tirto.id - Ketua Umum Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), Yohannes Nangoi mengatakan, penggunaan biodiesel B35 belum memenuhi standar Euro 4. Padahal sesuai ketentuan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) seluruh kendaraan diproduksi dalam negeri harus memenuhi standar tersebut.
“Maka dalam 5 sampai 6 tahun, sebanyak sekitar 3 juta kendaraan berbahan bakar solar, yang seharusnya diganti dengan B35, akan perlu menerapkan standar Euro 4,” katanya dalam sebuah diskusi, di Jakarta, Selasa (31/1/2023).
Dia mengatakan saat ini rata-rata setiap tahun 23 persen dari 1,05 juta kendaraan yang terjual di Indonesia berbahan bakar Solar. Di mana unit yang telah beroperasi di lapangan mencapai 5 juta kendaraan.
Selain belum memenuhi standar Euro 4, menurutnya negara-negara lain saat ini baru menerapkan B10, sehingga principal pabrikan otomotif sempat enggan memberikan jaminan kepada Indonesia, yang ujungnya berpotensi merugikan konsumen.
Meskipun demikian, dia mengakui penerapan B35 sudah lulus uji coba yang menunjukkan bahwa kendaraan dengan B35 bisa dioperasikan di wilayah dingin sekalipun. Kendati kandungan airnya tetap perlu dikontrol.
“Dengan kandungan air yang berpotensi ada di bahan bakar B35, otomatis servis kendaraannya perlu dipikir secara detail, misalnya apakah perlu pengurasan dan lainnya,” pungkas dia.
Program mandatori B35 atau pencampuran biodiesel 35 persen pada bahan bakar jenis solar akan diberlakukan pada Rabu (1/2/2023). Pemberlakukan ini diharapkan bisa mengurangi ketergantungan impor minyak untuk Bahan Bakar Minyak (BBM).
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto mengatakan, program pencampuran biodiesel 35 persen akan menghemat devisa sebesar 10,75 miliar dolar AS. Program ini juga akan memberikan nilai tambah bagi industri sawit senilai Rp16,76 triliun.
"Dan kebijakan B35 diperkirakan akan kurangi emisi gas rumah kaca 34,9 juta ton CO2," kata Airlangga.
Penulis: Dwi Aditya Putra
Editor: Reja Hidayat