tirto.id - Wakil Ketua DPP Gerindra, Fadli Zon menilai pernyataan Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang mengimbau menghentikan politik kebohongan sebagai refleksi pada dirinya sendiri.
"Saya kira dia sedang menyindir dirinya sendiri ya," kata Fadli, di Kompleks DPR, Senayan, Jakarta Pusat, Senin (22/10/2018).
Karena, menurut Fadli, kebohongan juga bisa dimaknai sebagai janji-janji politik selama kampanye yang tak dipenuhi selama menjabat.
"Saya kira ini sudah tepat empat tahun, banyak sekali janji-janji [Jokowi] itu yang tidak ditunaikan. Itulah yang namanya politik kebohongan," kata Fadli.
Sementara, Wakil Ketua Dewan Syuro PKS, Hidayat Nur Wahid menyatakan, kubu Prabowo-Sandiaga tak merasa tersindir dengan pernyataan Jokowi tersebut.
"Harusnya semua merasa tersindir," kata Hidayat, di Kompleks DPR, Senayan, Jakarta Pusat, Senin (22/10/2018).
Hanya saja, Hidayat meminta kepada Jokowi agar menjadi contoh praktik politik tanpa kebohongan tersebut.
"Sudah sangat sewajarnya juga presidenlah menjadi contoh terbaik tentang berpolitik tanpa kebohongan itu, supaya yang lain pun dengan mudah mengikut gitu loh," katanya.
Contoh yang dimaksud Hidayat, adalah agar Jokowi tidak menghadirkan politik penuh kontroversi dan menyebabkan kegaduhan di masyarakat. Namun, ia tak menyebut permisalan tindakan kegaduhan apa yang pernah dilakukan Jokowi.
Kemarin, (21/10/2018) dalam pidatonya di puncak HUT Golkar, Jokowi meminta politik kebohongan diakhiri di Pilpres 2019.
"Kita harus akhiri politik kebohongan, politik yang merasa benar sendiri, dan perkuat politik pembangunan. Politik kerja pembangunan, politik berkarya. Pembangunan bangsa sumber daya manusia yang siap bersaing di revolusi industri," kata Jokowi, di Jiexpo Kemayoran.
Ia menilai jika politik kebohongan dihentikan, maka kejayaan dan kemajuan bangsa Indonesia bisa terwujud.
Selain itu, mantan Gubernur DKI Jakarta ini juga meminta parpol dan politikus untuk menyapa masyarakat secara rutin, bukan hanya saat momen pemilu saja.
Penulis: M. Ahsan Ridhoi
Editor: Irwan Syambudi