Menuju konten utama
Penembakan di Selandia Baru

Facebook Enggan Mengubah Mekanisme Livestream di Platformnya

Zuckerberg menilai mengubah mekanisme streaming akan mematahkan tujuan yang sesungguhnya dari esensi sebuah siaran langsung.

Facebook Enggan Mengubah Mekanisme Livestream di Platformnya
CEO Facebook Mark Zuckerberg terlihat melalui kaca reflektif saat ia duduk di kantor Senator Bill Nelson (D-FL) saat ia menunggu untuk bertemu di Hart Senate Office Building di Washington, Amerika Serikat, Senin (9/4/2018. ANTARA FOTO/REUTERS/Leah Millis

tirto.id - Facebook dalam tekanan untuk mengubah mekanisme livestream di platformnya setelah tragedi penembakan di Selandia Baru. Dalam sebuah wawancara yang ditayangkan di "Good Morning America" pada Kamis (4/4/2019), Mark Zuckerberg selaku CEO jejaring sosial tersebut enggan melakukannya.

CEO berusia 34 tahun itu menyatakan, mengubah mekanisme livestream akan mematahkan tujuan yang sesungguhnya dari esensi siaran langsung tersebut. Menurut Zuckerberg, streaming pada dasarnya dilakukan bagi mereka ketika berkumpul, terpisah ruang namun terikat dengan waktu.

"Kebanyakan orang melakukan live streaming [siaran langsung], Anda tahu, [misalnya] pesta ulang tahun atau bergaul dengan teman-teman ketika mereka tidak dapat bersama," katanya kepada host "Good Morning America", George Stephanopoulos, sebagaimana dikutip dari CNN, Jumat (5/4/2019).

"Itu [live streaming] lebih dari sekadar siaran, itu adalah cara mereka berkomunikasi, karena orang berkomentar secara real time. Jadi, jika ini memiliki penundaaan [diubah mekanisme] maka akan mematahkan esensi itu [tujuan live streaming]," ujarnya lagi.

Usai tragedi penembakan Selandia Baru pada 15 Maret lalu, perusahaan-perusahaan teknologi internet berusaha menghapus dan menghentikan penyebaran video, yang difilmkan oleh seorang pria bersenjata, pelaku terror tersebut.

Pada saat kejadian, pelaku melakukan siaran langsung selama 17 menit di Facebook, dimulai dari serangan terhadap jamaah di Masjid Al Noor. Kemudian, beberapa jamaah lainnya terbunuh di masjid kedua beberapa waktu kemudian.

Sehari setelah insiden tersebut, tepatnya 16 Maret 2019, Facebook mengklaim telah menghapus 1,5 juta video dalam 24 jam. Dari jumlah itu, 1,2 juta video di antaranya langsung diblokir saat pertama kali diunggah.

Mia Garlick, perwakilan Facebook Selandia Baru menyatakan, pihaknya terus bekerja sepanjang waktu untuk menghapus konten-konten yang melanggar.

"Untuk menghormati orang-orang yang terdampak tragedi ini dan kekhawatiran pihak berwenang setempat, kami juga menghapus semua versi video editan yang tidak menunjukkan konten kekerasan," tambah Mia Garlick melalui akun Twitter @fbnewsroom pada 16 Maret 2019

Zuckerberg sendiri secara tak langsung mengakui telah kecolongan saat insiden tersebut. Facebook saat ini sedang bekerja keras untuk membangun sistem agar mampu mengidentifikasi dengan cepat agar peristiwa serupa tak terulang.

"Itu [penembakan Selandia Baru] benar-benar peristiwa yang mengerikan. Kami perlu membangun sistem untuk dapat mengidentifikasi peristiwa teror streaming langsung lebih cepat," kata Zuckerberg.

Baca juga artikel terkait FACEBOOK atau tulisan lainnya dari Ibnu Azis

tirto.id - Teknologi
Penulis: Ibnu Azis
Editor: Agung DH