Menuju konten utama
Dampak Pandemi Corona

Garuda Catat Pendapatan 1,4 Miliar Dolar AS pada 2020, Turun 69,4%

Garuda Indonesia selama 2020 catat pendapatan 1,4 miliar dolar AS atau turun sekitar 69,4% dibandingkan 2019, yaitu 4,57 miliar dolar AS.

Garuda Catat Pendapatan 1,4 Miliar Dolar AS pada 2020, Turun 69,4%
Pekerja membongkar muat kargo dari pesawat Garuda Indonesia setibanya di Bandara Internasional Sultan Iskandar Muda (SIM), Blang Bintang, Kabupaten Aceh Besar, Aceh, Sabtu (22/5/2021). ANTARA FOTO/Ampelsa/wsj.

tirto.id - PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk telah merampungkan laporan keuangan tahun buku 2020. Dalam laporan tersebut, Garuda mencatatkan pendapatan usaha sebesar 1,4 miliar dolar AS atau sekitar Rp21 triliun dengan kurs Rp15.000/dolar AS. Pendapatan tersebut merosot sekitar 69,4 persen dibandingkan 2019 sebesar 4,57 miliar dolar AS.

Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra menjelaskan, pendapatan usaha ditunjang oleh pendapatan penerbangan berjadwal sebesar 1,2 miliar dolar AS, pendapatan penerbangan tidak berjadwal 77 juta dolar AS, dan lini pendapatan lainnya sebesar 214 juta dolar AS.

"Pandemi COVID-19 ini mengajarkan pelaku sektor industri penerbangan tentang makna penting upaya akseleratif dan resiliensi dalam menghasilkan evolusi bisnis yang berkesinambungan," kata dia dalam keterangan resmi, Jumat (16/7/2021).

Irfan menambahkan, "Berbagai langkah strategis pemulihan kinerja terus kami jalankan hingga kini, antara lain melalui konsolidasi operasi guna mendorong efisiensi serta menunjang business continuity perusahaan di tengah kondisi makro yang penuh tantangan dan pasar yang semakin kompetitif."

Garuda Indonesia juga mencatatkan penurunan beban operasional penerbangan sebesar 35,13% menjadi 1,6 miliar dolar AS dibandingkan 2019 yang sebesar 2,5 miliar dolar AS.

Hal tersebut turut ditunjang oleh langkah strategis efisiensi biaya, yang salah satunya melalui upaya renegosiasi sewa pesawat maupun efisiensi biaya operasional penunjang lain yang saat ini terus dioptimalkan oleh perusahaan, kata Irfan. Melalui upaya tersebut, saat ini Garuda Indonesia berhasil melakukan penghematan beban biaya operasional hingga 15 juta dolar AS per bulan.

“Di samping itu, perusahaan juga tengah merampungkan program restrukturisasi secara menyeluruh terhadap kinerja usaha, yang akan dilakukan secara bertahap dan terukur dengan mengedepankan komitmen keberlangsungan usaha. Untuk itu, Garuda Indonesia optimistis dapat semakin agile dan adaptif dalam menjawab tantangan industri penerbangan ke depannya,” kata dia.

Irfan menjelaskan kondisi saat ini merupakan realitas bisnis yang tidak dapat terhindarkan di tengah tekanan kinerja usaha, imbas kondisi pandemi yang mengantarkan industri penerbangan dunia pada level terendah sepanjang sejarah, di mana lalu lintas penumpang internasional mengalami penurunan drastis lebih dari 60 persen selama 2020.

Kondisi tersebut membawa trafik perjalanan lalu lintas udara internasional kembali ke level trafik lalu lintas udara pada 2003. Sebuah kemunduran signifikan dari industri penerbangan yang telah berkembang pesat selama 10 tahun terakhir, kata dia.

Kondisi itu yang turut tergambarkan pada kinerja usaha Garuda Indonesia yang saat ini terdampak signifikan pada aspek keberlangsungan usaha. Hal tersebut merupakan situasi yang tidak terhindarkan dihadapi oleh berbagai pelaku industri penerbangan lain yang harus melakukan berbagai langkah fundamental guna mengoptimalkan kinerja usahanya. Antara lain melalui upaya diversifikasi bisnis, baik dalam skala besar maupun kecil, yang dimaksudkan untuk mengupayakan keberlangsungan usaha di tengah krisis industri penerbangan dunia saat ini.

Garuda Indonesia Fokus Bisnis Kargo

Rangkaian upaya maksimal yang dilakukan oleh perusahaan untuk menghadirkan layanan penerbangan yang aman, nyaman, dan sehat tentunya tidak terlepas dari esensi moda transportasi udara sebagai sektor krusial, terutama di masa PPKM Darurat yang tengah diberlakukan.

Garuda Indonesia, kata dia, akan terus mengoptimalkan langkah percepatan pemulihan kinerja di tengah kondisi pandemi COVID-19, yang salah satunya turut diselaraskan dengan momentum pertumbuhan sektor ekspor nasional melalui langkah maksimalisasi pangsa pasar angkutan logistik.

Hal tersebut sejalan dengan proyeksi pertumbuhan sektor ekspor nasional yang diperkirakan akan terus meningkat, menyusul laporan Badan Pusat Statistik yang mencatatkan konsistensi peningkatan trafik ekspor Indonesia pada Juni 2021 dengan keberhasilan angka pertumbuhan hingga 54,46% dibandingkan periode yang sama pada tahun lalu.

“Sejalan dengan berbagai langkah upaya perbaikan kinerja usaha yang terus kami lakukan secara berkelanjutan, tren pertumbuhan sektor ekspor nasional menjadi momentum penting bagi upaya optimalisasi lini bisnis penunjang yang dijalankan Perusahaan di tengah tekanan kinerja usaha imbas pandemi Covid-19, terutama melalui bisnis kargo dan charter,” terang dia.

Secara konsisten, kata dia, perusahaan berhasil mencatatkan pertumbuhan angkutan kargo yang semakin menjanjikan. Hingga Mei 2021, Garuda Indonesia Group berhasil membukukan pertumbuhan angkutan kargo hingga 35%—dibandingkan periode yang sama pada 2020.

Konsistensi tersebut sejalan dengan kinerja bisnis kargo pada akhir 2020. Saat itu, Garuda Indonesia berhasil mencatatkan angkutan trafik kargo udara yang menyentuh level 99 persen dari performa angkutan kargo pada periode sebelum pandemi.

Dengan tren pertumbuhan positif tersebut, Garuda Indonesia akan terus mengoptimalkan utilisasi armada bagi perluasan jaringan penerbangan kargo guna menunjang aktivitas direct call komoditas ekspor unggulan dan UMKM dari berbagai wilayah Indonesia, salah satunya melalui pengoperasian 2 (dua) armada passenger freighter yang kini melayani sejumlah penerbangan kargo domestik maupun internasional.

Baca juga artikel terkait PENDAPATAN GARUDA INDONESIA atau tulisan lainnya dari Selfie Miftahul Jannah

tirto.id - Bisnis
Reporter: Selfie Miftahul Jannah
Penulis: Selfie Miftahul Jannah
Editor: Abdul Aziz