sampai membuat kiper Andriy Lunin, yang sukses membawa Real Madrid juara Liga Champions 2023/24, dicadangkan pada laga berikutnya dan digantikan oleh pemain Benfica, Anatoliy Trubin.
Nicolo Barella, gelandang Italia, juga berhasil mencetak gol dari luar kotak penalti yang menjadi penentu kemenangan Gli Azzurri atas Albania pada laga grup perdana. Gelandang Sporting CP, Morten Hjulmand, pun sukses mencetak gol jarak jauh untuk membantu Denmark menahan imbang Inggris.
Terciptanya gol-gol itu pantas disebut membuat turnamen menjadi kaotik karena, khususnya gol tembakan jarak jauh dan gol bunuh diri, tidaklah lahir dari sebuah perencanaan. Skema sudah pasti ada. Akan tetapi, ada faktor-faktor lain yang bermain seperti skill dan keberuntungan.
Kuatnya kedua faktor tersebut membuat sisi individu dari Euro 2024 jadi demikian menonjol dan inilah yang biasanya membuat sebuah turnamen jadi buah bibir bahkan hingga puluhan tahun ke depan. Wiracarita, tragedi, komedi, semua hadir di sini dan kita beruntung bisa menyaksikan semuanya.
Penulis: Yoga Cholandha
Editor: Fadrik Aziz Firdausi