Menuju konten utama

Family Safety Code dan Upaya Mencegah Kejahatan pada Anak

Mengajarkan teknik keamanan dapat membantu anak merasa tenang, percaya diri, dan siap menghadapi situasi berbahaya.

Family Safety Code dan Upaya Mencegah Kejahatan pada Anak
Ilustrasi anak korban penggusuran. Getty Images/iStockphoto

tirto.id - Orang tua bisa saja memercayakan anak pada keluarga atau lingkungan terdekat yang mereka miliki, namun tidak membekali anak perihal keselamatan diri, tetap memberikan peluang kejahatan terjadi pada anak.

Vonny Permanasari Simon M.Psi, Psikolog menuturkan pada Tirto, sangat perlu bagi orang tua untuk mengenalkan dan mengajarkan teknik mengamankan diri pada anak-anak sedini mungkin.

“Orang tua perlu tahu bahwa mengajarkan teknik keamanan dapat membantu anak merasa tenang, lebih percaya diri, dan lebih siap menghadapi situasi yang mungkin menimbulkan risiko atau berpotensi bahaya di sekitar mereka."

"Cara mengajarkannya juga sebaiknya sesuai dengan usia dan tingkat kematangan anak. Orang tua dapat melakukan pendekatan yang hangat dan penjelasan yang tetap sesuai dengan tingkat pemahaman anak,” ujarnya.

Strategi No-Go-Tell sudah umum dan wajib diajarkan pada anak sebagai bekal masuk sekolah. Strategi ini dipercaya sangat mudah dipahami, diingat, dan menjaga keselamatan anak.

“NO” jika ada yang mengajak anak pergi, karena ia berhak untuk bilang “Tidak”.

"GO" atau pergi sambil berteriak, kemudian mendekati orang yang bisa dipercaya seperti satpam atau polisi.

"TELL", cara agar anak boleh langsung menceritakan kejadian itu kepada orang tua.

Family Safety Code atau kode uni rahasia, merupakan kode keamanan yang sifatnya rahasia dan dibuat khusus untuk keluarga inti.

Misalnya, saat anak ingin memberitahu anggota keluarga lain saat sedang dalam bahaya atau keadaan kurang aman. Anak dapat menggunakan kode dalam kalimat dalam pembicaraan di telepon, “Ibu, nanti aku mau main sama kitty bunny, ya.” Kitty bunny adalah contoh kode keamanan yang disepakati ibu dan anak dan menjadi pertanda anak tidak merasa aman dan butuh pertolongan Anda.

Family safety code dari sudut pandang psikologi anak adalah cara tepat sebagai salah satu strategi orang tua mengajarkan teknik keselamatan diri.

“Anak dapat belajar mengenal dan membentuk support system yang aman bagi dirinya. Mereka juga dapat lebih terampil dalam berkomunikasi, membuat perencanaan, mengekspresikan emosi, menyelamatkan diri, dan mengatasi masalah,” ucap Vonny.

Kode Unik Rahasia Berdasarkan Umur

Jika dikaitkan dari konsep perkembangan kognitif Jean Piaget - filsuf/ilmuwan/psikolog asal Swis - pengenalan teknik family safety code juga dapat dilakukan sejak usia dini.

Vonny mengingatkan pada orang tua untuk menggunakan bahasa yang mudah dipahami sesuai dengan usia dan tingkat pemahaman mereka serta lakukan pendekatan yang bersahabat.

Pada tahap sensorimotor (0 hingga sekitar 2 tahun), anak belum memiliki pemahaman konseptual yang kuat tentang keselamatan. Sehingga pengawasan dan perhatian orang tua sangat penting untuk menjaga keamanan mereka.

Pada tahap praoperasional (usia 2-7 tahun), anak mulai mengembangkan kemampuan berbicara-berbahasa, mulai lebih banyak berinteraksi, berimajinasi, mengingat informasi secara lebih baik, mulai mampu memahami instruksi sederhana dan menggunakan simbol secara representatif. Pada tahap ini family safety code dapat diperkenalkan dalam bentuk yang sederhana dan konkret.

