Menuju konten utama

Gangguan ATM dan Kegunaan Satelit Bagi Manusia

Satelit sudah jadi teknologi vital bagi kehidupan manusia. Kasus gangguan ATM di beberapa bank di Indonesia jadi contoh nyata.

Gangguan ATM dan Kegunaan Satelit Bagi Manusia
Pekerja melintas di dekat antena pengendalian Satelit Telkom 3S di Stasiun Pengendali Utama Satelit PT Telkom Indonesia, Cibinong, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Senin (30/1). Telkom akan meluncurkan Satelit Telkom 3S di Guiana Space Center, Kourou, Guyana, Perancis, pada 15 Februari 2017 pukul 04.39 WIB guna meningkatkan layanan telekomunikasi di Indonesia. ANTARA FOTO/Indrianto Eko Suwarso/aww/17.

tirto.id - Akhir pekan lalu layanan ATM-ATM dari banyak bank umum di Indonesia, tidak berfungsi sebagaimana mestinya. Sialnya, gangguan ATM ini bertepatan dengan masa pencairan gaji para pekerja di akhir bulan. BCA misalnya, tercatat sebagai bank yang paling banyak mengalami gangguan. Tercatat ada 5.000 ATM milik BCA tak bisa memberikan layanan.

Selain BCA, ada 2.000 ATM milik bank Mandiri juga mengalami gangguan serupa. Bank BUMN lainnya seperti BNI juga mengalami gangguan menimpa 1.500 ATM. BRI relatif beruntung, bank BUMN ini hanya mengalami masalah pada 300 ATM.

Baca juga:2.000 ATM Mandiri Mengalami Gangguan Satelit

Gangguan pada ATM milik bank-bank di Indonesia karena gangguan yang dialami satelit milik Telkom, bernama Telkom-1. Satelit tersebut merupakan satelit yang dimanfaatkan oleh ATM-ATM yang mengalami gangguan. Telkom-1, dikabarkan mengalami sebuah anomali berupa tergesernya antena yang terpasang pada satelit.

Satelit Telkom-1 merupakan sebuah satelit yang diluncurkan pada 13 Agustus 1999 atau sudah berusia 16 tahun. Satelit ini diproduksi oleh Lockhead Martin dengan kapasitas 36 transponder. Satelit Telkom-1 dirancang untuk bisa berfungsi selama 15 tahun artinya pada 2014 sebenarnya merupakan batas usia rancangan satelit tersebut. Namun, merujuk hasil konsultasi di 2016, Telkom-1 dikatakan bisa digunakan hingga 2019.

Masalah pada satelit Telkom-1 yang berujung pada gangguan layanan perbankan, menunjukkan pada masyarakat betapa pentingnya teknologi satelit bagi khalayak. Satelit, sejatinya memiliki beragam kegunaan yang penting bagi kebutuhan masyarakat dewasa ini. Saking pentingnya, satelit harus teregistrasi.

Pada 2016, United Nations Officer for Outer Space Affairs, sebuah lembaga di bawah PBB yang mengurusi angkasa luar, dalam sebuah laporan tahunan mengungkapkan bahwa di tahun itu terdapat 81 satelit baru yang diregistrasi. Di tahun sebelumnya, dalam sebuah laporan yang serupa, menyebut bahwa terdapat 207 wahana antariksa yang diregistrasi. Angka itu memang tidak menyebut jumlah satelit secara spesifik.

Satelit pada dasarnya sebuah teknologi yang telah lama diharapkan oleh umat manusia. Dalam sebuah tulisan berjudul “Satellite Technology: The Evolution of Satellite Systems and Fixed Satellite Services,” Louis Ippolito mengungkapkan bahwa visi awal tentang satelit dicetuskan salah satunya oleh Sir Isaac Newton. Newton pada 1687 mengemukakan sebuah teori tentang satelit buatan yang diluncurkan ke orbit Bumi.

Pemikiran Newton ini, menurut Ippolito, memunculkan gagasan-gagasan serupa. Terutama gagasan yang diimplementasikan dalam karya-karya fiksi ilmiah. Sosok-sosok seperti H.G Wells, Everett Edward Hale, Jules Verne, Konstantin Tsiolokowsky, Herman Oberth, Willy Lev, Hermann Noordung, dan Robert Goddard merupakan penulis-penulis yang terpengaruh atas gagasan teori Newton tentang satelit.

Ippolito menyebut pada 1945, visi tentang satelit mulai digarap serius. Salah satu titik keseriusan penggarapan tema satelit menjadi nyata dilakukan oleh Sir Arthur Clarke. Clarke, memang lebih dikenal sebagai penulis fiksi ilmiah. Namun, tulisan non-fiksinya tentang “siaran radio luar angkasa” pada majalah Wireless World, mematik kembali gagasan satelit buatan guna kepentingan umat manusia. Pada Oktober 1957, Uni Sovyet akhirnya berhasil meluncurkan satelit buatan pertama di dunia bernama Sputnik.

