tirto.id - Setelah pemungutan suara dilakukan pada 17 April 2019, beberapa media sosial mengunggah tangkapan layar berupa informasi hasil hitung cepat (quick count). Salah satunya adalah gambar layar yang diambil dari laman Tirto. Isinya memuat hasil perolehan suara pemilu presiden (pilpres) yang menunjukkan kandidat Prabowo-Sandiaga unggul sementara dengan perolehan 61,29%, 71,01%, 66,48%, dan 63,48%, berturut-turut mengikuti nama lembaga survei pelaku hitung cepat.
KLAIM
Tangkapan layar itu muncul di Instagram dan dibagikan oleh akun @ayuning_28 pada 18 April 2019. Unggahan itu juga memuat komentar: “Inilah Quick Count lembaga survey yang tidak masuk TV. Karena seluruh stasiun TV telah dikuasai rezim.”
Jika ditelusuri, terdapat unggahan senada di platform media sosial lain. Di Facebook, tangkapan layar ini, misalnya, diposting oleh Reza Nerazzurri dan banyak pula yang mengunggahnya di Twitter.
Benarkah informasi hasil hitung cepat yang termuat dalam tangkapan layar tersebut?
FAKTA
Tirto memang memuat informasi perihal hasil hitung cepat. Kami menayangkan hasil hitung cepat dari empat lembaga, yakni Saiful Mujani Research & Consulting (SMRC), Indikator Politik Indonesia, Charta Politika, dan CSIS-Cyrus Network, untuk pileg maupun pilpres. Empat lembaga tersebut memiliki izin untuk melakukan survei hitung cepat dari Komisi Pemilihan Umum (KPU) pada Pemilu 2019 ini.
Tangkapan Layar Hasil Suntingan
Sekalipun Tirto memang menayangkan hasil hitung cepat dari empat lembaga, informasi dalam tangkapan layar yang menyebar di media sosial itu adalah tidak benar.
Tangkapan layar itu adalah gubahan, tetapi bukan hasil gubahan foto. Gubahan itu dilakukan dengan mengubah informasi yang terdapat di dalam laman (situs) dengan cara “inspeksi elemen”.
Jika Anda melakukannya pada browser Chrome, tindakan itu dapat dilakukan dengan mengklik kanan mouse, lalu mouse menyorot persis di bagian/lokasi yang hendak dilakukan diinspeksi elemen. Setelah itu, dicari bagian yang mau diganti informasinya. Dalam konteks hasil quick count, tinggal dicari bagian yang menunjukkan angka persentasenya, lantas diganti angka berapa saja sesuai dengan keinginan si pembuat.
Setelah diubah, si penyunting lantas memfoto laman Tirto sebagai bukti bahwa angka persentasenya seperti yang ia gubah. Tentu, menyunting informasi menggunakan cara “inspeksi elemen” tidak akan benar-benar mengubah informasi di laman situsweb. Informasi yang berubah hanya pada laman si penyunting tadi. Itu pun hanya berlaku sesaat.
Berikut ini adalah contoh nilai quick count pada laman situsweb Tirto yang disunting angkanya dengan “inspeksi elemen”.
“Bias Konfirmasi”
Gubahan informasi nilai quick count di laman Tirto dapat dilakukan siapa saja. Dalam skema perang informasi, konten yang berubah ini dapat menguntungkan siapa pun, tergantung niat si penyunting.
Internet sendiri, menurut Tom Nichols, penulis The Death of Expertise: The Campaign Against Established Knowledge and Why it Matters (2017), adalah saluran pengumpul faktoid, yakni berbagai informasi palsu yang disajikan sebagai fakta atau berita yang sebenarnya. Orang-orang seringkali tersesat di mesin pencari dan lautan informasi yang sebenarnya penuh dengan sampah.
Permasalahannya, menurut Nichols, informasi-informasi yang tersedia itu diperlakukan secara sangat selektif oleh penggunanya. Seseorang memilih informasi yang mendukung keyakinannya. Contohnya adalah ketika banyak orang "memakan" informasi yang tidak valid tentang hasil hitung cepat.
Nichols menyebutnya sebagai bias konfirmasi, yaitu kecenderungan mencari informasi “yang hanya membenarkan apa yang kita percayai, menerima fakta yang hanya memperkuat penjelasan yang kita sukai, dan menolak data yang menentang sesuatu yang sudah kita terima sebagai kebenaran."
KESIMPULAN
Melalui penelusuran fakta ini, didapat kesimpulan bahwa tangkapan layar yang diunggah pengguna akun Instagram bernama @ayuning_28, pada 18 April 2019, adalah informasi gubahan atau informasi palsu. Informasi yang benar pada laman Tirto telah disunting sehingga menjadi disinformasi.
Editor: Maulida Sri Handayani