tirto.id - Pada usia atau tahun berapakah kamu mengetahui bahwa QR pada lema “QR Code” berarti respons cepat, singkatan dari Quick Response? Boleh dibilang, kode QR, yang pertama kali berkembang di Jepang pada 1994, kini telah menjadi teknologi paling berpengaruh di bidang pembayaran.
“Pembayaran kode QR tidak hanya menjadi titik pertumbuhan penting bagi bisnis operator seluler, tetapi juga telah menarik lembaga keuangan perbankan, perusahaan kartu internasional, perusahaan teknologi internet dan agen pembayaran pihak ketiga, dan lain-lain,” tulis Pu Zhang, dalam makalah ilmiahnya: Why QR Code Payment Develop Well in China?
Di Cina, melakukan pembayaran via kode QR memang merupakan pemandangan rutin. Beberapa tahun lalu, saat jurnalis CNBC Evelyn Cheng berkunjung ke sana, ia menyebut dirinya menyaksikan “badai perubahan pembayaran mobile”. Cheng dibuat takjub oleh para kasir yang bertanya tentang Alipay atau WeChat Pay kepada pelanggan, alih-alih menanyakan kepemilikan kartu kredit.
“Ketika makan di luar atau berbelanja dengan teman lokal, mereka membayar dengan memindai QR Code di meja restoran atau dengan menunjukkan QR Code di smartphone mereka ke kasir. Toko rempah-rempah, toko suvenir, dan penjual kaligrafi tradisional Cina semuanya memiliki tanda yang mengatakan bahwa mereka menerima pembayaran mobile,” kata Cheng.
Perkembangan kode QR memang beririsan dengan aktivitas jual-beli, sekalipun embrio teknologi tersebut, kode batang alias barcode, pada mulanya tidak dimaksudkan sebagai alat pembayaran.
Pada 1960, kala pertumbuhan ekonomi di Jepang melonjak dan supermarket-supermarket dijejali berbagai komoditas—mulai dari bahan makanan hingga pakaian—para kasir, petugas di garda depan, kewalahan.
Situs qrcode.com menjelaskan, mesin kasir yang digunakan di toko-toko mengharuskan harga dimasukkan secara manual. Sebab itu, tak sedikit kasir yang menderita sehingga pergelangan tangan mereka mati rasa—sementara antrean pembeli terus mengular di hadapannya.
Penemuan barcode menjadi solusi untuk masalah tersebut dan setelahnya sistem POS (Point of Sale) dikembangkan. Teknisnya: ketika barcode pada produk dipindai oleh sensor optik, secara otomatis, harga barang muncul pada mesin kasir dan informasi produk dikirim ke komputer pada saat yang sama.
Pada 1994, Masahiro Hara—karyawan Denso Wave, anak perusahaan Toyota—mengembangkan barcode dengan menemukan kode QR.
“Pada kode batang satu dimensi seperti barcode, informasi hanya bisa dikodekan satu arah. Sementara bagi kode batang dua dimensi, informasi bisa dikodekan dua arah: menyilang dan atas/bawah. Barcode sendiri hanya mampu menampung 20 karakter alfanumerik, sementara QR Code melipatkan kemampuan itu hingga 100 kali lipat,” tulis Ahmad Zaenudin dari Tirto.
Aman, Nyaman, dan Kekinian
Kebutuhan akan perangkat pembayaran yang cepat dan praktis sekaligus aman dan nyaman adalah kebutuhan niscaya di era Internet of Things (IoT). Sebab itu, saat pembayaran digital dinilai punya kelemahan karena sukar digunakan untuk transaksi offline, pembayaran lewat QR, sebagaimana tampak pada Jenius QR, adalah solusi konkret.
“Sejak empat tahun lalu, Jenius berupaya untuk senantiasa ada di sampingmu. Jenius ingin menemani kamu di setiap fase kehidupan, termasuk di kondisi seperti sekarang, di mana kesehatan serta keamananmu menjadi perhatian khusus yang Jenius prioritaskan,” demikian keterangan Jenius yang diterima Tirto.
Di tengah pandemi, Jenius meluncurkan Jenius QR—fitur pembayaran yang sudah mereka sebut-sebut sejak 2018 silam. Sekarang, kemunculan produk tersebut lebih dari sekadar tren, tapi sekaligus upaya sungguh-sungguh pihak Bank BTPN untuk turut serta menjaga kesehatan sekaligus keamanan nasabahnya.
Ya, tanpa perlu melangsungkan kontak (contactless), Jenius QR membuatmu bisa melakukan transaksi tanpa uang tunai atau kartu debit/kartu kredit. Selain itu, Jenius QR juga memungkinkan kamu bertransaksi dengan praktis di jaringan Quick Response Indonesia Standard (QRIS) di antero Indonesia, termasuk di jaringan e-wallet seperti GoPay, OVO, DANA, dan lain sebagainya. Pembayaran di jaringan QRIS tersebut berlaku mulai seribu hingga dua juta rupiah.
Pu Zhang, civitas akademik Sekolah Ilmu Komputer Universitas Birmingham itu, menyebut beberapa keuntungan menggunakan pembayaran QR, antara lain: praktis, baik pedagang maupun pembeli tidak memerlukan banyak perangkat; nyaman, bisa digunakan kapan dan di mana saja; aman, kamu tidak perlu khawatir akan kehilangan dompet yang di dalamnya tersimpan uang banyak.
Jika selama ini uangmu tersebar di beberapa e-wallet dan kamu perlu membuka beberapa dompet digital itu tiap kali hendak melakukan transaksi (apalagi saat saldo pada aplikasi yang satu tidak cukup sehingga harus diisi lebih dulu lewat aplikasi yang lain), hal demikian tak perlu dilakukan lagi.
Saat kamu melakukan pembayaran via Jenius QR, uang di Saldo Aktif akan terpotong secara otomatis. Tak perlu khawatir, seluruh transaksi langsung tercatat di Moneytory. Pembayaran via Jenius QR juga dilengkapi keamanan berlapis berupa biometrik sidik jari/sensor wajah dan PIN. Kamu juga bisa memanfaatkan Autentikasi Transaksi (memasukkan password tiap hendak melakukan pembayaran) dengan menetapkan limit sesuai kebutuhan. Pengaturannya bisa dilakukan di halaman Pengaturan Akun.
Untuk menggunakan fitur pembayaran Jenius QR, caranya mudah belaka. Buka aplikasi Jenius di gawai; pilih Bayar dengan QR; arahkan kamera ke kode QRIS; masukkan jumlah uang, lanjut; kemudian pilih Bayar; transaksimu selesai.
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo menyebut standarisasi QR di Indonesia dibuat untuk mendorong efisiensi transaksi, mempercepat inklusi keuangan, memajukan UMKM, serta mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia. Dengan Jenius QR, nasabah muda bisa turut serta ambil bagian di dalamnya dengan aman, nyaman, dan tentu saja kekinian.
(JEDA)
Penulis: Tim Media Servis