Untuk kasus Indonesia, satelit kali pertama dikenal pada 1976. Di tahun itu, Indonesia meluncurkan satelit bernama Satelit Palapa. Saat itu, peluncuran Satelit Palapa menjadi yang pertama bagi sebuah negara berkembang. Joshua Barker dalam jurnalnya berjudul “Engineers and Political Dreams: Indonesia in the Satellite Age” mengungkapkan bahwa proyek Satelit Palapa menelan biaya hingga $1 miliar dolar AS, sebuah angka yang besar saat itu.

Satelit Palapa diterbangkan hingga ketinggian 22.300 mil atau sekitar 35.888 km guna memberikan sinyal pada 50 titik stasiun yang tersebar merata di seluruh Indonesia. Salah satu peristiwa yang bersejarah yang dilakukan memanfaatkan satelit Palapa terjadi pada 18 Agustus 1976. Presiden Soeharto melakukan sambungan telepon dengan Gubernur Aceh dengan memanfaatkan Satelit Palapa. Saat itu, Presiden Suharto mengabari akan berkunjung ke Aceh.

Infografik Satelit

Bagaimana Satelit Bekerja

Satelit, secara sederhana merupakan wahana komunikasi mandiri. Ia mampu menerima sinyal dari Bumi dan mentransmisikan atau menyalurkan kembali sinyal. Satelit memanfaatkan gelombang radio untuk mengirimkan sinyal ke antena di Bumi. Antena, menangkap sinyal tersebut dan memproses informasinya. Beragam kepentingan telekomunikasi, dapat dibantu oleh satelit. Satelit berfungsi mendukung kelancaran telekomunikasi telepon. Selebihnya ada ragam fungsi lainnya juga bisa dilakukan oleh satelit seperti pencitraan Bumi dan komunikasi data.

Fungsi semacam ini menjadi bagian dari penopang layanan ATM-ATM berbagai bank di Indonesia. ATM, memerlukan komunikasi data untuk berhubungan dengan server atau pangkalan data dari bank yang menerbitkannya. Mirip seperti sebuah komputer yang membutuhkan koneksi internet untuk melakukan update status di Facebook. Koneksi data antara ATM dengan bank, dilakukan untuk memenuhi segala kegiatan real-time transaksi perbankan dengan server bank yang bersangkutan. Sayangnya, fungsi yang demikianlah yang mengalami gangguan pada akhir pekan lalu hingga berdampak pada ribuan ATM.

Anto Prabowo, Pelaksana Tugas Deputi Komisioner Manajemen Strategis dan Logistik Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengungkapkan, "... bank terdampak khususnya ATM yang memakai VSAT yang terhubung dengan Satelit tersebut."

Sementara itu, Rohan Nafas, Sekretaris Perusahaan Bank Mandiri mengungkapkan, “ATM yang menggunakan teknologi satelit dengan parabola VSAT (Very Small Aperture Terminal) itu yang terkena dan rata-rata itu di daerah agak remote dan daerah terdepan. Kalau di kota-kota besar ATM sudah pakai jaringan broadband jadi tidak ada masalah.”

VSAT merupakan stasiun penerima/pengirim sinyal dari satelit yang berbentuk seperti piring dengan diameter sekitar 3 meter. VSAT, berfungsi untuk mengirim serta menerima data pada satelit.

Merujuk apa yang ditulis Agus Stiawansyah dalam karyanya yang berjudul “Analisa Kinerja Jaringan Pusat Internet Pedesaan Berbasis VSAT di Kabupaten Muara Enim,” mengungkapkan bahwa VSAT kali pertama hadir di Amerika Serikat pada awal 1980-an. Di Indonesia, VSAT muncul sejak 1989 atas respons terhadap kemunculan bank-bank yang membutuhkan sistem komunikasi online. VSAT memiliki banyak keunggulan. VSAT dipilih karena memiliki efisiensi tinggi, bandwith yang besar, dan dapat diaplikasikan ke beragam sistem. Selain digunakan bank, VSAT juga digunakan Kementerian Komunikasi dan Informatika untuk menghadirkan internet di pedesaan.

Baca juga:Menyajikan Internet di Pedalaman

Teknologi VSAT, memang lebih sering dimanfaatkan di wilayah-wilayah pedalaman. Dalam perkara ATM yang mengalami gangguan, VSAT digunakan di ATM-ATM yang berada di luar kantor cabang bank penerbit, lokasi-lokasi yang sulit dijangkau koneksi broadband.

Gangguan ATM di akhir pekan kemarin menjadi pelajaran, bahwa satelit yang telah uzur terlalu dipaksakan untuk terus beroperasi bisa berdampak luas bagi kehidupan khalayak. Telkom bahkan memperkirakan Satelit mereka yang mengalami gangguan tak akan beroperasi normal kembali seperti semula.

Baca juga:Satelit Telkom Tak Bisa Normal Lagi

Baca juga artikel terkait GANGGUAN ATM atau tulisan lainnya dari Ahmad Zaenudin

tirto.id - Teknologi
Reporter: Ahmad Zaenudin
Penulis: Ahmad Zaenudin
Editor: Suhendra