Menuju konten utama

Ganjar Ikhlas Data Kematian COVID di Jateng Ditambah Satgas Pusat

Ganjar Pranowo ikhlas angka kematian COVID-19 di Jateng naik karena adanya ratusan data yang baru diinput pemerintah pusat.

Ganjar Ikhlas Data Kematian COVID di Jateng Ditambah Satgas Pusat
Gubernur Jateng Ganjar Pranowo (kiri), berbincang dengan warga lanjut usia peserta program vaksinasi COVID-19 di Puskesmas II Sokaraja, Banyumas, Jateng, Kamis (10/6/2021). ANTARA FOTO/Idhad Zakaria/hp.

tirto.id - Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo mengaku ikhlas dengan kenaikan angka kematian COVID-19 yang disebabkan adanya ratusan data yang baru diinput oleh pemerintah pusat. Ia mengakui kematian di Jateng tinggi namun menurutnya data harian tak lebih tinggi dari yang diumumkan oleh pemerintah pusat.

Pada 29 Juli 2021 Satgas COVID-19 Pusat mencatat Jateng sebagai menyumbang angka kematian COVID-19 tertinggi yakni 679 kematian. Ganjar mengakui bahwa angka kematian memang tinggi, tapi ada perbedaan data.

Jajarannya mencatat pada 29 Juli 2021 total ada 431 kematian bukan 679. Selisih 248 itu, kata Ganjar merupakan data pada hari-hari sebelumnya yang baru diinput dan dipublikasikan oleh pemerintah pusat.

“Kami sudah berkali-kali koordinasi terus dengan Kementerian Kesehatan dan saya ikhlaskan ditambahkan saja. Kalau perlu hari ini ada angka 1.000 angka kematian dari Jateng yang belum diinput ya diinput saja," kata Ganjar melalui sambungan telepon, Jumat (30/7/2021).

"Tidak apa-apa tinggal dikasih catatan di belakangnya bahwa ini adalah data yang kemarin harus diverifikasi terlebih dahulu dan setelah diverifikasi clear and clean maka ditambahkan,” tambahnya.

Penambahan catatan bahwa data yang dipublikasikan terhadap data kematian pada hari-hari sebelumnya menurut Ganjar penting untuk menjaga integritas soal data, agar data itu dapat dipertanggungjawabkan dan jelas.

“Maka kami siap diverifikasi dan siap ditambahkan dan sebagainya. Tapi kami di daerah harus menampilkan terlebih dahulu menurut yang sudah masuk ke kami, ya kami tampilkan,” ujar Ganjar.

Menurutnya persoalan perbedaan data ini sudah dikoordinasikan dengan Kementerian Kesehatan dan bersepakat soal mekanisme penambahan data yang telah melalui proses verifikasi tersebut.

“Ketika verifikasi sudah ketemu maka disuntikkan [datanya]. Maka data kami berbeda. Tapi enggak apa-apa. Jadi data aslinya seperti ini terus ada tambahan data dari pusat. Jadi kalau kelihatan tinggi buat kami tidak masalah. Faktanya adalah fakta yang kami catat dari data harian dan kami masukkan di website,” jelas Ganjar.

Ganjar juga mengakui tingginya angka kematian COVID-19 di Jateng, hingga 29 Juli 2021 kemarin total tercatat ada sudah ada 22.858 yang meninggal karena COVID-19. Namun data pemerintah pusat mencatat total kematian di Jateng hanya 18.562, artinya ada selisih sebanyak 4.296 kematian.

Dari 22.858 kematian yang tercatat itu kata Ganjar 90 persen berumur 40 tahun ke atas; 82 persen memiliki komorbid; dan 95 persen yang meninggal belum divaksin. Sedangkan kematian di luar rumah sakit kata dia hanya 0,82 persen.

Dengan data itu, maka upaya yang dilakukan untuk menekan angka kematian di antaranya kata Ganjar adalah dengan melakukan percepatan vaksinasi khususnya pada umur 40 tahun ke atas, memiliki komorbid; dan ibu hamil.

“Diharap vaksinasi yang dilaksanakan oleh semua pihak di Jateng mengutamakan atau mendahulukan pra lansia dan lansia umur 40 tahun ke atas,” katanya.

Selain itu kata Ganjar upaya penambahan kapasitas tempat tidur ICU dan isolasi juga terus diupayakan. Rumah sakit daurat kata Ganjar diharapkan mulai beroperasi 1 Agustus 2021.

Sebelumnya, Juru Bicara Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Siti Nadia Tarmizi mengungkapkan sejumlah pemicu kenaikan angka kematian karena COVID-19 dalam beberapa hari terakhir. Salah satunya kata Nadia memang soal teknis pelaporan data.

“Ada beberapa kabupaten/kota di Jawa Tengah yang lapornya bukan kasus di hari yang sama,” kata Nadia yang juga menjabat Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kemenkes, Nadia kepada reporter Tirto, Rabu (28/7/2021).

Selain masalah pencatatan, penyebab meningkatnya kematian ini juga karena keparahan pasien yang meningkat karena adanya varian delta dan terlambat dibawa ke rumah sakit.

“Banyak yang tidak mau isolasi terpusat jadi banyak yang terlambat ke fasilitas layanan kesehatan,” kata Nadia.

Baca juga artikel terkait COVID-19 INDONESIA atau tulisan lainnya dari Irwan Syambudi

tirto.id - Kesehatan
Reporter: Irwan Syambudi
Penulis: Irwan Syambudi
Editor: Bayu Septianto