Menuju konten utama

Glee dan Masalah yang Menimpa Para Pemainnya

Glee mengisahkan tentang kehidupan dan masalah para remaja. Dekat dengan hidup yang benar-benar dilakoni beberapa pemainnya.

Glee dan Masalah yang Menimpa Para Pemainnya
Mark Salling. FOTO/FOX

tirto.id - Tidak ada insan perfilman yang menganggap Lea Michele layak tampil di layar kaca. Perasaan itu tertanam di hati Lea sebelum ia membintangi serial Glee. Sejak usia delapan tahun, ia ingin menjadi aktris. Di masa kanak-kanak, Lea pernah bermain dalam pementasan teater Les Miserables di Broadway, New York. Tapi ia tidak puas. Lea berusaha mewujudkan mimpi dengan mengikuti serangkaian audisi agar bisa jadi bintang layar kaca. Respons yang kerap ia dapat: kecantikannya kurang memenuhi kriteria untuk menjadi aktris.

Lea menemukan titik cerah saat bertemu produser Glee, Ryan Murphy. Ryan suka padanya dan meminta Lea untuk memerankan Rachel. Acara tersebut membuat nama Lea melambung. Majalah Time pernah memasukkannya dalam daftar 100 orang berpengaruh. Wawancara dilakukan oleh aktris Olivia Newton John.

Dalam artikel, Olivia menulis bahwa lewat peran yang dimainkan, Lea berhasil menginspirasi kaum muda untuk terlibat dalam program musik di sekolah dan mampu mengajak sejumlah komunitas untuk turut mendukung program musik yang ada.

Glee lahir pada tahun 2009 sebagai serial drama musikal. Acara ini mengambil latar kehidupan anak-anak sekolah yang tergabung dalam klub musik. Tema-tema cerita berangkat dari isu sosial yang pernah dialami kaum muda di era milenial.

Sekali waktu, Vulture mencoba merangkum tema yang ditampilkan dalam serial ini. Hasilnya ialah cerita yang membahas pelecehan seksual oleh guru, perisakan digital, ejakulasi dini, jatuh hati dengan teman penyuka sesama jenis, berbohong tentang siapa ayah bayi di dalam kandungan, mempekerjakan orang tanpa latar belakang pendidikan medis sebagai perawat medik di sekolah, memanfaatkan rambut untuk mendapat hal yang diinginkan, cara diri memandang dan menerima tubuh, bagaimana cara mengaku bahwa Anda seorang gay, dan kekerasan terhadap gay.

Para pemeran Glee berasal dari latar belakang ras dan orientasi seksual berbeda. Sebagian dari mereka -- terutama pemain muda seperti Lea, tergolong pemain baru di layar kaca. Benang merah di antara mereka ialah gemar menyanyi.

Di musim-musim awal, Glee menjadi acara terpopuler di stasiun televisi FOX. Lagu "Don’t Stop Believin'" milik band rock Journey yang dinyanyikan ulang oleh Lea dan kawan-kawan menjadi penghantar Glee menuju ketenaran. Beberapa minggu setelah diperdengarkan dalam salah satu episode, "Don’t Stop Believin" ala Glee memecahkan rekor sebagai lagu paling laris.

Menurut Nielsen Music, lagu itu diunduh lebih dari 1,4 juta kali. Jumlah unduhan terbanyak lagu-lagu di tayangan Glee disusul dengan "Forget You" milik CeeLo Green dan "Teenage Dream" milik Katy Perry. Respons publik ini memicu produser musik Glee untuk mendirikan label rekaman.

Glee tidak hanya berdampak pada keuntungan finansial yang dihasilkan dari penjualan lagu. CNN melaporkan terjadi peningkatan minat terhadap ekstrakurikuler musik di sejumah Sekolah Menengah Atas di Amerika. Setidaknya ada 20 sekolah yang mengadakan kembali program paduan suara, beberapa waktu setelah Glee tayang. Menurut Joel Biggs, presiden event organizer kompetisi paduan suara, keberadaan paduan suara di sekolah terbilang minim sebelum penayangan Glee.

Dengan adanya tayangan yang ditonton oleh 12,7 juta penonton ini, Joel memperkirakan kemunculan 300 program musik Sekolah Menengah Atas di seantero negeri Paman Sam. Acara ini juga turut menginspirasi munculnya Glee Project, ajang pencarian bakat yang para pemenangnya bisa berperan di dalam serial.

Sebagai tayangan televisi, Glee tidak sekadar tayangan hiburan belaka. Time menganggap serial yang tayang selama enam musim ini adalah tayangan yang berpusat pada praktik inklusi. Glee tayang empat tahun setelah pernikahan sesama jenis diresmikan di Massachusetts, Amerika Serikat. Serial itu tak malu-malu menayangkan relasi tokoh pasangan sesama jenis. Ia juga tidak segan memberi panggung pada wanita Afrika-Amerika bertubuh besar yang menjadi pusat perhatian dalam serial.

“Acara ini bukan acara yang sempurna. Tetapi Glee bicara tentang perbedaan. Setiap orang yang pernah tidak dianggap menjadi bagian dalam sebuah kelompok, disatukan dalam mimpi dan cinta terhadap musik pop. Salah satu episode terbaik Glee ialah bagian yang menceritakan tentang usaha melewati batasan diri untuk meraih mimpi,” demikian tulis Time.

Infografik Glee

Produksi serial Glee sempat terganggu ketika salah satu pemerannya, Corey Monteith harus masuk panti rehabilitasi pengguna narkoba. Corey sudah terkait penyalahgunaan obat terlarang sejak usia 19 tahun. Ia memerankan Finn, salah satu tokoh krusial dalam klub musik Glee. Pada 2013, Corey ditemukan meninggal dalam sebuah kamar hotel karena overdosis minuman keras dan narkoba.

Kedekatan Glee dengan masalah remaja, kembali tampak dari tragedi yang dialami oleh Mark Salling. Pemeran Noah "Puck" Puckerman ini bunuh diri pada 30 Januari 2018, sesaat sebelum ia masuk dalam penjara karena terbukti bersalah dalam kasus pornografi anak.

Glee sendiri terus menelusuri jalan landai, dan berujung pada penayangan terakhir pada 2015 silam. Episode terakhinya dirancang untuk mengenang tokoh Finn. Tapi tak semua pemeran ikhlas untuk melepaskannya begitu saja. Akhir tahun lalu, muncul wacana Glee akan dibuat kembali. Lea menyambutnya antusias. Ia akan bersedia memerankan Rachel lagi bila Glee jadi dibuat ulang. Baginya, Glee memberi kepuasan untuk mengasah potensi bernyanyi yang ia miliki.

Di samping itu, Lea punya kesan spesial tentang rekan-rekan sesama pemain di luar peran. Ia merasa Amber Riley, pemeran Mercedes, adalah sahabatnya. Seperti dirinya, Amber pernah mengalami penolakan sebelum tampil di Glee. Ia gagal saat mengikuti audisi American Idol ketika berusia 17 tahun.

Tentang Chris Colfer, pemeran Kurt, Lea berkata bahwa Chris ialah sosok yang selalu bisa menghiburnya. Dalam Glee, ia ditugaskan berperan sebagai tokoh yang mewakili isu LGBT dan perisakan. “Glee sangat spesial. Kami membawa musik ke rumah para penonton. Saya mencintai hal itu,” tutur Lea kepada Cosmopolitan.

Baca juga artikel terkait SERIAL TELEVISI atau tulisan lainnya dari Joan Aurelia

tirto.id - Film
Reporter: Joan Aurelia
Penulis: Joan Aurelia
Editor: Maulida Sri Handayani