tirto.id - Benarkah makin tua usia seseorang makin sering lupa? Studi menjawab dengan tidak membantahnya tapi ada faktor lain di balik kelupaan seseorang.
Penelitian dari National Center for Biotechnology Information, Amerika Serikat menyebut, integritas struktural hipokampus di otak manusia menurun seiring dengan bertambahnya usia. Hipokampus adalah bagian dari otak besar yang merupakan bagian dari sistem limbik. Peran utamanya penting dalam kegiatan mengingat (memori) dan navigasi ruangan. Fungsinya untuk membentuk ingatan baru.
Bagian otak lainnya yang juga berfungsi untuk mengingat adalah korteks entorhinal. Bedanya, ia tak membuat ingatan baru, tapi menyimpan ingatan-ingatan penting kita, misalnya sesuatu yang sudah jadi kebiasaan atau rutinitas. Namun, tak seperti hipokampus, rupanya usia tak berpengaruh pada bagian ini.
Karena usia hanya berpengaruh pada volume hipokamus, maka manusia yang menua akan kehilangan kemampuannya untuk mengingat sesuatu dengan lebih cepat. Tapi akan sangat jelas mengingat hal lain yang sudah jadi kebiasaannya, dan lebih sering dilakukan atau dijumpai. Ini pula penjelasan ilmiah, mengapa seseorang yang terkena Alzheimer atau dementia cuma bisa mengingat satu atau dua saja hal tertentu.
Pada zaman digital ini, tak sedikit remaja atau orang-orang yang masih berusia di awal 20-an sering lupa mendadak. Misalnya lupa pada hal-hal sepele seperti meletakkan kunci, kacamata, atau ponsel sendiri. Jika bukan Anda sendiri, maka orang yang sehari bisa dua sampai tiga kali kehilangan ponselnya sendiri adalah teman Anda. Intinya, tak sulit menjumpai orang seperti ini.
Lantas, apa sebabnya? Penyebabnya jelas: hipokampus di otak mulai terganggu. Tapi, harusnya hal ini tak terjadi kalau gaya hidup Anda baik-baik saja.
Ilmuan dari Harvard, menemukan beberapa hal yang dapat membuat manusia lebih cepat jadi pelupa—lebih cepat dari laju usianya sendiri.
Pertama, ialah alkohol. Minum terlalu banyak alkohol memengaruhi ingatan jangka pendek. Kadar alkohol yang normal dikonsumsi 1,5 ons wiski, 5 ons anggur, atau 12 ons bir. Paling banyak 2 kali sehari bagi pria, dan satu kali sehari bagi wanita. Lebih dari itu, bagian di otak akan terganggu.
Bila Anda pernah menonton film The Girl on The Train, maka Anda sekarang tahu mengapa sang tokoh utama, Rachel Watson susah mengingat beberapa babak dalam kesehariannya. Ya, Anda benar bila menebak alasannya karena kebiasaan Rachel yang suka mabuk. Alkohol rupanya lebih cepat menggerus hipokamus.
Kedua, obat-obatan. Obat penenang, antidepresan, beberapa obat tekanan darah, dan obat lain dapat memengaruhi memori. Biasanya menyebabkan sedasi atau kebingungan, ini berpengaruh dalam ingatan hal-hal baru. Kadang, obat-obatan juga akan lebih sering menggiring otak untuk menyaring ingatan palsu.
Misalnya ketika Anda mengingat pernah meletakkan ponsel di atas meja kantor, dan ingatan itu membuat Anda begitu yakin sehingga merutuk sendiri karena menemui fakta ponsel milik Anda tidak ada di meja. Kejadian seperti ini, biasa disebut false memory atau ingatan palsu.
Kurang tidur, stres dan kegelisahan, serta depresi rupanya juga jadi faktor lain penentu kelupaan seseorang. Kebiasaan tidur yang tak cukup adalah salah satu faktor utama seringnya terjadi kelupaan menimpa seseorang. Terlalu sedikit istirahat memengaruhi suasana hati dan meningkatkan kegelisahan.
Kegelisahan akan berubah menjadi stres. Terlalu stres akan mengurangi kemampuan mengingat hal baru. Sementara depresi memperberat kerja otak untuk mengumpulkan memori. Semacam mendistraksi otak dari kerja utamanya. Ciri-ciri depresi di antaranya adalah mengalami kesedihan, tak bersemangat, sulit untuk merasa senang.
Penyebab lainnya adalah kelainan tiroid, sesuatu yang sebenarnya tak ada pengaruhnya dari gaya hidup. Tiroid adalah kelenjar berbentuk kupu-kupu yang terletak pada bagian depan dari leher yang mengeluarkan hormon dan mengatur metabolisme, pertumbuhan, suhu tubuh, denyut jantung, tekanan darah, berat badan, dan lain-lainnya. Masalah pada tiroid bisa menyebabkan kepikunan.
Maka yang diperlukan untuk menjawab pertanyaan: ‘Seberapa wajar Anda menjadi pelupa?’ adalah dengan mengukur sejauh mana masalah-masalah di atas tersangkut di hidup Anda.
Memperbaiki gaya hidup yang benar menjadi salah satu kunci untuk tak jadi pelupa terlalu dini. Tentu selain karena menjadi pelupa akan mengganggu kegiatan Anda sehari-hari, alasan lain untuk memperbaikinya adalah karena menjadi pelupa akan menjadi pemantik bagi kehadiran penyakit Alzheimer dan Demensia.
Penulis: Aulia Adam
Editor: Suhendra