Orang tua dapat melatih anak dengan menjalankan instruksi keselamatan dasar, seperti menjauh dari api, berhati-hati ketika menyeberang jalan, "Selalu ada di dekat Mama ya. Jangan pergi tanpa izin memberi tahu Mama". Atau, “Katakan kode rahasia kita ke Mama jika seseorang menyakitimu”

Di tahap operasional konkret (usia 7-11 tahun), anak mulai mampu memahami hubungan sebab-akibat secara lebih baik, sehingga pengajaran family safety code dapat lebih terperinci. Anak mulai lebih aktif terlibat dalam perencanaan dan menerapkan aturan-aturan keselamatan, termasuk menciptakan safety code bersama orang tua.

Tahap operasional formal (sekitar 11 tahun ke atas), adalah saat anak mengembangkan kemampuan berpikir abstrak dan mampu berfikir tentang konsep-konsep yang kompleks. Mereka dapat lebih memahami konsep keselamatan secara lebih mendalam dan dapat mengaitkannya dengan situasi nyata yang lebih rumit.

No Go Tell

No Go Tell. tirto.id/Fuad

Kode Unik Rahasia yang Menarik

Membuat kode rahasia sudah seharusnya yang mudah diingat terutama saat kondisi darurat, mudah diucapkan, dan munculkan kata bersama yang menyenangkan bagi anak agar tidak tampak mengerikan bagi anak.

Pastikan kode rahasian ini jarang dikatakan sehari-hari, dan sulit ditebak dalam mengisyaratkan sinyal bahaya.

“Pastikan yang mengetahui kode rahasia ini hanya orang tua dan anak saja. Dalam situasi khusus seperti ada permasalahan keluarga, kode rahasia juga dapat digunakan anak dengan salah satu orang yang ia percaya,” ditekankan oleh Vonny.

Bagaimana jika anak keceplosan memberi tahu kode rahasia? Sebagai pencegahan, ajari anak untuk menjaga informasi pribadi seperti tidak memberikan nama lengkap, alamat, nomer telepon pada orang asing. Sehingga anak terbiasa menyimpan rahasia.

Mengubah safety code setiap 6 bulan atau setahun sekali juga perlu meski belum pernah terpakai atau bocor. Penggunaan kode yang sama terlalu lama dapat membuat orang lain menyadari keganjilan.

Dikutip dari National Center for Missing & Exploited Children, Amerika Serikat, safety code sangat melindungi anak. Salah satu kasus terjadi pada anak usia 10 di Ajax, Ontario, yang didekati oleh orang asing di luar sekolah. Orang tersebut mengaku disuruh orang tua untuk menjemputnya, namun ketika salah menyebutkan kode, si pelaku sadar dan langsung pergi.

Ayu dan putrinya, Zia, memiliki kode rahasia sejak Zia mulai menguasai banyak kata. Menurutnya, kita tidak tahu akan berhadapan dengan kejahatan apa, di mana, dan pada anak usia berapa.

“Saya baca di artikel luar ada teknik safety code. Saya dan suami ajak Zia belajar menghafal kode rahasia bersama. Saya juga jelaskan kenapa kita membuat kode rahasia. Untuk memudahkan, saya pakai pendekatan lewat film anak. Saya juga membekalinya barang yang dilengkapi GPS, jadi saya bisa lihat posisi anak saya ada di mana."

Cara yang sama digunakan ibu 3 anak, Yuli, menggunakan safety code sejak anak pertamanya, Icha, masuk sekolah. Alasannya karena ia tidak bisa menjemput Icha pulang sekolah lantaran bekerja dan Icha sempat tinggal berdua dengan si ‘mbak’ di rumah.

“Saya minta anak-anak pakai kode rahasia kalau disakiti, tidak nyaman, atau takut. Demi meminimalisir risiko, saya melarang mereka pergi sendirian ke luar rumah tanpa pendampingan orang dewasa yang sudah saya izinkan. Saya juga meminta anak-anak menghapal nomor telepon darurat.”

Sedikit berbeda dengan pengalaman Ibu IH, yang menggunakan safety code hanya bertiga dengan kedua putrinya. “Saya melarang anak-anak memberi tahu kode SOS rahasia ini kepada ayahnya dan keluarga ayahnya. Saya tidak percaya dengan mereka."

Kode unik rahasia memang membutuhkan pembelajaran dan proses untuk dikuasai anak, namun bila upaya ini dapat membuat anak terhindar dari kejahatan, sudah sepantasnya layak dicoba, bukan?

Baca juga artikel terkait PARENTING atau tulisan lainnya dari Natalia Dian

tirto.id - Gaya hidup
Kontributor: Natalia Dian
Penulis: Natalia Dian
Editor: Lilin Rosa Santi