Menuju konten utama

Daftar Kasus Penculikan Anak di Indonesia Selama Januari 2023

Berikut adalah daftar kasus penculikan anak di Indonesia selama Januari 2023.

Daftar Kasus Penculikan Anak di Indonesia Selama Januari 2023
Ilustrasi penculikan. FOTO/iStockphoto

tirto.id - Awal tahun 2023 diwarnai dengan maraknya penculikan anak di Indonesia. Hal itu membuat Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Republik Indonesia (KPPA) mengajak seluruh lapisan masyarakat untuk terlibat dalam perlindungan anak.

“Seluruh pihak, baik orang tua, masyarakat, dan Pemerintah, termasuk Aparat Penegak Hukum harus bersama-sama memastikan upaya perlindungan anak bisa dilaksanakan dengan sebaik-baiknya, sehingga ancaman yang berdampak lebih buruk bisa kita hindari,” kata Nahar, sebagai Deputi Bidang Perlindungan Khusus Anak dalam konferensi pers, di Jakarta pada 3 Januari 2023.

Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPPA) mencatat, sepanjang tahun 2022, ada 28 kasus penculikan anak. Di mana, angka tersebut mengalami kenaikan, pada tahun 2021. Lantas, bagaimana dengan kasus di tahun 2023?

Daftar Kasus Penculikan di Indonesia pada Januari 2023

Sepanjang bulan Januari 2023, ada beberapa kasus penculikan anak di Indonesia. Berikut merupakan daftar kasus penculikan anak di Indonesia:

1. Penculikan Malika di Jakarta Pusat

Malika merupakan korban penculikan yang dilakukan oleh Iwan Sumarno pada 7 Desember 2022. Mulanya, Sumarno mengajak Malika membeli ayam goreng di dekat kios orang tuanya pada pukul 10.00 WIB.

Sumarno sudah kenal dekat dengan keluarga Malika. Oleh sebab itu, ajakan Sumarno langsung disetujui oleh Malika. Namun, Malika tak kunjung kembali ke kios sampai siang hari, tepatnya pukul 14.00 WIB.

Berdasarkan hasil penelusuran polisi melalui rekaman kamera pengawas, Sumarno naik Bajaj bersama Malika. Keduanya turun di daerah Stasiun Kota.

Malika menghilang selama 26 hari. Tepat pada 2 Januari 2023 malam hari, polisi berhasil menemukan Malika di kawasan Pasar Cipadu, Tangerang Kota. Malika berada di dalam gerobak, yang biasa digunakan Sumarno untuk bekerja sebagai pemulung.

2. Penculikan Fitria di Cilegon

Kasus penculikan anak juga terjadi di Cilegon pada 2 Januari 2023. Dia adalah Fitria, perempuan berumur 4 tahun diculik oleh HH. Setelah menculik Fitria, pelaku menyuruhnya menjadi pengemis.

Pada 25 Januari 2023 dini hari, pelaku dan Fitria ditemukan di jalanan Pasar Minggu, Jakarta Selatan. Polisi langsung meringkus pelaku untuk dimintai keterangan di Polsek Pasar Minggu. Sedangkan Fitria, langsung mendapatkan trauma healing beserta keluarganya.

3. Penculikan dan Pembunuhan Anak di Makassar

MFS yang berumur 11 tahun meninggal dunia setelah dibunuh oleh MF (18) dan AD (17). Penculikan serta pembunuhan ini, dilakukan karena MF dan AD ingin menjual organ tubuh, yang terbuai oleh situs jual beli organ tubuh manusia di luar negeri dalam website Yandex.

Pada awal Desember, AD berselancar di internet dan menemukan situs Yandex yang menerima transaksi organ tubuh. Kemudian AD mengajak MF untuk mencari korban. AD dan MF akhirnya membunuh dan menculik MFS, pada 8 Januari 2023.

MF dan AD kemudian diringkus oleh pihak kepolisian, pada 9 Januari 2023. Keduanya dibawa ke Polsek Panakkukang, Makassar, untuk dimintai keterangan.

4. Penculikan Anak di Semarang

WD anak laki-laki yang berusia 8 tahun diculik oleh S (64). Mulanya, cara pelaku menculik WD dengan mengajak ngobrol bapaknya WD, Setiawan. Basa-basi yang dilakukan oleh S adalah menawarkan membawa rongsokan.

Setelah memperoleh izin, S langsung membawa kabur motor Setiawan sekaligus menculik anaknya. Pada 11 Januari 2023, WD ditemukan dengan keadaan lemas. Polisi langsung meringkus pelaku penculikan.

Faktor Penyebab Marak Kasus Penculikan Anak di Indonesia

Sekretaris Pusat Studi Gender dan Anak (PSGA) UNESA, Putri Aisyiyah Rachma Dewi mengungkapkan beberapa faktor maraknya penculikan anak.

1. Pengawasan

Orang tua harus mengawasi anaknya, terlebih ketika sedang main di luar rumah. Sebab, maraknya kasus penculikan ini dikarenakan abainya orang tua dalam mengawasi anak-anaknya.

Pengawasan yang dilakukan oleh orang tua juga tidak boleh berlebihan. Pasalnya, bisa membuat anak merasa tidak aman dengan orang terdekatnya, yakni orang tuanya sendiri. Hal itu disebut sebagai mean world syndrome, dunia yang kejam.

2. Lingkungan

Selain orang tua, masyarakat juga perlu ikut dalam mengantisipasi kasus penculikan anak. Pasalnya, dengan peran masyarakat yang sama-sama peduli, maka anak-anak tidak akan mudah dibawa oleh orang ‘asing’.

Kerja sama antara orang tua, masyarakat dan pihak sekolah adalah pencegahan efektif dalam menghindari penculikan anak.

3. Peran pemerintah

Abainya pemerintah juga menjadi faktor maraknya penculikan anak, terlebih dalam mengantisipasi penculikan anak. Kurangnya fasilitas publik membuat anak-anak sulit mencari taman bermain. Untuk itu, pemerintah perlu memperhatikan ruang publik yang aman dan ramah anak.

4. Kondisi Ekonomi

Faktor terakhir adalah kondisi ekonomi keluarganya yang lemah. Kerentanan ini yang dimanfaatkan oleh pelaku untuk menculik anak dengan berbagai iming-iming yang ditawarkan oleh pelaku kepada korban penculikan.

Baca juga artikel terkait AKTUAL DAN TREN atau tulisan lainnya dari Sulthoni

tirto.id - Sosial budaya
Kontributor: Sulthoni
Penulis: Sulthoni
Editor: Alexander Haryanto