tirto.id - Dermatologis di seluruh dunia menyelidiki kemungkinan gejala infeksi virus corona COVID-19 baru, setelah mendapat laporan dari beberapa pasien yang mengalami lesi di kaki dan tangan.
Beberapa menyebut fenomena ini sebagai "jari kaki COVID" atau "tangan COVID," menurut Dr. Kerri Purdy, presiden Asosiasi Dermatologi Kanada.
"Bentuknya berupa benjolan merah dan ungu yang menyakitkan ini cenderung terjadi di ujung jari kaki atau di puncak kaki, atau di puncak jari atau ujung jari," katanya.
Dokter-dokter di Kanada terbiasa melihat lesi yang serupa, seperti chilblains yang terkait dengan cuaca dingin, katanya, tetapi lebih tidak biasa melihatnya dalam cuaca hangat.
"Rasanya mungkin ada penyumbatan kecil pada pembuluh darah karena kami pikir COVID-19 membuat orang memiliki kecenderungan yang meningkat terhadap pembekuan darah," katanya, seperti dikutip Global News.
Jenis-jenis ruam lainnya telah dilaporkan pada pasien COVID-19 juga, katanya, tetapi masih terlalu dini untuk mengetahui seberapa umum gejala-gejala kulit pada penyakit ini.
Beberapa dokumentasi pertama dari masalah kulit yang terkait dengan COVID-19 datang dalam laporan akhir Maret oleh seorang dokter Italia, yang mencatat bahwa 18 dari 88 pasien yang diteliti, atau 20 persen, memiliki beberapa jenis masalah kulit.
Penulis laporan kasus mencatat bahwa diperlukan lebih banyak penelitian untuk lebih memahami bagaimana COVID-19 mempengaruhi kulit.
Sejak itu, American Academy of Dermatology telah meminta anggotanya dan dokter lain di seluruh dunia untuk berkontribusi melaporkan kasus ke daftar gejala dermatologis yang terkait dengan COVID-19.
Asosiasi dermatologis di Perancis juga mengeluarkan buletin untuk anggotanya. Asosiasi podiatry di Spanyol telah melakukan hal yang sama, mencatat laporan lesi mirip chilblain pada kaki anak-anak, serta membuat daftar sendiri tentang masalah terkait kaki untuk menyelidiki apakah mereka terkait dengan COVID-19.
Gejala "jari kaki COVID" ini, menurut para dokter, muncul pada pasien COVID-19 yang tidak menunjukkan gejala lain apa pun. Mirip dengan gejala kehilangan rasa dan bau, yang juga muncul pada pasien COVID-19 tanpa gejala lain.
"Ini adalah manifestasi yang terjadi sejak awal penyakit, yang berarti Anda memiliki penyakit terlebih dahulu, kemudian berkembang," kata Ebbing Lautenbach, kepala penyakit menular di Fakultas Kedokteran Universitas Pennsylvania.
"Kadang-kadang ini mungkin petunjuk pertama Anda bahwa ANda memiliki COVID-19 ketika Anda tidak memiliki gejala lain."
Lesi kaki karena COVID-19 pada beberapa orang dapat menghilang dalam waktu seminggu hingga 10 hari, tetapi yang lain berkembang menjadi gejala pernapasan, katanya.
Gejala baru COVID-19 ini muncul lebih banyak pada anak-anak dan dewasa muda daripada kelompok umur lainnya. Ebbing menduga, mungkin karena anak-anak dan dewasa muda memiliki sistem kekebalan yang lebih baik.
Penyebab Lesi Kaki pada Pasien COVID-19
Ada dua hipotesis yang sedang berjalan tentang apa yang dapat menyebabkan lesi kaki COVID-19. Salah satu penjelasan yang mungkin, Ebbing mengatakan, adalah bahwa ada respons peradangan yang lebih terlokalisasi pada kaki dan kaki pasien. Atau bisa juga pembekuan pembuluh darah.
"Jawaban singkatnya adalah tidak ada yang tahu," katanya.
Susan Wilcox, kepala perawatan untuk gawat darurat di Rumah Sakit Umum Massachusetts, melihat lesi ungu pada pasien COVID-19 yang paling kritis dan menduga itu adalah purpura fulminans. Ini terjadi ketika peradangan dari infeksi parah menyebabkan tubuh membuat gumpalan-gumpalan darah kecil di jari-jari dan bahkan hidung, jelasnya.
Wilcox mengatakan gejala ini paling umum pada pasien yang mengembangkan sindrom gangguan pernapasan akut, atau ARDS, yang sebagian besar meninggal karena peradangan yang intens dan sistematis.
"Anda mendapatkan infeksi, dan kemudian tubuh Anda akan melepaskan peradangan," katanya. "Dalam banyak hal, ini bermanfaat, tetapi kadang-kadang bisa terlalu banyak, sehingga peradangan dapat menyebabkan kerusakannya sendiri."
Wilcox mengatakan dia melihat ini terjadi dalam kasus pneumonia atau flu yang buruk, jadi tidak mengejutkan ketika dia melihatnya pada pasien COVID-19.
Sementara para ahli mempelajari lebih lanjut tentang penyakit ini dan bagaimana kaitannya dengan lesi kaki, kata Ebbing, kewaspadaan yang tinggi dan kecurigaan yang rendah akan menghentikan penyebaran virus coronavirus.
Pasien dengan gejala lesi kaki lebih mungkin memiliki hasil tes negatif untuk COVID-19, karena virus ini berada pada tahap paling awal. Namun, Wilcox mengatakan, pasien harus dikarantina di rumah dan dipantau dengan cermat apakah gejalanya berkembang, demikian sebagaimana diwartakan USA Today.
Editor: Agung DH