Menuju konten utama

FBI Ungkap Kasus Suap untuk Masuk Universitas Yale Hingga Stanford

50 orang termasuk artis Felicity Huffman dan Lori Loughlin dituntut atas tuduhan melakukan penyogokan agar anak-anak mereka dapat masuk ke universitas elite di Amerika

FBI Ungkap Kasus Suap untuk Masuk Universitas Yale Hingga Stanford
Felicity Huffman di Makan Malam Tahunan Yayasan Eva Longoria. FOTO/AP

tirto.id - Jaksa Amerika menuntut 50 orang termasuk artis Felicity Huffman dan Lori Loughlin atas tuduhan melakukan penyogokan agar anak-anak mereka dapat masuk ke universitas elite di Amerika Serikat termasuk Yale, Georgetown, Stanford, dan Universitas Southern California.

Diwartakan The Guardian, Huffman muncul di persidangan Long Angeles Selasa (12/3/2019), dengan pernyataan hakim bahwa ia bisa bebas dengan membayar 250 ribu dolar AS dan melarang pemeran Desperate Housewives tersebut melakukan perjalanan antarnegara bagian. Dia bersama suaminya, aktor William H Macy menghadiri persidangan tersebut, namun Macy tidak menerima tuduhan apapun.

Tuduhan ini didasarkan pada laporan FBI yang berjudul “Opeation Varsity Blues”. Laporan tersebut mengupas bagaimana orang tua menyogok pengajar di universitas dan orang dalam yang terlibat dalam tes masuk perguruan tinggi. Mereka membeli kursi bagi anak-anaknya di universitas terbaik di AS.

Pemerintah menyebut kasus ini sebagai konspirasi lingkup nasional.

“Para orang tua [yang masuk dalam daftar] adalah golongan kaya dan elite,” kata Andrew Lelling, pengacara AS untuk distrik Massachusetts dalam sebuah koferensi pers Selasa (12/3/2019).

“Berdasarkan tuntutan tersebut, seluruh tersangka diketahui berkonspirasi dengan Singer dan beberapa orang lain untuk [...] membeli ruang bagi anak mereka masuk ke sekolah-sekolah elite melalui pemalsuan,” lanjutnya.

William “Rick” Singer dituntut oleh jaksa federal karena menjalankan skema pemerasan melalui jaringan Edge College & Career, yang melayani kepala eksekutif dan para artis Hollywood. Para orang tua tersebut adalah CEO, pialang saham, dan pengusaha real estate, fesyen desainer, dan pemimpin perusahaan pengacara global.

Selain aktris Huffman dan Loughlin, beberapa nama seperti Gordon Caplan, pemimpin firma hukum Willkie Farr & Gallagher, William McGlashan, eksekutif dari firma TPG, Douglas Hodge, dan mantan eksekutif manager di Pimco juga terjerat kasus yang sama.

Orangtua menbayar uang suap agar anaknya masuk ke sekolah elite, memberikan sejumlah uang kepada pengawas tes untuk membantu mencurangi hasil ujian dan membayar pelatih di universitas agar anak mereka dibuat seolah-olah menjalani rekrutmen atlet untuk bisa masuk universitas. Beberapa pelajar disebutkan memiliki kemampuan sebagai prestasi atlet padahal mereka sebenarnya bukan atlet.

Mereka membayar dari 100 ribu hingga 6,5 juta dolar AS, dengan jumlah suap paling umum sebesar 200 ribu dolar AS.

Tidak seperti kecurangan yang terjadi saat SAT, skema tersebut lebih menyasar ke institusi pendidikan, melibatkan pejabat institusi yang mengkhianati visi misi lembaganya sendiri.

Data keseluruhan menunjukkan orang tua membayar 25 juta dolar AS untuk menyogok dari tahun 2011 hingga 2018. Pada beberapa kasus, uang suapan tersebut dikamuflase sebagai uang donasi.

Pemilik bimbel untuk persiapan tes masuk di California menyatakan bahwa klien biasanya membayar 15 ribu hingga 75 ribu dolar AS untuk mencurangi tes standar, dan pada beberapa kasus membayar pengawas untuk membenarkan jawaban yang salah di tempat tes.

Hal serupa juga dilakukan oleh Brick, yang terbukti bersalah dalam laporan tersebut. Sebagaimana diwartakan Financial Times, Singer mengatakan kepada para orang tua, terdapat tiga jalur masuk ke universitas.

“Pintu samping” untuk klien kaya yang menginginkan sekolah paling elite, “Pintu depan” untuk mahasiswa dengan kemampuannya sendiri, dan “Pintu belakang” yang mengharuskan sumbangan puluhan juta dolar AS. Pintu belakang dianggap legal, meskipun biayanya jauh lebih mahal.

“Siapa kami, apa yang kami lakukan adalah membantu keluarga kaya di AS untuk menyekolahkan anaknya,” kata Singer kepada orang tua berdasarkan laporan tersebut.

“Mereka menginginkan jaminan, mereka ingin semuanya beres. Mereka tidak mau repot-repot dengan hal ini,” imbuhnya.

Baca juga artikel terkait KASUS SUAP atau tulisan lainnya dari Anggit Setiani Dayana

tirto.id - Pendidikan
Penulis: Anggit Setiani Dayana
Editor: Yulaika Ramadhani