Menuju konten utama

Fokus Perusahaan E-commerce Bergeser Pada Pelayanan

Teddy menuturkan JD.ID lebih memilih untuk meningkatkan kualitas pelayanan mereka, ketimbang hanya sekadar memberi diskon besar-besaran.

Fokus Perusahaan E-commerce Bergeser Pada Pelayanan
President Director JD.ID, Zhang Li menjelaskan JD.ID menjadi salah satu perusahaan e-commerce terbesar di Indonesia. FOTO/Istimewa

tirto.id - Perusahaan JD.ID mengaku optimistis bisa berjaya di pangsa pasar e-commerce Indonesia. Seperti diungkapkan Head of Corporate Communications & Public Affairs, Teddy Arifianto, masyarakat dinilai mulai menggemari kegiatan berbelanja secara daring. Oleh karenanya, Teddy menuturkan JD.ID lebih memilih untuk meningkatkan kualitas pelayanan mereka, ketimbang hanya sekadar memberi diskon besar-besaran.

“Saya rasa tidak hanya JD.ID, tapi rata-rata perusahaan e-commerce sudah seperti itu. Mulai menawarkan pengalaman berbelanjanya. Di industri e-commerce ini kuncinya kepercayaan dan pelayanan. Namun realitasnya berbeda-beda, ada orang yang beli karena sudah percaya dulu baru mempertimbangkan pelayanannya, tapi ada juga yang lebih mengutamakan pelayanan barulah muncul kepercayaannya,” ujar Teddy dalam acara “JD.ID Celebrating Festivity 2017” di Pullman Hotel, Jakarta, Kamis (9/3/2017).

Selain tren berbelanja yang mulai bergeser, Teddy juga mengklaim konsistensi JD.ID dalam model bisnis mampu menjadikan mereka terus berkembang sejak resmi berdiri pada 28 Maret 2016 lalu. “Untuk nilai transaksi kami memang belum bisa sebutkan jumlahnya berapa. Tetapi sejak awal berdiri sampai sekarang, pertumbuhan transaksi di JD.ID konsisten pada kisaran 30-50 persen. Itu adalah pencapaian buat kami. Karena bukan masalah persentasenya, melainkan konsistensinya,” katanya.

Sayangnya Teddy tidak bersedia membeberkan secara detail besaran investasi yang digelontorkan maupun jumlah konsumen JD.ID sampai saat ini.

Kepemilikan tiga gudang penyimpanan stok barang (hardware) oleh JD.ID juga dikatakan membawa satu keuntungan tersendiri. “Hampir semua barang yang kami jual ada di situ. Selain itu 60 persen pegawai kami, dari total sebanyak 300 pegawai, ada di hardware. Penyerapannya besar,” ucap Teddy.

Hal tersebut turut didukung pernyataan Presiden Direktur JD.ID, Zhang Li, yang sempat menyinggung tentang hardware. “Selama satu tahun ini, hardware kami telah ada di tiga kota, yakni Cimanggis, Surabaya, dan Makassar. Kami juga akan segera membangun di Medan,” kata Li saat membuka acara “JD.ID Celebrating Festivity 2017”.

Sementara itu, dari sisi regulasi pemerintah, Teddy kembali mengungkapkan pemerintah dan industri e-commerce saat ini tengah sama-sama belajar. “Industri e-commerce kan baru berkembang selama tiga tahun terakhir juga ya. Tapi dengan adanya idEA (Indonesian E-commerce Association) dengan segala advokasinya, itu sangat membantu. Pemerintah tidak boleh menghambat, melainkan kita harus tumbuh bersama. Karena enggak bisa meregulasi tanpa melihat perkembangan di pasar,” tutur Teddy.

Sebelumnya, pemerintah melalui Kementerian Komunikasi dan Informasi (Kemenkominfo) telah merilis surat edaran Safe Harbor Policy. Tujuan dari dibuatnya kebijakan tersebut adalah untuk melindungi pemilik, pedagang, dan pengguna situs jual beli daring dari tuntutan hukum. Lewat kebijakan ini, batasan dan tanggung jawab masing-masing pihak dalam melakukan kegiatan perdagangan melalui sistem elektronik dapat diatur.

“Kebijakan ini diharapkan bisa menciptakan rasa nyaman bagi pemilik platform berbasis UGC, serta menumbuhkan ekosistem perdagangan elektronik yang maju,” ucap Menteri Komunikasi dan Informasi Rudiantara pada 27 Februari 2017 lalu.

Meskipun sejak bulan lalu regulasi masih berupa surat edaran, namun Rudiantara berharap upaya tersebut dapat diimplementasikan secepatnya. “Era internet ini sangat cepat dan dinamis. Karenanya sebelum kebijakan ini menjadi peraturan, proses akan dilakukan secara bertahap,” kata Rudiantara.

Baca juga artikel terkait E-COMMERCE atau tulisan lainnya dari Damianus Andreas

tirto.id - Bisnis
Reporter: Damianus Andreas
Penulis: Damianus Andreas
Editor: Alexander Haryanto