tirto.id - Film Korea yang diadaptasi dari novel berjudul sama, Kim Ji-young, Born 1982 dijadwalkan tayang di bioskop Indonesia pada 20 November 2019. Perilisan film yang mengangkat isu feminisme ini terus menuai beragam kontroversi di Korea Selatan.
Terkait kontroversi itu, Kim Do-Young yang duduk di kursi sutradara film Kim Ji-young, Born 1982 menegaskan kisah dalam novel itu harus diceritakan.
"Sebagai seorang ibu dari dua anak, seorang putri dan perempuan yang tinggal di masyarakat, banyak sekali bagian (di dalam novel) yang bisa saya rasakan," ujarnya, kembali mengutipThe Korea Herald.
Kim Do-Young menambahkan, "mengingat novelnya memperlihatkan sejumlah topik diskusi bagi masyarakat, ada tekanan soal apakah saya bisa menciptakan sebuah film dan menjaga nilai orisinilnya, apalagi ini film besar pertama saya. Tetapi, saya pikir kisahnya penting untuk dikatakan, dan yang harus diceritakan.”
Dilansir Soompi, hal serupa disampaikan aktor Gong Yoo dan aktris Jung Yu-mi selaku pemeran utama film Kim Ji-young, Born 1982.
Dalam konferensi pers film Kim Ji-Young, Born 1982 beberapa waktu lalu, Gong Yoo secara menceritakan bagaimana ia tak ragu menerima tawar casting untuk film Kim Ji-Young, Born 1982.
"Setelah membaca naskah, saya memikirkan keluarga. Saya menangis sendiri di rumah setelah membaca itu," ucap Gong Yoo.
Gong Yoo mengatakan hal tersebut tidak pernah terjadi sebelumnya. Setelah membaca naskah, ia mengaku teringat akan tingkahnya ketika kecil yang kerap dinilai nakal oleh orang tuanya.
"Saya juga langsung menghubungi ibu saya untuk berterima kasih kepadanya, tidak ada alasan baginya untuk ragu. Film ini bagus untuk semua generasi," ujar aktor tersebut.
Sementara aktris Jung Yu-mi yang berperan sebagai Kim Ji-young menyampaikan bagaimana ia teringat orang-orang di sekitarnya saat memerankan karakter Kim Ji-young.
Jung Yu-mi juga menyinggung bagaimana ia sadar terjadi pro dan kontra saat ia dikabarkan menerima tawaran bermain dalam film tersebut. Tetapi, menurutnya tidak ada masalah saat kita membuat cerita yang ingin diceritakan dan ditunjukan kepada orang lain.
Pro dan Kontra Masyarakat Korea
Novel Kim Ji-young, Born 1982 karya Cho Nam-ju sejak awal dirilis pada Oktober 2016 sempat menuai pro dan kontra lantaran mengangkat isu feminisme yang masih dianggap tabu di Korea Selatan.
Beberapa idol Korea seperti Irene Red Velvet dan Choi Sooyong SNSD juga mendapat hujatan lewat media sosial lantaran membuat postingan terkait buku itu.
"Dia harus tahu bahwa sebagian besar penggemarnya adalah laki-laki," kata seorang pengguna media sosial.
"Dia sebenarnya sudah menyatakan sebagai seorang feminis, dan aku bukan lagi penggemarnya,” ujar penggemar Irene di media sosial, demikian sebagaimana diwartakan The Korea Herald.
Dilansir Yonhap, hal serupa menimpa salah satu anggota SNSD, Choi Sooyoung. Selepas membuat postingan terkait buku tersebut di laman media sosial Instagram resminya, Sooyoung juga mendapat hujatan melalui media online.
Dilansir The Korea Herald, dalam rangka mendukung buku Kim Ji-young dan mengecam para pelempar kritikan negative terhadap sederet idol dan publik figure yang mendukung faminisme, sejumlah komunitas membuat gerakan #MeToo untuk sampaikan aspirasi mereka.
Sementara di sisi lain, pihak yang kontra terhadap buku tersebut membuat protes dan mencari crowdfunding buku “Kim Ji-hun Born 1990” yang menampilkan tokoh protagonis pria yang lahir pada tahun 1990 dan menunjukkan pembalikan diskriminasi yang dihadapi para pria di Korea Selatan.
Budaya patriarki memang tumbuh kuat di Korea Selatan. Mereka menunjukkan tugas militer yang wajib untuk semua pria berbadan sehat. Poin lain yang mereka ajukan adalah harapan pengantin pria dan keluarganya akan membayar perumahan ketika pasangan menikah, meskipun ini menjadi semakin jarang dalam prakteknya.
Sinopsis Kim Ji-Young, Born 1982
Kim Ji-young, Born 1982 secara umum menceritakan Kim Ji-Young (Jung Yu-mi) seorang wanita biasa yang mulanya bekerja di agensi kehumasan.
Kim Ji-Young kemudian menikah dan memiliki seorang anak. Saat diketahui sedang hamil, Kim Ji-Young dipaksa berhenti dari pekerjaan yng selama ini ia gandrungi dan harus menjadi ibu rumah tangga seutuhnya.
Hal tersebut membuat Ji-young perlahan mengalami banyak hal hingga ia kehilangan jati dirinya lantaran 'terperangkap' dalam rutinitas sehari-hari.
Lambat laun, Ji-young mulai berbicara atau berperan menjadi orang lain, ia kadang berbicara seperti ibunya, atau seperti kakak perempuannya dan banyak lainnya, demikian dilansir Asian Wiki.
Penulis: Nuraini Ika
Editor: Yulaika Ramadhani