Menuju konten utama

Fakta Ribuan Orang Israel Turun ke Jalan Protes Pemerintah

Ratusan ribu orang Israel turun ke jalan untuk memprotes pemerintah, berikut fakta-faktanya. 

Fakta Ribuan Orang Israel Turun ke Jalan Protes Pemerintah
Pengunjuk rasa memblokir persimpangan utama di luar Mahkamah Agung Israel di Yerusalem selama demonstrasi menentang penunjukan Aryeh Deri pemimpin partai ultra-Ortodoks Shas sebagai menteri kesehatan baru negara itu, Kamis, 5 Januari 2023. AP Photo/Mahmoud Illean

tirto.id - Pada 5 Maret 2023, ratusan ribu orang berunjuk rasa di seluruh Israel. Aksi tersebut merupakan penolakan atas rencana pemerintah yang akan mengubah peradilan secara menyeluruh.

The Time Of Israel memberitakan, bahwa unjuk rasa diikuti sekitar 400.000 pengunjuk rasa secara keseluruhan di berbagai wilayah di Israel.

Para pengunjuk rasa menentang kebijakan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan sekutu-sekutunya dari sayap kanan.

Kebijakan itu hendak meloloskan undang-undang yang membatasi kekuasaan Mahkamah Agung. Di mana, Mahkamah Agung perlu dikekang agar tidak terlalu jauh masuk ke ranah politik.

Menurut para pengunjuk rasa, rencana tersebut akan melemahkan pengadilan. Sehingga, akan membahayakan kebebasan sipil dan merugikan perekonomian, serta merusak hubungan Israel dengan sekutu-sekutu Baratnya.

Melansir Arab News, pakar Palestina untuk urusan Israel, Esmat Mansour menyebutkan, bahwa perubahan kebijakan peradilan membahayakan warga Palestina.

"Sebab, sebagian besar reformasi yang akan dilaksanakan melemahkan peradilan Israel, yang merupakan tempat bagi warga Palestina untuk mengajukan keluhan dan banding atas tindakan pendudukan Israel terhadap mereka," tutur Esmat.

Fakta Demonstrasi di Israel

1. Kota-kota di Israel yang Gelar Unjuk Rasa

Unjuk rasa tersebar di berbagai kota di Israel. Diantaranya adalah di Yerusalem, Herzliya, Netanya, Beersheba, Haifa dan banyak lagi.

Di Efrata, ada sekitar 250 orang ikut serta dalam protes di pemukiman Tepi Barat, Efrat - lebih dari dua kali lipat dibandingkan dengan minggu-minggu sebelumnya.

Di Tel Aviv, sebagai pusat unjuk rasa terjadi. Pengunjuk rasa memulai dari Dizengoff Center pada pukul 18.00 dengan pawai menuju Jalan Kaplan. Polisi menutup sejumlah jalan di Tel Aviv mulai pukul 17.00.

Di Ashdod, ketua partai Yisrael Beytenu, Avigdor Liberman, menghadiri protes pertamanya. Dan mengatakan bahwa dalam waktu dua bulan setelah pembentukannya, pemerintah telah membawa seluruh negeri ke dalam kekacauan.

Di Modiin, ribuan orang berdemonstrasi di dekat rumah Menteri Kehakiman Yariv Levin, arsitek utama rencana perombakan peradilan.

2. Pengunjuk Rasa Dituding sebagai Anarkis

Aparat kepolisian yang bentrok dengan pengunjuk rasa membuat pemimpin partai sayap kanan Ben Gvir angkat bicara, bahwa dirinya hanya menjalankan kebijakan.

"Saya datang ke sini untuk menjalankan kebijakan saya. Saya tidak berniat meminta maaf kepada siapapun, tentu saja tidak kepada para anarkis yang ingin membakar Tel Aviv," ungkap Ben Gvir.

Ben Gvir mengatakan bahwa hak untuk berdemonstrasi adalah sakral, tetapi dia tidak akan mengizinkan kekerasan dan pemblokiran jalan-jalan utama.

3. Oposisi hingga Akademisi Ikut Berdemonstrasi

Unjuk rasa di Israel juga diikuti oleh berbagai kalangan. Seperti Yuli Tamir yang merupakan mantan menteri dari Partai Buruh.

Pemimpin Partai Buruh Merav Michaeli berunjuk rasa di Haifa bersama dengan mantan hakim Mahkamah Agung Ayala Procaccia dan mantan hakim Meretz, Gaby Lasky.

Ada juga dari kalangan akademisi seperti Yuval Noah Harari. Dia bergabung bersama pengunjuk rasa lainnya dan melakukan orasi di depan massa.

“Demokrasi adalah sebuah kesepakatan. Di mana warga negara harus menghormati keputusan pemerintah dengan syarat bahwa pemerintah mempertahankan kebebasan dasar warga negara," ungkap Yuval.

Yuval juga menyerukan kepada lembaga-lembaga pendidikan untuk menghentikan pembelajaran. Serta hanya berbicara tentang demokrasi, hak asasi manusia dan kebebasan.

4. Brutalitas Aparat Kepolisian

Shahar Mor, salah satu pengunjuk rasa yang menjadi korban. Telinganya terluka akibat brutalitas kepolisan. Meskipun jauh dari bentrokan dan kekerasan, dia terkena granat yang dilempar oleh polisi.

"Saya yakin saya telah ditembak. Saya tertegun. Peluru itu meledak tepat di tengkorak saya. Polisi berperilaku brutal, dengan meremehkan nyawa manusia," ungkap Shahar.

5. Kekerasan Polisi Diselidiki

Sikap kepolisian yang brutal mulai diselidiki. Peristiwa itu terjadi setelah kepolisian mendapat kecaman minggu ini karena perlakuan kasar terhadap para pengunjuk rasa di Tel Aviv, termasuk seorang petugas yang melemparkan granat setrum ke kerumunan orang.

Departemen Investigasi Internal Kepolisian Kementerian Kehakiman telah membuka penyelidikan atas insiden tersebut.

"Komandan di sana berperilaku seperti orang barbar, berandal, melemparkan granat ke orang-orang yang tidak melakukan kekerasan. Polisi melakukan hal ini setiap saat, saya baru saja direkam," ungkap salah satu anggota Departemen Investigasi Internal Kepolisian.

Baca juga artikel terkait AKTUAL DAN TREN atau tulisan lainnya dari Sulthoni

tirto.id - Politik
Kontributor: Sulthoni
Penulis: Sulthoni
Editor: Alexander Haryanto