tirto.id - Hari ini, Kamis (3/5/2018), Google doodle menyuguhkan video interaktif Virtual Reality (VR) 360 derajat menyorot pada satu tokoh, Georges Melies.
Siapakah sosok istimewa yang diangkat Google menjadi doodle hari ini?
Georges Melies dikenal sebagai pelopor berbagai teknik special effects dalam pembuatan film bergenre fiksi ilmiah yang masih langka digunakan pada masanya.
Melies yang dilahirkan di Paris pada 8 Desember 1861 dengan nama Marie Georges Jean Melies ini juga seorang ilusionis yang memiliki teater yang dibangun oleh pesulap kondang, Robert Houdin.
Nama Georges Melies bisa disejajarkan dengan Thomas Edison, Edwin S. Potter, D.W. Griffith, W.K.L Dickson, Lumiere bersaudara, sebagai tokoh perintis sinema di awal perkembangannya. Efek 3D dan special effects saat ini sudah hampir digunakan di produksi film, tapi siapakah pencipta efek khusus dalam fiksi ilmiah pertama?
Georges Melies memulai semuanya dari Paris. Ia lahir di keluarga pemilik pabrik sepatu di Boulevard Saint-Martin. Dibesarkan dalam lingkungan dengan latar pendidikan kuno, namun minat artistiknya sudah terlihat sejak belia. Di usia 10 tahun, ia membuat boneka kardus dan menulis karikatur dan gambar di buku catatan sekolahnya.
Sebagai seorang pemuda yang belajar di London, dia sangat terpesona dengan ilusi panggung, mengunjungi aula Mesir secara teratur yang dikelola oleh ilusionis London terkenal, John Nevil Maskelyne. Setelah kembali ke Paris pada 1885, ditekan oleh ayahnya, ia bergabung dengan bisnis keluarga. Namun, semangatnya membawa Melies sering ke Théâtre Robert-Houdin yang didirikan oleh pesulap terkenal Jean Eugène Robert Houdin, dilansir dari laman melies.ue.
Dia juga mengambil pelajaran sulap dan segera tampil di cabinet fantastique dari Museé Grévin. Setelah ayahnya pensiun pada tahun 1888, ia menjual bagian dari bisnis keluarganya kepada dua saudara laki-lakinya dan membeli Théâtre Robert-Houdin yang dicintainya.
Setelah melihat film pertamanya, pada tahun 1895, Méliès membeli kamera perekam pertamanya dan mulai membuat film. Secara seksama, ia mempelajari teknologi perfilman, kemudian ia memperoleh proyektor, mesin cetak, dan perlengkapan lain yang dibuat khusus memenuhi keinginan Méliès.
Méliès kemudian memulai menggunakan kameranya untuk mendokumentasikan pentas pertunjukan pada teater Robert-Houdin. Pada akhir tahun 1896, Méliès mulai mengkombinasikan pengetahuannya mengenai seni sulap dengan pembuatan film. Hal ini menghasilkan sebuah film dengan nuansa ilusi, yang menampilkan pemeran yang muncul dan kemudian menghilang, atau sebuah objek yang berubah wujud menjadi objek lainnya.
Dilansir dari Theculturetrip.com, kontribusi utama Méliès pada sinema adalah mengenali kemungkinan suatu medium untuk dipakai menyampaikan narasi dan pertunjukan, menggabungkan unsur teatrikal tradisional dengan gambar-gambar bergerak, berusaha menyajikan pertunjukan yang tidak mungkin dilakukan dalam pertunjukan teater.
Dia menciptakan kosakata dasar efek khusus, memanipulasi dan mendistorsi waktu dan ruang untuk menciptakan teknik-teknik yang tidak lazim di masanya sat itu seperti the first double exposure, the first split screen, the first overlapping dissolve, fade in fade out, stop motion photograph.
Dia bahkan menambahkan warna pada banyak filmnya, melukis setiap frame. Dengan teknik dan kecakapan memainkan pertunjukan ini, ia mendorong selubung pembuatan film dari berbagai bidikan aksi tunggal ke sebuah kendaraan mendongeng yang imajinatif. Pada 1897 Méliès membangun sebuah studio kaca di Montreuil-sous-Bois, dimana ia mampu menguraikan produksi dan trik kerjanya.
Film bisu Le Voyage dans la Lune tahun 1902 adalah karyanya yang paling terkenal, dan dianggap sebagai film fiksi sains pertama dan salah satu film sinema yang paling berpengaruh. Terinspirasi oleh berbagai macam sumber, termasuk novel Jules Verne, “From the Earth to the Moon” dan “Around The World In 80 Days”.
Seperti kebanyakan film pada jamannya, film buatan Méliès berdurasi cukup pendek, hanya beberapa menit. Filmnya yang paling terkenal, "Le Voyage dans la Lune" (Perjalanan ke Bulan), berdurasi paling panjang, yaitu sekitar 20 menit. Film tersebut juga ditetapkan sebagai film paling kompleks yang pernah Méliès buat.
Méliès membuat lebih dari 500 film, akting, pembiayaan, mengarahkan, memotret, dan merancang panggung dan kostum. Seringkali istrinya, yang menjadi inspirasinya, membintangi film tersebut.
Film-filmnya sukses besar secara internasional, menginspirasi banyak orang untuk meniru gayanya dan kadang-kadang membajak filmnya. Namun, akibat perang tahun 1914 membuat publik kehilangan minat pada film fantasinya dan Méliès terdepak dari bisnis. Bangkrut, ia harus meninggalkan pembuatan film. Dia dipaksa untuk mengubah studio inovatifnya menjadi teater dan teater kesayangannya Houdin dihancurkan.
Pada tahun 1917, tentara Perancis mengubah bangunan studio utama di properti Montreuil menjadi rumah sakit bagi tentara yang terluka, menyita lebih dari empat ratus cetakan asli perusahaan Méliès Star Films, melelehkan mereka untuk dijadikan perak dan seluloid untuk membuat tumit untuk sepatu tentara.
Méliès dalam kemarahan dan putus asa telah membakar banyak negatif filmnya, set dan kostum panggung. Hidup dalam kebangkrutan, Georges Méliès mengelola toko maninan kecil di Gare de Montparnasse selama bertahun-tahun untuk memenuhi kebutuhan.
Melies dengan segala pencapaiannya meninggal pada 21 Januari 1938 di usia 76 tahun dalam kondisi miskin.
Untuk mengingat jejak karyanya, Biran Selznick membuat novel tentang dia pada 2007 “The Invention of Hugo Cabaret”. Martin Scorsese membuat adaptasi filmnya pada 2011 berjudul “Hugo” untuk menegaskan warisan ide dan karyanya tetap hidup hingga sekarang. Dan hari ini Google menjadikannya doodele tepat pada 3 Mei 1912, Melies merilis film berjudul À la Conquête du Pôle atau The Conquest of the Pole. Film tersebut adalah salah satu maha karya dari Melies.
Editor: Maya Saputri