tirto.id - Gerhana bulan total telah muncul pada Rabu (31/1/2018) lalu dan dapat diamati dari hampir seluruh wilayah Indonesia saat malam hari. Peristiwa ini dinanti masyarakat karena berbarengan dengan fenomena supermoon. Sekitar pukul 20.29 WIB, bulan menjadi tampak berwarna kemerahan atau oranye seperti tembaga.
Fenomena astronomi rupanya masih menarik antusiasme masyarakat dunia. Setelah gerhana bulan dan supermoon, akan terjadi peristiwa langka lainnya dalam waktu dekat: gerhana matahari sebagian pada 15 Februari 2018 mendatang.
Selama gerhana matahari sebagian, Matahari, Bulan, dan Bumi tidak berada pada garis lurus sempurna. Bulan pun hanya menghasilkan bagian luar bayangannya (penumbra) di Bumi. Dari sudut pandang di Bumi, ini terlihat seperti Bulan sedang menggigit Matahari.
Terkadang, bulan hanya mencakup sebagian kecil cakram Matahari. Sementara di lain waktu, gerhana parsial terlihat hampir seperti gerhana total atau seperti cincin. Ukuran area gerhana tersebut dikenal sebagai gerhana magnitudo.
Gerhana matahari terjadi 2-5 kali dalam setahun. Biasanya, gerhana matahari terjadi sekitar dua minggu sebelum atau sesudah gerhana bulan.
Gerhana matahari pertama tahun 2018 ini sayangnya tidak dapat dilihat langsung dari Indonesia. Mengutip Space.com, peristiwa ini hanya dapat diamati dari beberapa bagian Antartika, Samudera Atlantik, dan Amerika Selatan bagian selatan.
Meski begitu, para pengamat langit yang sudah menanti gerhana matahari sebagian ini dapat menyaksikannya dari situs web NASA. Lembaga ini menyediakan juga informasi tentang gerhana matahari, termasuk peta terperinci dari setiap jalur gerhana.
Gerhana matahari parsial akan terjadi lagi pada 13 Juli 2018 dan paling terlihat di atas lautan antara Australia dan Antartika.
Selain itu, gerhana matahari ketiga tahun ini juga akan berlangsung pada 11 Agustus 2018 dan akan melayang di atas Kutub Utara. Fenomena ini akan terlihat dari Eropa utara, Asia utara, dan sebagian Asia timur.
Penulis: Yuliana Ratnasari
Editor: Yuliana Ratnasari