tirto.id - Facebook menangguhkan puluhan ribu aplikasi milik 400 developers karena alasan privasi. Perusahaan mengumumkan hal ini pada Jumat (20/9/2019) kemarin.
Facebook mulai menyisir jutaan aplikasi yang memanfaatkan platformnya setelah skandal Cambridge Analytica pada bulan Maret 2018.
Hal ini dilakukan Facebook untuk mengetahui dan menentukan apakah ada aplikasi lain yang menyedot data pengguna untuk memberikannya pada pihak ketiga.
"Dalam banyak kasus, developers tidak menanggapi permintaan informasi kami, sehingga kami menangguhkannya," jelas wakil presiden Facebook untuk kemitraan produk Ime Archibong dalam posting blog, Jumat (20/9/2019) melansir Variety.
Facebook menjelaskan pada The Guardian, tinjauan ini sedang berlangsung dan dilakukan oleh ratusan kontributor, termasuk pengacara, penyelidik eksternal, ilmuwan data, insinyur, spesialis kebijakan, dan tim di Facebook sendiri.
Facebook juga menjelaskan bahwa para developers sangat membantu membuat platform mereka lebih menarik.
Namun demikian, pihak Facebook ingin para konsumen tahu bahwa perusahaan tetap berusaha melindungi privasi tersebut.
"Developers aplikasi tetap menjadi bagian penting dari ekosistem Facebook. Mereka membantu membuat dunia kita lebih sosial dan lebih menarik. Tetapi orang-orang perlu tahu bahwa kami melindungi privasi mereka," kata Facebook pada The Guardian.
Facebook melarang aplikasi bernama myPersonality milik Rankwave yang menolak untuk mematuhi audit perusahaan dan dilaporkan berbagi informasi dengan para peneliti dan perusahaan dengan hanya ada perlindungan terbatas.
Hal tersebut berujung pada tindakan hukum terhadap perusahaan analisis data Rankwave, Facebook mengajukan gugatan di California setelah perusahaan asal Korea Selatan tersebut gagal mematuhi penyelidikan.
Facebook juga mengajukan tindakan hukum terhadap perusahaan LionMobi dan JediMobi, perusahaan yang menggunakan aplikasi untuk menginfeksi ponsel pengguna dengan malware untuk menghasilkan keuntungan.
Archibong dalam pernyataannya menulis bahwa masalah yang sedang dihadapi oleh Facebook masih jauh dari kata selesai.
"Kami jauh dari selesai," tulisnya melansir Variety.
Penulis: Balqis Fallahnda
Editor: Dewi Adhitya S. Koesno